meet 2 families

1.3K 59 2
                                    

Apa yang kita suka belum tentu terbaik untuk kita.

Apa yang kita benci belum tentu buruk untuk kita.

Apa salahnya mencoba dulu, lalu memutuskan apakah ingin lanjut atau tidak.
Karena benci dan cinta itu...
T.I.P.I.S


Lebaran sudah lewat sepuluh hari. Keluarga Fathan pun sudah kembali ke rumah mereka. Malam ini tidak biasanya, karena Syamil; papa Lala, menyuruhnya untuk beberes beberapa baju. Ya, mereka akan menginap di sebuah vila ternama di Bandung. Entah ada suatu acara pun Lala tidak tahu.

.

.

.

Keesokan harinya, tepatnya jam tujuh pagi, semua sudah siap. Tapi ada yang aneh bagi Lala, karena ia belum pernah melihat mobil itu di rumahnya. Mobil dengan warna putih.

Dan ia juga tidak mengetahui merek dari mobil tersebut. Kalau tebakannya benar, itu adalah mobil BMW. Dan ketika penghuni mobil tersebut keluar, betapa kagetnya Lala ketika mendapati Dika dan Rayyan serta seorang anak kecil dengan rambut pirangnya yang digelung asal dengan short dress berwarna biru lengan panjang yang menampilkan kaki jenjangnya adalah salah satu penumpang dari mobil tersebut. Terlihat swag sekaligus imut dan cantik dalam waktu bersamaan.

Begitupun Dika yang sebenarnya juga kaget melihat Lala ada di rumah teman papanya tersebut.

'Sebenarnya ada apaan sih? Kenapa yang lain ngobrol dengan santainya sedangkan gua enggak tahu apa-apa. Apa yang sebenarnya lagi mereka rencanain?' Kira-kira begitulah pemikiran Lala dan Dika. Ia melirik kearah Dika dengan kemeja biru Dongker serta bergaris putih di bagian depan dan celana hitam. Membuatnya terlihat tampan sekaligus swag bersamaan. Ia tidak melihat kearah Lala, melainkan melihat kearah pot tanaman yang Lala sendiri pun tidak tahu namanya.

Lala tak tahu sebenarnya apa yang direncanain antara orang tua gua dan orang tuanya Dika. Seberapa keras ia bertanya dengan keluarganya, jawabannya tak ada yang benar-benar memuaskan bagi Lala. 

"Kak!" Panggil Lala. Sedangkan yang dipanggil langsung menghentikan game-nya dan langsung beralih menatap Lala. Jujur, jika dihadapkan dengan pilihan, Lala akan memilih lelaki di depannya. baik, perhatian, tidak judes pula. Satu lagi yang tidak akan ditinggalkan oleh kaum hawa, yaitu ketampanannya. Lala yakin, tidak akan ada yang menolak pesona seorang Rayyan Wira Fauzan

"Ohya mau tanya apaan La?" Tanyanya sambil tersenyum. Bahkan Lala pun menikmati setiap senyum dari Rayyan.

"La!" Panggilnya mengharuskan Lala menghilangkan imajinasinya yang sedikit melenceng.

"Sebenarnya ada apa sih kak? Terus kita mau kemana?" Lala hanya berharap mendapatkan jawaban yang pasti. Tapi sepertinya memang tidak ada yang akan memberitahunya.

"Sorry, La, kakak ga tau kenapa!" Ujarnya sambil tersenyum. Membuat mood Lala menurun seketika.

"Sama aja sama bang Orkhan!" Dumelnya sambil berlari menuju kamar dan mengambil bantal leher kesayangannya.

"Sama aja sama bang Orkhan!" Dumelnya sambil berlari menuju kamar dan mengambil bantal leher kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang