Tidak selamanya perpisahan menjadi hal yang pahit. Tidak selamanya kau berpisah dari kami. Kami hanya menitipkanmu kepada orang yang tepat. Kami tahu, kau bisa menghadapi semuanya
~Orkhan~
Hari ini adalah hari dimana Lala harus berpindah tempat dari rumah menuju pesantren. Entah mengapa, perasaannya seperti di gunjang-gunjingkan oleh bimbang. Lala takut, takut teramat sangat ditinggal oleh kedua abangnya. Terlebih Orkhan yang sering mengeluarkan jokes recehnya hanya untuk membuatnya tersenyum.Orkhan yang tahu akan kebimbangan Lala langsung pindah ke bangku belakang mobil. Meninggalkan Ayaz seorang diri duduk di kursi tengah saat mobil yang ditumpanginya dalam keadaan berhenti.
"Dek, lu kenapa?" Tanya Orkhan pelan. Lala hanya menjawab dengan gelengan kepala lalu memasang earphone nya hanya di telinga kiri saja. Ia memilih mendengarkan love myself nya BTS.
Bukan Orkhan namanya yang puas dengan bahasa isyarat. Hingga Lala dibuat kesal dan menatapnya tajam.
"Gua ngantuk. Mau tidur!" Ujarnya lalu memosisikan kepala serta tubuhnya senyaman mungkin selama perjalanan.
.
.
.
Sesampainya di pesantren Daarut Tauhid, mereka langsung mencari tempat parkir yang sudah penuh dan silih berganti dengan yang lainnya. Setelah menemukan tempat parkir yang pas, mereka langsung menuju aula pesantren yang terbilang luas dan besar. Saat registrasi, Lala mendapatkan kaos olahraga, kasur busa, bantal, serta satu set sprei. Mereka disambut oleh dua orang santriwati ketika registrasi selesai.
"Assalamualaikum pak, Bu. Mari saya bantu. Adeknya kamar berapa??".
.
.
"Kakak, kalau aku ga salah, Kakak yang jadi guider aku, yang nganterin aku keliling pesantren, kan?" Tanya Lala sambil mengingat salah seorang santriwati yang kini sedang membantunya. "Nama kakak, Ayana Safitri, 'kan?" Tanya Lala lagi yang dijawab anggukkan oleh Aya.
"Alhamdulillah kalau kamu masih ingat kakak." Ujar Aya masih dengan senyum yang mengembang. Sedangkan Orkhan yang duduk disamping Ayaz hanya tersenyum sambil memperhatikan Aya yang sedang ngobrol dengan Nabila. Mungkin kebutuhan Lala untuk di pesantren.
Di koperasi, Nabila, Lala, serta Aya dan temannya turun dari mobil untuk memberikan arahan ke Nabila dan Lala.
Nabila membeli seluruh seragam yang ditunjukkan oleh Lala. Tak lupa pula Aya mengarahkan keperluan lain selain seragam sekolah. Seperti peralatan mandi, peralatan mencuci, gantungan baju, gembok, peralatan makan, sepatu pantofel, kaus kaki Pramuka dan putih, serta buku paket untuk pelajaran bahasa Arab dasar. Karena Lala masuk kelas intensif (kelas persiapan), maka pelajaran yang akan dipelajarinya adalah pelajaran yang berbasis bahasa Arab.
"Kak, lemarinya perlu dilapisi lagi ga dengan kertas kado?" Tanya Lala berbisik kepada Aya.
"Engga perlu, dek! Soalnya udah dilapisi. Jadi adek ga perlu khawatir kalau serbuk kayunya jatuh ke baju." Jelas Aya yang dijawab anggukan oleh Lala. Tanda ia paham.
.
.
.
Sesampainya di kamar asrama, Lala langsung memilih ranjang bawah yang masih tersisa dua. Ia dapat tempat yang menurutnya nyaman. Banyak angin dan sepi dengan nyamuk.
Nabila pun menamai kasur Lala dengan tulisan yang besar. Sengaja ia lakukan agar tidak tertukar dengan yang lainnya. Orkhan merapihkan kasur Lala serta memasangkan sprei. Sedangkan Nabila dan Lala merapihkan dan mengisi lemarinya dengan pakaian serta buku-buku. Aya yang melihatnya pun kaget dengan cara melipat Lala. Rapih dan simetris. Tidak miring saat ditaruh di lemari seperti menara Pisa. Satu kata dari Aya untuk Lala. Rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUS
Teen FictionLale Labibah Al-Fathi. Atau disapa dengan sebutan Lala. Anak bungsu dari keluarga Al-Fathi dengan kehidupannya di pesantren. Lala mempunyai trauma. Ia takut ditinggal pergi oleh orang-orang tersayangnya. Dan kini terjadi lagi ketika orangtuanya menj...