Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Laa Ilaaha illallah Wallahu Akbar
Allahu Akbar walillaa hil hamdSuara takbir bergema dari sebuah masjid di perumahan tempat dimana Lala tinggal. Ia menyiapkan keperluannya untuk sholat Ied.
"Dek, makan dulu! Baru kita ke masjid!" Ujar sang bunda yang sudah siap dengan gamis putihnya, dipadukan dengan hijab warna coksu. Terlihat lebih muda saat usianya sudah mencapai kepala empat.
"Iya ma!" Jawabnya dengan singkat, jelas dan padat seperti biasanya. Orkhan yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menarik kursi dan duduk di sebelah Lala sambil memberi kedipan pada si bungsu.
Sedangkan sang objek hanya menatapnya malas sambil melanjutkan acara mengunyahnya yang terganggu. Bayazid dan Syamil pun tak ketinggalan untuk mencicipi opor ayam buatan Nabila dan segera melahapnya agar tidak tertinggal sholat Idul Fitri.
.
.
.
Semua anggota keluarga Al-Fathi sudah berkumpul di ruang keluarga untuk bermaaf-maafan. Nabila dan Syamil sudah duduk di atas sofa sesuai tradisi keluarga mereka."Ma, pa, Ayaz minta maaf ya kalau ada salah sama mama-papa. Maafin juga kalau Ayaz masih belum bisa jadi Abang yang baik buat adek-adek Ayaz." Dilanjut dengan sungkeman pada orangtuanya.
"Ma, pa, maafin Orkhan yaa, kalau Orkhan masih suka ngeyel dibilanginnya. Terus juga Orkhan minta maaf kalau Orkhan masih bercanda di waktu yang ga tepat." Ujarnya yang lanjut dengan sungkeman ke mama-papa.
"Bang Ayaz, gua minta maaf yaa sama lu! Tapi sebenarnya gua ga tau gua punya salah apa sama lu sampai harus minta maaf ke lu. Tapi karena ini lagi lebaran, dan gua juga ga mau sombong sama lu jadi gua minta maaf lahir batin yaaa bangg." Ujarnya dengan senyum kudanya.
"Sabar gua punya adek kek lu, Khan!" Ujar Ayaz sambil mengelus dada. Nabila dan Syamil hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Ma, pa, ade minta maaf kalau sifat adek masih cuek ke kalian. Makasih ya ma, pa, abang-abang ku yang udah ngertiin adek selama ini. Tapi, khusus bang Orkhan, gua ga ngerasa punya salah sama lu. Karena gua ga mau sombong, jadi gua minta maaf juga ke lu!" Orkhan pun langsung menekuk mukanya. Sedangkan Ayaz menertawakan Orkhan dalam diam. Lala lalu bersalaman dengan mama, papa dan kedua abangnya. Orkhan pun memandang sebal Lala.
"Biarin lu dek, ga dapet THR dari gua!" Ujar Orkhan mengancam. Tapi ancaman tersebut tidaklah berpengaruh bagi Lala. Hal itu semakin membuat Ayaz puas menertawakan Orkhan.
"Kasian.. yang ngomong kena juga imbasnya.. hahahaha!" Ujar Ayaz masih dengan sisa tawanya lalu pamit menuju kamar mandi. Nabila dan Syamil pun langsung keluar dengan sisa tawa mereka yang diikuti Lala. Sedangkan Orkhan?? Ia hanya bisa cemberut. Intinya sebel!
.
.
.
Malam hari, keluarga besar Al-Fathi sudah berkumpul di rumah Syamil. Lala juga bertemu dengan kedua sepupunya, Kirei dan Arsen."Rei jalan yuk ke depan!! Bete tau gua di rumah mulu!!" Keluh Lala sambil memainkan HP-nya.
"Mau kemana?? Emang lu bisa bawa motor?" Tanya Kirei yang sukses dijawab gelengan oleh Lala.
"Tapi kan lu bisa bawa motor. Motor bang Orkhan nganggur di garasi!" Ujar Lala.
"Motor Abang lu kan semuanya ninja. Mana gua bisa bawanya malih!" Ujar Kirei sambil menjitak pelan kepala Lala.
"Lu bisa setir mobil kan? Ayolah sebelum gua masuk pesantren!" Rengek Lala sambil menampilkan puppy eyes nya.
"Tumben lu nampilin puppy eyes ke gua. Swagnya kemana mbak?" Tanya Kirei yang langsung disuguhi pemandangan wajah swag lagi ala Suga BTS.
"Yailah cepet amat sih tu muka berubah ekspresinya!" Keluh Kirei yang dibalas senyuman smirk oleh Lala. Mereka pun bersiap-siap memakai baju santai dan tidak lupa mengambil beberapa lembar uang THR mereka serta HP. Lalu mereka keluar untuk izin dan minjam mobil ke Orkhan.
"Lha, emang pada mau kemana sampai minjem mobil??" Tanya Orkhan karena sudah pasti ia akan menyuruh pak Udin —supir pribadinya— untuk mengantar adiknya dan kedua sepupunya tersebut —Kirei dan Arsen. Dan lebih jelasnya lagi, Orkhan tidak akan mengizinkan mereka mengendarai mobil.
"Si Lala gabut mau jalan-jalan." Jawab Kirei sambil mengarahkan ekor matanya pada Lala. Sedangkan yang disebut hanya memutar bola matanya jengah.
"Yaudah, tapi pulangnya jan malam-malam." Ujar Orkhan yang langsung menghubungi pak Udin dengan telepon genggamnya.
.
.
.
"Eh, lu laper ga, La? Makan dulu yuk!" Ajak Kirei yang sudah memasuki area Mc Donald. Sedangkan Lala dan Arsen hanya mengekorinya dari belakang."Abis ini mau kemana lagi?" Tanya Arsen sembari fokus pada telepon genggamnya.
"Ke miniso dulu. Gua mau lihat-lihat. Kali aja ada yang menarik perhatian." Jawab Kirei yang diangguki persetujuan oleh Lala. sedangkan Arsen, dia hanya diam mengikuti kedua kakaknya memasuki sebuah toko yang sudah mereka sepakati tadi- tanpa persetujuan Arsen.
Mereka hanya melihat-lihat boneka, menyentuh, memeluk, tapi tidak membeli. 'dasar!' Ujar Arsen dalam hati merutuki kedua perempuan sebaya tersebut. Sungguh, menyesal ia menikuti kedua kakaknya berpergian.
Tetapi, pada akhirnya, Lala membeli sebuah tas selempang yang kebetulan sedang diskon sepuluh persen. Bagi Lala, yang penting diskon. Dan tepat angka digital pada layar handphone genap jam sebilan malam, mereka kembali ke basement dan masuk dalam mobil yang sudah ada pak Udin dari balik kemudi. Dan kereta besi itu pun melajukan keempat rodanya pada jalanan aspal.
.
.
.
Bulan kali ini sangatlah terang. Waktu juga yang telah menghentikan aktifitas semua manusia untuk sekedar beberapa saat sampai adzan subuh berkumandang. Tapi tidak untuk kedua gadis dengan umur yang terpaut beberapa bulan. Mereka tidak bisa tidur. Mungkin efek dari cafein yang baru mereka minum saat ditengah perjalanan.
Kirei bingung ingin melakukan apa. Padahal Lala disampingnya juga tak kalah berbeda dari Kirei. Dan akhirnya mereka setuju untuk mengikis malam dengan menonton drama. dan berakhir pada pukul tiga pagi ketika mereka memutuskan untuk menyudahi drama dan memejamkan kedua kornea mereka.
.
.
.
Adzan subuh sudah berkumandang. Rutinitas sholat subuh tetap mereka laksanakan walau setelah sembahyang mereka kembali menuju pulau kapuk. Mengarungi mimpi yang bahkan belum tuntas endingnya. Itulah yang mereka katakan pada Arsen saat ditanya.
Jam delapan pagi, Arsen menghujani keduanya dengan bantal dan guling ke tubuh mereka agar terbangun dari burai mimpi. Cara itu cukup berhasil untuk Arsen lakukan. Dan kini ketiganya sedang berada pada pinggiran kolam dengan menyelupkan sepasang kaki jenjang mereka.
"La!" Panggil Kirei yang spontan membuat pribadi tersebut menengok ke arahnya. Posisinya kini diapit oleh kedua sepupunya.
"Kalau lu udah di pondok, kita ga bisa sering kek gini dong!" Lirih Kirei dengan kepala tertunduk, menatap gelombang rendah air kolam.
"Kita tetap kek gini. setiap gua liburan, kita harus kek gini." Sahut Lala dengan menggenggam kedua tangan Kirei. Dan akhirnya, mereka saling menciprati air dan menjatuhkan tubuh mereka dalam segarnya air. Mereka berpelukan, mengucap janji, bahwa bagaimanapun kedaan mereka, status mereka yang berubah, mereka tetap bersatu.
.
.
.
Assalamualaikum yeorobun
Always sehat ya.. Pokoknya diam-diam aja di rumah
Tenang, masih lumayan jauh buat pertemuan Lala sama calonnya
Makasih buat kalian yang tetap stay sama cerita aku yang entah kapan update... Makasih banget
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUS
Teen FictionLale Labibah Al-Fathi. Atau disapa dengan sebutan Lala. Anak bungsu dari keluarga Al-Fathi dengan kehidupannya di pesantren. Lala mempunyai trauma. Ia takut ditinggal pergi oleh orang-orang tersayangnya. Dan kini terjadi lagi ketika orangtuanya menj...