the trust

546 32 1
                                    

Terima kasih
Karena tak menyembunyikan apapun
~Lale Labibah Al-Fathi~

Kegiatan di pesantren selalu sama. Tak ada yang berubah dari agenda setiap tahunnya. Hanya orang-orangnya lah yang selalu silih berganti.

Bahkan untuk sebuah hubungan jarak antar asrama. Tak ada yang berubah antara Lala dan Dika. Masih sama seperti sebelumnya. Sama-sama cuek, bahkan setelah acara perjodohan tersebut, keduanya belum bisa berbicara dengan panggilan yang lebih baik seperti 'aku-kamu'. Keduanya masih berbicara menggunakan 'lo-gua'. Dan Lala masih memanggil Dika dengan sebutan manusia es.

Sejak acara pelantikan selesai, beserta dengan sidang guna menyusun program kerja masa bhakti mereka, seluruh santri sibuk dengan persiapan guna menghadapi ujian semester gasal. Bahkan kemana-manapun membawa buku atau minimal catatan guna mempelajari atau menghapalnya.

Begitupun Dika dan Lala. Di tengah kesibukannya berorganisasi, mereka tetap mempelajari setiap pelajaran dengan baik. Walaupun sesekali, Dika harus menahan nyeri pada area dadanya serta pening pada kepalanya.

Ya, setidaknya ia tak perlu membuat sang kakak serta gadis tersebut khawatir akan kondisinya. Selagi bisa ia tahan, maka ia akan tahan hingg waktu istirahat tiba.

Seperti saat ini. Memang kegiatan pesantren saat menghadapi ujian adalah belajar saja. Jadi seluruh kegiatan yang diadakan OSDT pun dihentikan. Malam adalah jam belajar bagi seluruh santriwan maupun santriwati Daarut Tauhid. Tapi bagi Dika, malam adalah waktu-waktu dimana dirinya tersiksa. Selain udara dingin yang sungguh tidak baik bagi kesehatan jantung Dika, sesekali pun pening ikut menyertainya kala pemilik nama lengkap Keenan Wira Rahandika itu ingin fokus dengan materi ujian.

Di tempat lain, Lala yang memang sengaja duduk di ujung tirai melihat bagaimana lelaki tersebut memijat pelan dada kirinya. Sesekali, tangan kanannya memijat pangkal hidungnya yang pening. Lala sangat ingin menghampirinya lalu memberikan barang yang mampu menghangatkan badan. Tetapi niat itu ia urungkan jika ia tak ingin mendapat masalah.

"Dika kenapa?" Tanya pribadi yang tetiba hadir menemani Lala duduk yang sedang memperhatikan sebuah objek.

"Kayaknya kambuh." Singkat cukup membuat pribadi yang menemaninya baru saja mengangguk paham dengan keadaan lelaki tersebut.

"Pinter milih tempat juga ente." Pujian tetiba hadir diantara kedua gadis sebaya tersebut disertai kekehan lirih yang mengudara. Tetapi semuanya terhenti ketika sosok yang mereka pandangi tumbang begitu saja yang sontak menghebohkan santriwan dan berbondong-bondong melihat apa yang terjadi. Entah ingin menolong, berempati, atau hanya sekedar penasaran dengan yang terjadi.

Dan sebuah suara menghampiri kedua insan yang sedari tadi memandangi sosok yang kini tumbang, menyambangi indra pendengaran mereka, "Lala, Chika.. Kalian dipanngil dokter Adhi." Sontak Lala langsung berlari kencang ditemani hembusan angin yang cukup kencang hingga menerbangkan bagian bawah gamisnya serta ujung jilbabnya seakan sedang melakukan slow motion.

.

.

.

Ruang tunggu UKP adalah tempat yang tepat untuk menunggu kabar dari dokter. Dan sejak tiga puluh menit yang lalu, Rayyan dan Reefat sudah menunggu disitu.

Dokter Adhi keluar diikuti oleh Lala dan Chika yang membawa peralatan kesehatan yang mereka pakai tadi guna memeriksa pasien. Lantas berlalu menuju ruang obat guna menaruh kembali peralatan yang masih bisa dipakai.

"Sepertinya Dika kelelahan membuat jantungnya harus bekerja dua kali lipat. Selain itu, anemia karena hemofilia yang diindapnya sering kambuh. Sebaiknya Dika dirujuk kembali ke rumah sakit. Saya khawatir ada pendarahan dalam yang tidak terlihat." Lantas meninggalkan kedua lelaki berbeda usia tersebut dengan ekspresi yang bisa dikatakan 'tidak baik-baik saja'.

.

.

.

Hari terus berlalu. Seluruh santri mulai menghadapi ujian lisan terlebih dahulu. Dimana seluruh santri harus menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pengawas. Oh, dan mereka tidak bisa meminta bantuan kepada teman karena ujian ini bersistem wawancara. Jadi hanya bermodalkan materi yang sudah mereka hafalkan sebelumnya.

Lala sejujurnya tidak fokus untuk ujian. Bagaimana tidak? Dika sedang di rujuk ke rumah sakit dan dirinya tidak tahu bagaimana keadaan lelaki tersebut. Padahal ia harus fokus untuk ujian lisan. Dan sialnya, otaknya sedang tak dapat diajak bekerja sama baramg sedikitpun. Dan Lala benci dengan rasa khawatirnya ini.

"Fokus! Dia bakalan marah kalu ente gak serius sama ujian." Nasihat Chika yang sudah duduk di kasur busa Lala. Bahkan gadis tersebut memperhatikan pandangan Lala yang kosong sembari membuka buku dengan terbalik.

Sedangkan Lala tak bisa berkata apa-apa. Pikirannya kalut. Ia bingung harus bagaimana. Yang ia harapkan ada kabar tentang Dika sebelum ujian dimulai. Setidaknya itu membuat rasa khawatirnya berkurang.

"Lala, ada sms dari keluarga ente!" Seru Inka sembari membawa telepon genggam milik wali kamar mereka. Dan Lala lantas membuka pesan dari Rayyan.

'Dika udah sadar, kondisinya membaik. Dika bilang lu harus fokus ujian. Kalo ngga, dia berpaling sama IU.'

Hah, Lala lega seketika. Lantas tersenyum sembari mengucap syukur. Sedangkan Chika disampingnya ikut membaca pesan tersebut.

"Kan ane bilang bener! Makanya fokus. Emang mau dia berpaling sama IU?" Tanya Chika berbisik dengan nada yang menggoda.

Lala yang tak mau lebih lanjut mendengar ledekan Chika lantas beranjak dari duduknya.

Tok tok tok

Lala mengetuk ruangan yang lebih kecil dalam kamarnya. Lantas Kinan pun keluar sembari mengerling pada Lala. Seakan menyiratkan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Yaudah sana berangkat ke kelas. Takutnya giliran ente." Lantas langsung menyambar sepatu pantophel-nya dan berlari ketika sepatu sudah terpasang sempurna.

"Dasar bucin. Tapi dua-duanya pada halu." Gumaman yang pelan dari bibir Chika sembari membayangkan bagaimana keduanya ketika bertemu akan sama-sama mengakui idol mereka sebagai pacar. Sungguh dua manusia yang halu melebur menjadi satu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Assalamualaikum yeorobun....

Akhirnya aku bisa up juga cerita ini...

Maaf aku ninggalin cerita ini hampir sebulan mungkin.. Karena kemarin ide-idenya belum mampir... Terus juga terbawa euphoria annivenya BTS... Jadi sering kena bawang mataku😂

Ohya aku mau promosi ceritaku sekalian...

Ceritanya benar-benar bertebalikkan dari CBPP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceritanya benar-benar bertebalikkan dari CBPP... Aku harap kalian ga bosan baca cerita-ceritaku..

See you next time

Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang