the judge

967 47 3
                                    

Karena akan ada kesalah pahaman, dimohon bijak ya.. Ambil yang baik, buang yang buruk

.
.
.
Terkadang kesalah pahaman bisa muncul kapan saja... Juga bisa merusak... Walaupun itu tak sama dengan apa yang dilihat
~Lale Labibah Al-Fathi~

~Keenan Wira Rahandika~




Setelah menyuruh Dika istirahat di kamar tamu, Lala langsung menuju kamar dan menemui Kirei serta Arsen yang berkumpul dalam ruanganna. Ya, kamar Lala selalu dijadikan basecamp perkumpulan oleh mereka bertiga.

"La, itu doi lu?" Tanya Kirei yang diangguki malas oleh Lala. Kini sifat kepo kedua sepupunya sontak menguar

"Dia... Sakit apaan?" Kali ini Arsen bertanya setelah beberapa saat bungkam. Sejujurnya, Arsen pun merasa ragu bertanya seperti itu.

Tetapi, namanya keingintahuan yang tinggi, tidak bisa disangkal. Bahkan Arsen pun sudah sangat gatal ingin menghubungi Lala selagi menjadi penonton.

"Menurut kalian, aneh ngga kalau cewek yang kuat dan cowok yang lemah?" Tanya Lala meminta pendapat pada kedua sepupunya.

Diam. Semuanya diam. Tak tahu harus dan ingin menjawab apa.

"La, lu nerima perjodohan ini.. Bukan karena kasihan sama dia kan?" Lala menggeleng mantap. Sedangkan Kirei dan Arsen yang mendengar hanya tersenyum bangga. Mempunyai saudara yang mau menerima seseorang apa adanya.

"Lagian, gua juga udah sholat istikhoroh. Dan gua malah mimpi sandingan sama dia." Kedua kaka-beradik itu langsung tertawa kencang mendengar penuturan Lala.

"Asiiikkkkk..... Semur daging!" Celetuk Arsen iseng sambil terbahak mengikuti salah satu film Indonesia, dunia terbalik.

Sontak Lala dan Kirei tertawa mendengar celetukan Arsen.

Lala bersyukur mempunyai dua sepupu yang sifatnya bukan seperti manusia bumi. Tapi bisa mengembalikan suasana canggu menjadi suasana yang hangat.

.

.

.

"La, tante pulang dulu, ya?" Pamit Naya diikuti Dika.

Lala hanya mengangguk sambil memamerkan eye smile-nya. Pipi-nya yang agak chubby terangkat keatas. Menutupi sebagian mata yang bulat membentuk bulan sabit.

"Tante juga mau bilang terima kasih sama kamu, karena menjamu kami, terutama Dika dengan baik." Lanjut Naya lagi sambil menarik pelan Dika yang ada di belakang nya.

"Iya tante sama-sama." Ujar Lala. Ia tak tahu harus merespon apa dan bagaimana.

Tiba-tiba, Naya memeluk nya ketika mobil jemputan mereka datang. "Terima kasih, sayang. Sudah mau menerima Dika apa adanya." Ujar Naya sambil menangis. Lala yang awalnya bingung langsung menepuk pelan punggung kecil Naya guna menenangkannya.

"Iya tante, sama-sama. Bantu Lala juga karena Lala masih dalam proses." Balas Lala semakin mengeratkan pelukan mereka berdua. Seakan mereka tak akan bertemu lagi.

.

.

.

Keesokan harinya, sebuah tas ransel yang menggembung telah bertengger di atas kursi meja belajar dengan manis. Hari ini adalah hari dimana seluruh santri Daarut Tauhid kembali memasuki penjara suci itu.

Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang