Aku harap kalian bijak dalam mengaparesiasikan part ini.. Karena akan ada sedikit perdebatan yang cukup alot antara beberapa karakter..
So, enjoy it!!
***
Upacara mingguan baru saja selesai dilaksanakan. Bahkan para santri pun bergegas membubarkan diri menuju kelas masing-masing. Bersiap menyambut pelajaran pertamaLala yang tiba di kelas lantas menelungkupkan kepala di atas meja. Memejamkan mata sebelum jam pelajaran dimulai. Chika yang melihat hanya bisa menatap nanar. Sedih dengan keadaan Lala saat ini.
Di satu sisi, Lala tidak berniat tidur. Ia justru memikirkan keadaan Dika. Yang dia ingat saat laki-laki itu dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Bandung, banyak alat-alat yang menempel pada tubuhnya.
Apa saat ini laki-laki itu memakai alat-alat mengerikan itu, lagi?
Dan tanpa sadar, Lala tertidur tanpa menghiraukan ustadz atau ustadzah yang masuk. Karena beruntungnya, semua ustadz atau ustadzah yang mengajar hari ini di kelas tidak masuk. Digantikan oleh guru piket.
.
.
.
Di klinik pesantren, Rayyan sudah menghubungi kedua orang tuanya untuk membesuk mereka.
Bahkan Rayyan memilih izin tidak mengajar hanya untuk menemani Dika. Mengajak berbicara seseorang yang dalam keadaan tidak sadar. Biarlah ia dianggap stress, yang terpenting baginya saat ini adalah Dika menampakkan netra tajamnya.
"Dik, bangun napa! Lu gak cape apa tidur mulu? Enam jam lu tidur! Masa belum puas juga?!" Rayyan yakin, mengajak berbicara seseorang yang sedang tidur panjang akan membuatnya bangun dari mimpi indahnya.
"Dik! Mama, papa sama Emil mau datang. Masa lu tidur aja?" Ujar Rayyan berbicara seorang diri. Ia takut kalau Dika tak akan membuka matanya lagi.
Rayyan menghela napas panjang. "Apa gua harus bawa Lala biar lu bangun? Kayajk cerita princess Aurora yang suka dibaca Emil?" Ok, Rayyan sudah cukup frustasi melihat Dika yang belum bangun juga. Hingga...
Tak lama setelah mengucapkan racauannya yang tak jelas, tangan Dika bergerak sedikit demi sedikit. Dan mata sipit nya mulai mengerjap, membiaskan cahaya masuk ke retina mata.
R
ayyan yang masih belum sadar, justru menenggelamkan kepalanya dengan kedua tangannya sembari menggengam tangan Dika.
"Dik, bangun! Please!" Dika mendengar racauan Rayyan yang terdengar putus asa.
"Bang!" Rayyan menoleh ke sumber suara dan betapa terkejutnya melihat Dika yang sudah membuka kedua mata dengan pandangan sayu. Suara yang lirih serta terlihat menahan sakit yang dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUS
Teen FictionLale Labibah Al-Fathi. Atau disapa dengan sebutan Lala. Anak bungsu dari keluarga Al-Fathi dengan kehidupannya di pesantren. Lala mempunyai trauma. Ia takut ditinggal pergi oleh orang-orang tersayangnya. Dan kini terjadi lagi ketika orangtuanya menj...