nine years ago

3.7K 138 1
                                    

Namanya Chacha. Lengkapnya Charlotte Fairuz Al-Fathi. Baginya, keluarga lebih berharga dari sebuah emas. Ia sangat menyayangi Lala. Ia pergi meninggalkan keluarganya saat ia berumur 12 tahun, membuat seluruh anggota keluarganya bersedih. Terlebih Lala yang masih kecil umurnya saat itu ditinggal oleh orang yang selalu menjadi teman untuknya bermain, sekaligus orang yang selalu melindunginya. Tapi, disatu sisi, Chacha mempunyai kelemahan, yaitu lemah jantung. Ia tidak bisa seperti Lala yang saat itu over active. Ia hanya bisa menghela nafas ketika Lala kecil berlari meninggalkannya jauh dibelakang.

Saat itu, Lala kecil sedang dipalaki oleh beberapa kaka kelasnya. Lala hanya bisa diam, bingung mau ngapain. Ia hanya bisa menunduk, tidak berani menatap kaka kelasnya itu. Terlebih mereka semua laki-laki.

"Kalian, ngapain ganggu ade gue??" Tanya Chacha sambil menatap tajam mata mereka satu persatu. Yang ditatap hanya menertawakan Chacha yang padahal telah menatap mereka dengan garang.

"Kita?? Ganggu ade lu?? Buat minta jajan... Bhahahahha!!" Jawab mereka tanpa merasa dosa sama sekali. Chacha yang sudah sangat geram dengan sikap mereka, mulai merasakan nyeri di dadanya. Ia tetap menahan rasa sakit yang semakin lama semakin menyiksanya.

"Mending lu semua pergi sebelum gua lapor ke pak Saipul!" Ujar Chacha masih menatap mereka satu persatu tanpa kedip.

"Cha, lu kenapa sih selalu ganggu kita kalo kita lagi beraksi???" Tanya Dicky yang selalu penasaran dengan Chacha yang selalu menghadangnya.

"Ohhh.. lu ngancam kita, mau laporin ke pak Saiful?" Tanya Aldo sambil menatapnya dengan penuh arti. Tapi Chacha tidak bisa menafsirkan arti dari senyumannya itu. Tiba-tiba Kevin mendorong Chacha dengan cukup keras membuatnya​ semakin merasa sesak dan nyeri. Ya, jantungnya berdetak sangat kencang dan tidak normal. Ia merogoh saku bajunya, tapi benda yang dicari tidak juga ditemukannya. Lala pun menghampiri Chacha​ yang mulai lemah.

"La, bawa...obat..kaka...ga???" Tanya Chacha terbata-bata. Nafasnya sangat memburu. Seakan pasokan udara telah habis. Lala hanya bisa menggeleng. Karena obat Chacha ia taruh di tas.

"Kalian.. mau kemana??" Tanya Lala sambil menatap mereka dengan marah.

"Kalian kalau mau palakin Lala silahkan, tapi jangan sakitin kakanya Lala!" Ujarnya membuat ketiga cowok itu terdiam.

"Sekarang bantuin Lala, tolong bawa ka Chacha ke kelasnya. Kalau gak mau nanti Lala bakal laporin ke pa Saiful!" Ancam Lala yang langsung direspon oleh ketiga anak laki-laki didepannya.

Belum sampai kelas, Chacha tak sadarkan diri. Ia sudah sangatlah tidak sanggup menahan rasa sakit dan nyeri di dadanya. Mereka bertiga langsung kabur dari hadapan Lala. Meninggalkan Lala kecil yang sangat bingung. Terpaksa ia tinggalkan Chacha seorang diri dalam keadaan tak sadar untuk meminta bantuan kepada guru.
.
.
.
"Pak, saya dimana?" Itulah pertanyaan Chacha yang muncul dari mulutnya pertama kali. Ia mencari Lala disekelilingnya, tapi ia tak menemukan adik kecilnya itu.

"Kamu ada di ambulans. Tadi kamu pingsan, makanya sekarang kamu sedang diantar ke rumah sakit." Jawab pak Saiful sambil memandang Chacha. Ia sangat tidak tega melihat anak-anak sakit sampai harus memakai bantuan oksigen untuk bernafas.

"Lala bagaimana, pak? Dia dimana??" Tanya Chacha dengan beruntun. Ia masih khawatir dengan adiknya itu. Bagaimana kalau ia dipalaki lagi oleh ketiga temannya??

"Aarrrrgghh!" Erang Chacha pelan dibalik masker oksigennya. Pak Saiful yang mendengar erangan Chacha langsung menenangkan Chacha, membuat gadis itu sedikit tenang, walaupun dadanya masih sedikit nyeri.

"Lala baik-baik saja. Dia sedang mengikuti jam pelajaran." Jawab pak Saiful membuat Chacha tenang.

"Kenapa kamu bisa sampai seperti ini?" Tanya pak Saiful mulai mengintrogasi Chacha. Chacha pun menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi. Ia tidak mau adiknya atau yang lainnya terus dipalaki oleh mereka.

Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang