confusion

1.8K 93 4
                                    

Setelah sholat Maghrib, Lala tidak bergegas menuju maqshof . Ia masih berada pada halaman belakang masjid sembari memandangi langit yang bertaburkan bintan, juga cahaya bulan yang cukup terang malam itu.

*kantin*

"Lala!" Panggil seseorang yang menghetikan kegiatannya yang kala asyik menikmati pemandangan yang selama ini disia-siakannya. Ternyata ka Icha, kakak kelas yang satu kamar sama dengannya. Saat ini ia sudah duduk di kelas lima TMI atau setara dengan kelas sebelas MA.

"Kenapa, kak?" Tanya Lala to the point. 'lah, gua kira kenapa?!'

"Langitnya bagus ya, La?" Tanyanya masih sambil memandangi langit yang hitam dengan bintang yang bertaburan. Serta bulan yang juga menyertai langit malam itu.

"Iya, ka! Kadang ane juga nyesel udah nyia-nyian pemandangan yang indah kek gini!" Ungkap Lala dan mereka masih setia memandangi langit.

"Tau, ga?" Tanyanya tiba-tiba dan menggantung.

"Mana ane tau kak! Kan kakak belum ngasih tau!" Jawabnya dengan santai.

"Terkadang, langit yang warnanya hitam ga selamanya gelap. Juga, ga selamanya langit yang cerah itu akan selalu cerah. Pasti ada kalanya yang cerah menjadi gelap. Begitu juga sebaliknya!" Ujarnya panjang lebar yang bahkan tak Lala pahami maksud dari kiasannya.

"Ngerti ga maksud ane?" Tanyanya lagi dan spontan Lala menjawab dengan gelengan.

"Jadi gini, ane liat gerak-gerik ente kek ga nyaman gitu. Kek bingung gitu. Ehmmm.. ente lagi ada masalah, La?" Tanyanya hati-hati.

"Kalau ga mau cerita, gapapa kok! Tapi, kalau ente mau cerita, dengan senang hati bakal ane dengerin." Lanjutnya dengan terburu-buru. Lala terdiam, memahami ucapan dari Icha. Tiba-tiba.....

"Lala, ada Abang ente!" Ujar seseorang lagi yang menghampiri kami dengan nafas yang terengah-engah.

'Dan, abang? Bang Orkhan maksudnya?'

"Abang ane?" Tanyanya meyakinkan lagi. Lisa, sang Informan hanya mengangguk, bertanda benar.

'apa karena gua tadi telpon bang Orkhan? Aishhhhh!' gumamnya dalam hati merutuki kecerobohannya.

"Sekarang dimana?" Tanya gua lagi.

"Di dekat pohon kelapa. Masih rapih banget! Keknya baru pulang kerja, deh!" Jawab Lisa lagi.

"Syukran ya, infonya, Lis!" Lala langsung berlari menuju tempat dimana Orkhan berada. Tanpa mempedulikan bahwa perutnya sudah berdemo ria meminta haknya.

"Udah mau isya, La! Mending ente izin telat sama bagian peribadatan!" Usul Icha yang sonta diangguki oleh pribadi tersebut.

.

.

.

Lala langsung menghampiri Orkhan yang sudah menunggunya dekat pohon kelapa yang Lisa maksud. Dengan masih memakai mukena, ia menghampiri Orkhan tanpa berpikir untuk menggantinya dengan kerudung. Tak lupa ia ucapkan terimakasih ke Lisa yang sudah berbaik hati mengantar dimana abangnya berada.

"Assalamualaikum, abang!" Tegurnya saat melihat Orkhan sedang terdiam. Entah apa yang dipikirkan abangnya, Lala mulai merasa khawatir. Ditambah wajah abangnya yang pucat yang terlihat walaupun hari sudah gelap. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

"Ehhh.. waalaikumsalam dek!" Jawabnya sambil tersenyum. Lala langsung menyalami tangan abangnya. 'panas!' gumamnya dalam hati.

"Lu kesini sama siapa, bang?" Tanya Lala penuh selidik. Bukannya menjawab, Lala malah digiring untuk masuk ke mobil. Ia tidak melihat siapapun di mobil selain kedua manusia La-Fathi tersebut. Berarti...

Cinta Bersemi di Pondok Pesantren (CBPP) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang