Hanbin menyampirkan ranselnya, bersiap keluar kelas bersama yang lain. Dia baru selangkah dari pintu kelas tapi tiba tiba Dahyun sudah ada disana dengan ekspresi sumringahnya.
Sementara bobby yang ada dibelakang Hanbin hanya bisa berdecak kesal. "Gue duluan bin,"
Hanbin mau tak mau jadi berjalan keluar bersama Dahyun.
"Gue pulang sama lo yaa." Katanya manja sambil mengalungkan tangannya dilengan Hanbin.
"Lo kan bisa pulang sendiri," tolaknya sambil melepaskan tangan Dahyun.
Hanbin berbelok menuju perpustakaan, sengaja agar Dahyun tidak mengikutinya. Dia masuk ke dalam, mau ngadem sebentar sebelum pulang.
"Eh,"
Hanbin tertegun sebentar, lalu tersenyum tipis. "Ngapain Lis?"
Lisa hanya tersenyum kikuk, "ini balikin buku."
Hanbin mengulum bibirnya, mendekati Lisa yang sedang berdiri didepan meja penjaga perpustakaan.
"Pacar lo mana?" Tanya Hanbin berusaha basa basi, walau terasa aneh.
Lisa enggan menoleh ke arah Hanbin, tapi dia tetep jawab pertanyaannya. "Kak Yuta? Dia pulang duluan, masih nunggu Jennie mau kerumah jennie sama yang lain."
Walau detik berikutnya dia mengomel dalam hati kenapa jawab panjang panjang, kan Hanbin cuma nanya Yuta dimana.
"Lain waktu gue bisa ngomong nggak sama lo? Berdua aja, tapi kalo pacar lo ngelarang nggak apa kok."
Lisa tersenyum tipis, "Liat nanti ya kak." Lisa sudah tidak tahan, untung penjaga perpustakaan cepat datang dan menyodorkan kartu perpustakaan milik Lisa, setelah itu dia langsung pergi.
"Gue kangen elo yang dulu, cerewetnya, banyak omongnya, senyumnya. Bisa nggak ya kita kayak dulu lagi Lis?"
**
Lisa sedang duduk diteras rumah Jennie yang sekarang dijadikan markas oleh Rosie, Jisoo, Jaewon dan Bobby. Yuta hari itu absen dulu, katanya banyak tugas.
"Waktu itu Hanbin nanyain elo," kata Bobby membuka suara. "Sekarang dia juga makin jarang dikelas, kerjaannya ngilang mulu kalo gaada kelas."
"Iya ya, dia lebih sering di ruang osis atau perpustakaan." Tambah Jaewon.
Lisa yang sedang mengunciri rambut Rosie jadi menoleh, tersenyum kecut.
"Yaudah, iya. Untungnya info kayak gitu sekarang apaan? Gue juga gak kayak dulu yang nyamperin kak Hanbin kemana mana."
"Tapi gue jadi kasian, gimana kalo dia nyesel Lis? Iya siapa tau gitu dia baru sadar, terus jadi galau dan nyesel apalagi ditambah Kak Yuta yang ngaku ngaku pacar lo."
"Yaudah si, biarin aja!" Jennie yang memang sudah kesal sama Hanbin jadi tidak terima Rosie membelanya.
"Kalo nyesel pun kak Hanbin pasti berusaha lah buat kembali atau sekedar minta maaf. Emang sekarang dia ada deketin lo lagi Lis?"
Lisa baru saja mau membuka mulut, bercerita tentang tadi dia bertemu dengan Hanbin tapi tiba tiba dia mengurungkan niatnya. "Nggak ada."
Kan Hanbin cuma basa basi doang, hal yang tadi nggak bisa dia jadiin patokan Hanbin nyesel atau nggak.
**
Yesterday
Hanbin : Lisa
Hanbin terus menatap roomchat dia dengan Lisa. Memejamkan mata karena tidak ada tanda tanda gadis itu untuk menjawab atau sekedar membaca pesanya.
Benci banget ya lo sama gue?
Today
Hanbin : Lisa
Hanbin menunggu jawaban atas pesan pesannya. Bukan cuma dua kali ini, tapi berkali kali dia mengirimi Lisa pesan, Gadis itu tidak menjawab.
Sementara disisi lain Lisa juga menunggu Hanbin mengiriminya pesan.
Dia nggak munafik untuk bilang nggak mau ketemu Hanbin lagi atau mutusin hubungan mereka.
Hati tetep hati, sekali sayang itu susah untuk di cancle lagi. Emang Sih otaknya Lisa udah kerja dan mau move on.
Tapi kan baru mau, belum juga move on. Ya wajar kalo masih kepo dikit, masih kangen dikit, masih ngenang ngenang memori dikit.
Jauh di lubuk hatinya Lisa dia tuh sebenernya masih berharap kalo Hanbin bakalan berpaling ke dia.
"Lis plis deh, jangan bilang elo sekarang ragu untuk move on."
Lisa menoleh ke arah Jennie, tersenyum kecut. "Banget."
Dia langsung menutup telinga mendengar ocehan Rosie, Jennie dan Jisoo.
"Cinta itu pilihan dan sakit itu konsekuensinya. Yaudah harusnya gue nggak ngeluh dong. Siapa tau 2 tahun lagi kak Hanbin malah milih gue."
Rosie sudah tidak bisa berkata kat lagi. Jennie sudah mengangkat tangan tinggi tinggi, tanda menyerah.
"Otak elo ditinggal dimana sih?! Coba diambil dulu." Ucap Jisoo dengan heran.
Jennie mengambil hape Lisa, membuka aplikasi Line.
"Nih dia anak ips, ganteng lagi kenapa lo anggurin anjir chatnya? Temen gue noh dia,"
Lisa menoleh malas, "jungkook? Apaan gue nggak kenal makanya nggk gue jawab."
"Manfaatin tuh buat move on." Tambah Jisoo.
Lisa mengambil alih hapenya dari Jennie. "Chatnya gue jawab, tapi say no untuk dia."
"Jangan cuma dijawab chatnya, jawab juga hatinya dia." Ceplos Rosie. Walau berikutnya menyengir lebar.
Lisa hanya diam, memandang puluhan pesan dari pemuda yang bernama Jungkook.
Dia masih ragu. Sekarang mungkin dia bisa bertekad untuk move on tapi begitu melihat hanbin atau hanya sekedar mendengarnya saja Lisa tidak tau tekad move on nya masih ada atau tidak.
Dia takut nanti dia akan menyakiti cowok yang serius sama dia.
"Jatuh cinta itu obat patah hati terbaik lis,"
"Tapi melupakan bukan satu satunya jalan untuk move on. Lo tau gue nggak bisa lupain dia sekarang jis, gimana gue bisa suka sama yang lain?"
TBC
Vomment juseyo~
Maap ye lama
KAMU SEDANG MEMBACA
[7] COLD
Fanfiction"Kalo abis chat dia harus cepet cepet makam coklat, biar manis. Soalnya dia pait, pedes. Ya pokoknya nggak enak lah......."