39. Hurt again

2.2K 328 54
                                    

Hari itu Lisa terlambat, dia merunduk melihat gerbang sekolah sudah tertutup. Dalam hati mengutuk Yuta yang memilih tidak masuk sekolah karena terlambat.

"Gila, gue ini terlambat sendiri? Anjir lah."

Lisa mendekat ke arah satpam, "pak ini gerbangnya dibuka kapan ya?"

"Oh ini eneng yang waktu itu masuk sama mas Hanbin kan? Kenapa neng? Terlambat ya?"

Lisa awalnya melongo, namun akhirnya ingat dia pernah ditolong Hanbin. Lisa lantas mengangguk, "hehe iya pak, maklum lah tugas banyak."

"Khusus buat eneng pacarnya mas Hanbin mah boleh masuk, nih saya bukain pintu."

Senyum Lisa langsung mengembang, "wah, makasi pak."

Dia buru buru masuk ke dalam jam pelajaran sudah dimulai, dia tidak cukup bodoh untuk masuk disaat begini.

Lisa berjalan ke arah taman belakang, tempat biasanya yang jarang guru lewati. Dia akan kembali masuk kelas saat pergantian pelajaran.

"Bolos?"

Lisa terlonjak kecil, hampir memekik karna terkejut. Bibirnya terbuka kecil melihat siapa yang datang.

"Kak hanbin,"

Hanbin tersenyum tipis, lantas duduk didepan Lisa. Dia diam, menatap Lisa lekat lekat.

"Kenapa rasanya lama ya gue nggak ngeliat lo? Apa mungkin karena dulu kita ketemu tiap hari jadi sekarang pas kita jarang ketemu gue ngerasa aneh?"

Lisa sedikit menunduk, tidak berani menatap Hanbin, ditambah jantungnya berpacu cepat sekarang.

"Err, mungkin."

Hanbin tersenyum tipis saat melihat Lisa memilih memainkan hapenya dan merunduk. Hatinya seakan dicabik melihat bagaimana Lisa sekarang, ditambah gadis itu tidak membalas pesannya.

"Pacar lo galak ya sampe nggak ngasi elo bales chat gue?"

Lisa reflek mengangkat wajahnya, matanya jadi bertemu dengan mata Hanbin. "Kakak nggak ada chat aku."

Alis Hanbin terangkat sebelah, "lah gue chat elo tiap hari." Tanpa sadar dia mengambil dan menyodorkan hapenya kedepan Lisa, memperlihatkan berapa kali dia mengirimi Lisa pesan.

Lisa awalnya fokus pada pesan pesan yang diperlihatka Hanbin namun matanya malah melihat username dirinya dihape cowok itu.

"Adekelas🌝"

"Nama aku kok isi bulan kak?"

Hanbin tersenyum tipis, "elo chat gue dulu tiap malem, yaudah kayak bulan kan yang datengnya malem malem."

Lisa hanya tersenyum simpul, walau dalam hati mengutuk dirinya sendiri karena merasa baper.

"Gimana sama kak Dahyun?"

"Ngapain ngomongin Dahyun disaat tentang kita masih banyak yang harus dibicarain?"

Lisa tertegun, ia hanya bisa diam. Membenarkan ucapan Hanbin dalam hati.

"Elo ganti line? Apa idnya? Sini gue add."

Lisa bingung, kenapa rasa sakit yang dia rasakan waktu itu seolah menguap digantikan perasaan meletup yang dulu dia sering rasakan.

"Elo kayaknya sekarang ngejauh ya?"

Gadis itu memainkan jari tangannya dengan gugup. "Kak Hanbin pernah mikir nggak sih? Kalo kakak deket aku apa yang bakal aku rasain, hal buruk atau hal baik kah yang terjadi. Atau gimana perasaan kak Dahyun?"

Lisa menarik nafas panjanga, memberanikan diri menatap Hanbin. "Kakak kan tau apa yang terjadi sama aku, apalagi itu karena temennya kak Dahyun."

Lisa tersenyum tipis, dia sudah bersusah payah untuk terlihat biasa saja didepan Hanbin.

"Untuk sekarang bukannya menjauh jalan terbaik? Nggak perduli apa yang terjadi dulu, bukannya sekarang yang harus dipikirin? Nggak ada gunanya kan liat kebelakang?"

"Kenapa? Menjauh atau pura pura nggak kenal bukan nyelesaiin masalah Lisa, itu memperpanjang."

"Iya untuk kakak, tapi ini jalan terbaik untuk aku."

Lisa menghela nafas sejenak, diam menenangkan dirinya. Dia kesal, kenapa sih Hanbin nggak sadar gitu perasaannya Lisa kayak gimana.

Disaat Lisa ngedeket Hanbin malah ngerespon biasa, awalnya malah cuek terus sekarang waktu Lisa ngejauh Hanbin seolah olah narik Lisa untuk kembali.

Apa Hanbin gatau dia itu jahat?

"Gue pengen kita kayak dulu. Elo yang selalu ada buat gue, elo kayak vitamin, selalu ada dimanapun gue ada."

Nafas Lisa rasanya tercekat, perasaannya sekarang campur aduk.

"Tapi gue nggak bisa minta elo untuk tetep ada untuk gue disaat gue pun nggak bisa milih elo."

Ah, Lisa sekarang mengerti. Jadi dari awal Hanbin tau pasti perasaan Lisa.

Dan apa katanya tadi? Nggak bisa milih dia? Itu sama aja dia milih Dahyun.

"Harusnya kakak dari awal tetap aja cusk, biar akunya berhenti berharap, dan nggak akan kayak gini kan jadinya."

Hanbin hanya bisa diam.

Cukup lama hening, sampai akhirnya Lisa mendongak dan menatap Hanbin dengan senyum manisnya.

"Kak Hanbin butuh waktu kan? Berapa lama? Aku bisa nunggu kok kak. 1 tahun? 2 tahun? Atau 5 tahun?"

"Gue nggak bisa ninggalin Dahyun lisa,"

Jawaban itu membuat hati Lisa kembali remuk, seperti gelas yang kembali dilempar setelah retak.

"Jadi.... sekarang nggak ada alasan untuk nunggu kakak ya,"



TBC

Vomment juseyo

[7] COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang