26. Choise

2.4K 331 31
                                    

Kata orang tidak boleh pesimis, kita harus selalu optimis. Seperti Lisa sekarang, dia malah pesimis, padahal baru saja dari perpustakaan dengan Hanbin.

"Apaan sih lu, mood swing banget." Jennie jadi geram sendiri, terlebih lagi Rosie dan Jisoo sedang tidak ada dikelas, dia menjadi sasaran kegalauan Lisa.

"Bukan gitu jenn.." rengek Lisa tak bersemangat. Setelah dia kembali dari perpustakaan otaknya sadar akan dunia nyata.

Hanbin selalu saja bisa membuat dia melupakan bagaimana dunia. Lisa bahkan lupa bahwa kakak kelasnya itu sering PHP.

Lisa sekarang jadi tidak mau percaya diri, dia takut kalau tiba tiba Hanbin bilang tidak bisa dan membatalkan makan bersama.

Dia tidak mau pesimis, namun juga tidak berani berharap.

Berharap dengan Hanbin? Siap siap makan ati.

Lisa tidak mau kalau nanti kegagalan rencana mereka berduakaan akan berdampak pada Hatinya yang berujung dirinya takut mendekati Hanbin lagi.

"Kalo lo kayak gini, mending gausah. Tinggalin kak hanbin, hidup lo jadi aman sejahtera kan."

Lisa melongos panjang, menjatuhkan kepalanya diatas meja sambil tangannya dimasukan ke dalam kolong meja.

"Ya mau berhenti..." bibir lisa mencuat, ia bangun dan menatap Jennie lemas. "Tapi nggak bisa."

"Gimana ya, rasanya kalo memang gue bertepuk sebelah tanganpun gue pasti akan tetep suka sama kak Hanbin. Hmm bego kan?"

"Terus kalo kayak gitu lo mau berhenti kapan? Setelah Hanbin nikah?"

Lisa bersandar pada kursi. Kepalanya menghadap langit langit kelas. Bibirnya menyunggingkan senyuman. "Gini ya rasanya jadi bucin."

Jennie memutar bola mata malas, memilih tidak menjawab dan kembali memainkan hapenya. Membuka instagram dan melihat instastory teman temannya.

Sampai icon hijau membuat dirinya melebarkan mata. Tangan kanannya jadi terulur kedepan, menarik ujung lengan seragam Lisa sampai gadis itu berdecak kesal.

"Apasih ha." Balas Lisa galak, dia menepis tangan Jennie.

"Sejak kapan anjir kak Taeyong ada di Indonesia?"

Lisa menipiskan bibir mendengar nama Taeyong. Lisa jadi ingat bahwa gadis didepannya itu yang menjadi biro jodohnya dengan Taeyong. Sekarang dia menjadi dejavu.

"Iya, kemarin telfon gue." Ucapnya pelan lalu kembali merunduk.

"HE?"

Lisa baru saja akan menyahut sesuatu tapi suara menggelegar Rosie lebih dahulu terdengar.

"WE ANJIR!! ADA KAK TAEYONG DI HALAMAN DEPAN!!!"

**

Lisa tersentak kecil, dirinya langsung memberenggut dan mengikis jaraknya dengan Hanbin yang kini berjalan disebelahnya.

Entahlah Lisa harus senang apa sedih. Hanbin memang tidak membatalkan ajakannya, tapi kini dengan keberadaan Taeyong membuat dirinya cukup was was.

Berkat perkataan pemuda itu kemarin malam di telfon. Lisa takut, tentu saja. Bukan pada Taeyong, Hanya saja Lisa seperti merasakan ada sesuatu dengan kedatangan Taeyong.

Dia takut hanbin akan berfikir macam macam yang berujung pujaan Hatinya itu menjauh.

"Kenapa Lis mepet mepet gini? Mau gue gandeng?" Canda Hanbin.

Lisa mengecurutkan bibirnya, dia baru saja berusaha agar tidak baper, tapi sudah terlanjur baper duluan.

Hanbin tanpa aba aba menarik tangannya. Mungkin kalo menggandeng terlalu halus, karna dasarnya Hanbin tidak seperti itu. Dia hanya menarik tangan Lisa, ya kasarnya seperti itu.

Tapi lihat! Wajah Lisa memerah, pipinya merona begitu saja dan lengkungan tercipta disudut bibirnya.

"Lisa!!"

Lisa tersentak, suara yang memanggilnya itu tidak terdengar lembut. Terdengar sangat tegas dan tersirat amarah?

Dia menoleh ke kiri, ke arah sumber suara orang yang memanggilnya.

Dia mematung. Penampilan Taeyong benar benar membuatnya pangling. Pemuda itu jauh lebih tampan dari terakhir kali mereka bertemu.

Tangan Lisa ditarik, Membuat dia terhuyung kebelakang tubuh Hanbin. Karna oleng, dia jadi memegang jaket Hanbin.

"Ngapain?"

Wajah berseri Taeyong jadi berubah. "Say hi sama mantan apa nggak boleh?"

Lisa menegakan badan mendengar ucapan Taeyong. Hanbinpun jadi terdiam mendengar kata 'mantan' yang diucapkan Taeyong.

"Wah sedih nih gue lis, jauh jauh dateng kesini mau ketemu sama lo, eh lo nya mau pergi sama yang lain."

Lisa menipiskan bibir, mau gimanapu Taeyong juga mantannya, gaboleh jahat jahat kan sama Mantan.

"Kak, aku mau ngomong bentar sama dia boleh kan?"

Taeyong yang memang semakin berjalan mendekat jadi terkekeh pelan. "Emang dia siapa lo sampe harus minta ijin gitu?"

Hanbin menahan diri, dia mengangguk mengiyanan ucapan Lisa. "Gue tunggu diparkiran." Sahutnya dengan nada datar.

Lisa mengangguk, sepeninggal Hanbin gadis itu mendekat ke arah Taeyong. "Apa sih kak."

"Sayang banget gak sih kita nggak satu angkatan? Padahal gue mau sekelas loh sama elo."

Lisa membuang wajah, sedikit mendengus. "Kak, aku udah kebal sama gombalan kakak."

Taeyong tertawa mendengarnya. Dia jadi ingat bagaimana dulu Lisa benar benar tersihir olehnya.

Ting!

Hanbin :
jangan lama lama
Hanbin :
gue gk suka liat lo sama dia

Lisa melirik ponselnya dan tersenyum tipis. Berkat Hanbin kini hatinya kuat. "Kita kan udah gak ada urusan kak.
kalo kakak mau temenan gue ayok, tapi kalo untuk yang lain, nggak dah kak."

"Gue ditolak nih dari awal? Padahal belum berjuang."

Lisa tersenyum kecil, "mau jalan sama lo seindah apapun, gue akan milih jalan gue sendiri, walaupun jalan berduri sekalipun."

Taeyong jadi diam. Dia barusaja akan mengacau pada hubungan Lisa dan Hanbin. Tapi ucapan gadis didepannya itu membuat Taeyong kalah telak.

"Segitu sukanya lo sama Hanbin?"

"Iya, suka banget." Jawab Lisa dengan tegas dan tanpa ragu.

Seandainya Hanbin mendengar, begitu batin Lisa berbicara.

TBC

Vomment juseyo.

[7] COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang