gengsi (?)

1K 53 0
                                    

Walaupun gua bilang 'nggak, amit-amit' ke lu,
tapi hati kecil gua gak bisa bohong
Entah kenapa, liat lu dalam keadaan jauh dari kata baik-baik saja, gua khawatir, panik
"Mungkinkah ini yang dinamakan cinta?"

~Lale Labibah Al-Fathi~


Entah kenapa setelah mendengar cerita dari Naya, rasasakit menyeruak dalam dada. Lala tak menyangka, seorang Keenan Wira Rahandika, yang terkenal dengan  ke-tsundere-annya, serta tidak peduli dengan lingkungan sekitar, ternyata menyimpan rahasianya rapat-rapat dari semua orang. Ya, karena penyakit itu. Penyakit yang hinggap pada tubuhnya sejak kecil.

Mungkin inilah mengapa ada istilah 'dont judge a book by a cover'. Selama ini, yang Lala tahu tentang dia adalah nyebelin, keras kepala, dan dingin. Tapi dibalik itu semua, Lala tidak menahu kelemahan yang ia coba tutup ke semua orang. Lala tahu, teman seangkatannya, bahkan kakak kelasnya pun banyak yang menggemari Dika, seakan dia adalah seorang idol yang terkenal. Ya, Lala mengakui, wajah dan sifatnya memang sangatlah mirip dengan salah satu member BTS, Min Yoongi atau kerap dipanggil Suga.

.

.

.

Lala masih saja menunggui Dika di ruang rawatnya. Tepatnya duduk di samping ranjang Dika. Ia tidak tega jika Naya harus menunggui putra bungsunya terbangun yang sudah tiga hari ini tertidur.

"La, lu pulang aja. Gak papa kok, gua sama bang Orkhan yang jaga Dika. Lagipula, lu udah nemenin mama gua dua hari ini. Mama gua aja udah istirahat di villa, masa' lu enggak?" Bujuk Rayyan yang hanya djawab gelengan oleh Lala.

"Kak, biarin gua nebus kesalahan gua sama Dika." Lirih Lala disertai gelengan dan air mata yang mengalir dari kedua netranya. Toh, menurut Lala ini juga kesalahannya yang mengajak Dika untuk menemaninya makan. Seandainya ia tak mengajak Dika pergi makan, mungkin kejadian beberapa hari lalu tak akan terjadi. Seperti itulah kiranya pemikiran Lala yang tengah menyesal atas kejadian tersebut.

"Ini bukan salah lu, La. Emang dari sebelum ke villa Dika sempat sakit." Ujar Rayyan yang hanya direspon gelengan oleh Lala. "Biarin gua disini aja, nemenin Dika." Lanjutnya lalu memasuki ruang rawat Dika.

.

.

.

Hari berganti hari. Ini adalah hari ketiga Dika di rawat di rumah sakit. Jam yang melingkar di lengan mungil Lala menunjukkan pukul 03:30 pagi. Belum ada tanda bahwa Dika akan bangun dari tidur panjang nya. Tetapi gadis dengan kerudung berwarna merah maroon itu hanya bisa melihat rivalnya, tepatnya calonnya; jika mereka terima, hanya menatap lamat-lamat. Tanpa terasa liquid bening menggenang di kedua pelupuk matanya. Jika ia berkedip sekali saja, bisa dipastikan liquid bening itu menjadi muara sungai seperti air terjun yang meluncur mulus mengaliri pipi halusnya.

"Manusia es, lu kapan bangun sihh? Bangun dong! Gua lebih seneng ngeliat lu cuek daripada begini. Ini bukan kek lu banget! Tidur lama berhari-hari tanpa bangun!" Ujar Lala bermonolog sambil memandang wajah Dika lamat. Seakan berbicara dengan seseorang yang ada di hadapan nya.

Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang