miss you, my sista

2.2K 99 1
                                    

Lala pov
Entah kenapa, setelah bang Ayaz ngomong begitu ke gua, gua langsung sadar kalau semuanya sayang sama gua. Tapi ga tau kenapa, gua kurang nyaman cerita sama mama dan bang Orkhan. Kek ada pembatasnya gitu. Tapi, gua senang karena mereka mau mengerti dan sabar akan kondisi gua. Gua akuin, semenjak kepergian ka Chacha, gua cukup menarik diri dari lingkungan gua, dan lebih memilih menghabiskan waktu di kamar  daripada kumpul sama keluarga. Ya anggaplah gua aneh. Gua juga ga masalah kok sama itu. Bahkan, Diva, sahabat dekat gua pun pernah mengakui kalau gua kek Suga BTS. Ngomong ga pernah diayak, to the point, blak-blakan pula. But, I don't care what they're said.

Gua pandangin lagi foto ka Chacha. Foto terakhir dia pas di rumah sakit. Gua kangen banget sama kamu Chaca.

Flashback on...
"Kaka, maafin Lala yaaa tadi ga nurut sama Kaka!"

"Iya, tapi jan diulang lagi ya." Ka Chacha sambil memijat pelan dadanya.
.
.
.
"Kaka, duit Lala ilang..." Sembari menangis.

"Yaudah, uang kaka buat jajan Lala aja."
.
.
.
"Kaka, Lala ga ngerti pelajaran ini. Nanti ajarin yaa???"

"Iya, nanti kaka ajarin kalau dada kaka udah ga sakit."
.
.
.
"Gigi Lala udah copot satu!!!"

"Berarti Lala udah mulai gede."
Flashback off...

Semuanya membuat gua makin kangen sama Kaka gua. Gua bangga sama dia. Dia ga pernah nunjukin kelemahannya ke orang lain, sekalipun itu keluarganya. Apa yang dia inginkan pun bukan sesuatu yang biasa dipinta sama anak-anak seumurannya. Sifatnya yang terlihat lebih dewasa daripada umurnya itu bikin semua orang kagum sama dia. Yaaa walaupun ada yang menentangnya. Tapi pasti bakal muter lagi ke orangnya.

Ka Chaca pasti bahagia kalau gua masuk pesantren. Sama yang dia bilang di surat wasiatnya. But for me, she is a motivator from me! I so miss you, my sista!

Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang