bertahan

546 32 1
                                    

Terimakasih, karena mau menemaniku,
Suka maupun duka.
Karena kamu, alasanku untuk bertahan diatas keistimewaan ini.
Selain keluargaku.

~Keenan Wira Rahandika~


Malam sudah tiba beserta bulan. Menggantikan posisi siang beserta mataharinya. Seharusnya ini malam yang tenang bagi semua santri. Ya, ini malam Jum'at. Tak heran banyak santriwati yang mengunjungi kantin guna membeli makanan ringan lantas dibawanya menuju kamar.

Bahkan Lala yang sedang berada di UKP pun bersiap kembali bersama seorang teman dan dokter yang berjaga. Jika saja Rayyan tidak mengejutkan ketiganya dengan kedatangannya yang membawa seorang lagi dalam dekapannya.

"Ustad Rayyan, Dika kenapa?" Awalnya, Lala hendak bertanya apa yang terjadi dengan lelaki yang berada pada dekapan Rayyan. Tetapi, Lala mengurungkannya. Karena Chika terlebih dahulu mengajukan pertanyaan.

"La, Dika kambuh!"

.

.

.

Lala menemani Rayyan menunggu di ruang tunggu UKP. Membiarkan dokter Adhi dan Chika yang menangani Dika. Jangan ditanya bagaimana kalutnya Lala saat itu. Bahkan Chika menyuruhnya menemani Rayyan.

"Gimana bisa Dika collapse?" Lala menatap lekat wajah Rayyan yang sangat kuyu. Bahkan raut ketakutan terpancar jelas dari air mukanya.

"Sebenarnya, dari tadi pagi Dika udah sesak sama mual. Tapi lu tahu, kan gimana keras kepalanya dia." Lala hanya mendengus kesal mendengar penuturan Rayyan.

"Gua udah ajakin dia buat ke sini, tapi dia nolak. Puncaknya, ya sekarang." Bahkan Lala sudah mengeratkan jemarinya setelah mendengar penjelasan lanjut Rayyan.

Tanpa aba-aba, Lala beranjak dari ruang tunggu. Masuk menuju ruang UGD dimana Dika sedang ditangani. Lala mencoba fokus guna mengesampingkan perasaan khawatirnya. Chika pun terkejut melihat kedatangan Lala. Tetapi Lala tetap akan membantu alih-alih menunggu di ruang tunggu. Itupun setelah emosinya terkendali.

.

.

.

"Chika, thanks udah nanganin Dika." Senyum tulus lahir dari kedua bibir Rayyan.

"Sama-sama ustad. Kalau begitu, ana langsung balik ke asrama." Pamit Chika seraya melewati Rayyan.

"Rayyan, kita perlu bicara." Ujar dokter Adhi yang entah kapan sudah berdiri tegak dihadapannya. Bahkan, Lala pun mengekori dokter Adhi menuju ruangannya walaupun dokter telah melarangnya.

"Keadaan Dika saat ini tidak stabil." Rayyan dan Lala yang mendengarnya lantas menarik nafas. Sudah menduga dengan kejadian seperti ini.

"Tapi saya belum bisa memastikan bagaimana keadaan Dika sebenarnya. Saya butuh persetujuan pihak pesantren serta wali santri Dika untuk membawanya pulang dan menjalani pemeriksaan untuk melakukan CT scan."

"Saya... Saya bisa menjadi wali dari Dika. Dan untuk izin dari pesantren..." Sejenak, Rayyan terdiam. Mengingat banyaknya agenda untuk angkatan adiknya saat ini. Belum tentu pembimbing bagian keamanan mengizinkan Dika kembali. Kalaupun diizinkan, hanya tiga hari.

Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang