Part 9

189 12 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam
Anehnya aku tidak merasa ngantuk sama sekali, dari yang biasanya pukul 9 saja mataku sudah terasa berat.
Aku kepikiran Daffa, sedang apa dia? Bagaimana keadaan nya? dan pikiranku berujung dengan Perempuan itu, Ratih.

Aku masih penasaran sebenarnya apa hubungan mereka?
Apa yang harus ku lakukan jika bertemu Daffa nanti? haruskah aku menghindar saja?

Ahh.. memikirkan itu saja sudah membuatku pusing.
Sudahlah aku ingin tidur saja. Selamat Malam.

                                    •••••

Pukul 07.15

"Mamaaa!!! Aku telatt!! Kenapa mama gak bangunin Hana sih?" ucapku panik

"Astaga Hana! Mama pikir kamu sudah berangkat! Ayo cepat buruan mandi!" sahut Mama

Sial! Aku terlambat, ini pasti gara-gara semalam aku tidur larut malam.
Aku bergegas bersiap-siap dan langsung pamit pada Mama

"Maa, Hana berangkatt dulu yaa!! Assalamualaikummm...." ucapku teriak

saat keluar dari rumah, aku melihat Daffa sedang duduk diatas motor Ninja merahnya dihalaman rumah hendak ingin pergi tapi terhenti saat melihat ke arahku.

"Hanna? belum berangkat ya? Tumben telat?" tanyanya

Aku tidak menghiraukan katanya, aku hanya sedang tidak ingin berbicara dengannya. Pikiran ku hanya satu, bagaimana caranya bisa sampai ke sekolah dengan cepat.

"Udahh sama aku aja, lebih cepat sampai sekolah naik motor  ketimbang angkot" ajak Daffa

Tanpa pikir panjang aku langsung menaiki motornya dan memukul pundaknya sebagai tanda untuk langsung pergi saja.

Selama perjalanan, baru terpikirkan olehku, kenapa aku pergi dengannya? Bukannya sekarang aku sedang ingin menghindar?
Ahh masa bodohla, yang terpenting gimana bisa sampai ke sekolah dengan cepat.

                                        •••••

Bell pulang berbunyi

Aku melihat Daffa dari kejauhan, langsung saja aku hampiri.

"Daffa, makasih ya atas tumpangan tadi pagi." ucapku

"Lah? baru sekarang makasihnya? tadi pagi langsung main kabur aja ke kelas." jawab Daffa menyindir

"Iyaa aku minta maaf, aku panik sampai lupa bilang makasih ke kamu." jawabku menjelaskan

Dia hanya mengangguk dan beranjak meninggalkanku

Tiba-tiba aku mendengar langkah dari belakang dan mendekat menghampiriku

"Ehmm... Kalau boleh tau kamu kenal Daffa darimana ya? sepertinya kalian terlihat cukup dekat." ucapnya

Aku spontan membalikkan badan dan melihat seorang yang sudah tidak asing lagi.

"Ratih?" kataku spontan

"Oo jadi kamu sudah mengenalku ya?" tanyanya

"Kenalin, aku Ratih Amanda!"

"Aku Diana, teman sekelas Daffa sekaligus tetangganya." jawabku

"Tetangga? kamu tetangganya Daffa? Oh pantas saja kalian terlihat dekat!" katanya dengan senyum agak memaksa

"Ohh, itu gak seperti apa yang kamu pikirkan kok, aku dan Daffa hanya berteman." jawabku

"Hmm baiklah.. Ngomong-ngomong. Apa aku boleh berteman denganmu, Diana?"
ucapnya sambil memegang tanganku

"Haa?" ucapku spontan.

Aku bingung apa yang sedang dipikirkan Ratih, cewek cantik, populer di sekolahku.
Mengapa dia ingin berteman denganku yang biasa ini?

"I..iya. Aku mau berteman denganmu, kok." jawabku senyum

"Asikkk!!!!" dan ia langsung memelukku

"Sampai ketemu besok ya, Dianna!" jawabnya lagi dan pergi meninggalkanku

Entah kenapa, aku merasa aneh dengan sikap Ratih.

"Hannaa, sejak kapan kamu dekat sama Ratih?" tiba-tiba Bella dan Reva menghampiriku

"Ohh.. eh aku gak tau juga, tiba-tiba dia ingin berteman denganku, aneh kan?"

"Jangan-jangan dia ada maunya lagi." sahut Reva dengan wajah curiga

"Betul tuh Rev, aku juga kepikiran itu." ucap Bella

"Awas saja ya kalau sampai dia punya niat jahat, akan ku hajar dia hahaha." ucap Reva sambil tertawa

"Hahaha makasih ya teman-teman, kalian memang sahabat sejatiku, aku sampai ingin nangis rasanya :( ." ucapku dengan nada memelas

"Yaelahh, keluar deh aslinya. Hahahaha." jawab Bella

Aku merangkul kedua sahabatku dan kami berjalan pulang.

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang