Part 10

162 6 0
                                    

Sesampainya dikomplek rumahku, aku melewati rumah Daffa, anehnya mataku selalu ingin mencari dimana keberadaannya. Entah kenapa aku merasa tidak enak padanya karena kejadian tadi pagi.

Aku melihat-lihat, daann "Brruuuugggg.."

"Aduhhh, Daf.. daffa??" ucapku kaget

"Kamu ngapain bengong gitu? dirumahku ada maling ya?"tanya Daffa heran

"Ahh, engga. Aku hanya lewat saja kok. Hmm Daffa, soal tadi pagi aku ingin minta maaf."

"Udahla, gapapa. Tapi lain kali kalau udah dibantuin bilang makasihh yaa." menyindirku

"Ohh.. iyaiyaa, maaf."

"Jangan minta maaf terus, yaudah aku masuk duluan. Bye." ucapnya lalu pergi melewatiku

Entah kenapa, aku merasa senang. Benar, aku yang dulu hanya bisa melihatnya dari jauh. Sekarang bahkan aku sering bertatap muka dengannya

•••••

Keesokan harinya.

Aku melihat alarmku, aku langsung bergegas dan bersiap-siap ke sekolah. Entah mengapa, pagi ini aku merasa bersemangat sekali. Kalian tau kenapa? bertemu Daffa pastinya. Dia salah satu alasanku untuk bersemangat ke sekolah.

Sesampainya disekolah, tiba-tiba Ratih menghampiriku

"Haii Diana, selamat pagii." sapanya dengan semangat

"Pagi juga Ratih."

Kemudian Daffa datang dan melewati kami

"Pagii Daffa". sapa Ratih dengan senyum ceria nya

Kulihat Daffa hanya menoleh kemudian berlalu begitu saja

Kenapa dia gak melihatku? apa aku berbuat salah kemaren?

"Heran deh, dia kok dingin banget ya sekarang, padahal dia dulu ngejar ngejar aku." ucap Ratih dengan nada agak kesal

Aku hanya diam.

"Diana, kamu jangan mau deh dekat dekat sama Dia, bikin sakit hati." lanjutnya

Aku hanya mengangguk,

"Oiyaa, aku masuk kelas dulu yaa Ratih. Daahh."

"Oke, sampai ketemu nantiii, Diana!"

Aku tak habis pikir dulu Daffa sebegitu suka nya pada Ratih. Dan mengapa dia melarangku untuk mendekati Daffa? ini rasaku, biarlah aku yang bertanggung jawab atas itu.

•••••

Entah mengapa beberapa hari ini aku sering dihampiri Ratih, aku tak mengerti maksud dari sikapnya yang begitu.
Ku akui Ratih memang anak yang cukup baik. Bahkan, akhir akhir ini aku sering bersama dengannya.

"Hanna, kulihat akhir akhir ini Ratih selalu menghampirimu ya." ucap Bella

"Iyaa tumben tumben nyaa tuh, padahal dulu dia gapernah main sama kamu, jangan jangan dia punya maksud." sambung Reva

"Udahla, jangan berpikiran buruk dulu. Manatau dia emang ingin berteman kan." jawabku

"huhh kamu sih Hanna, baik banget jadi orang. Tapi emang firasatku buruk sama dia." ucap Reva

"Udah ah yukk ke kelas."

                                •••••

Baik anak anak, Bapak akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok untuk melakukan presentase didepan kelas.

Ini merupakan tugas akhir. Saya harap kalian mampu menyiapkan presentase kalian sebaik mungkin.

Kelompok 1 :
Bella Graceva
Daffa Anantha
Diana Valerie
Reva Agustin

"Yesss, kita sekelompok nih, ada Daffa lagi!" seru Bella lalu berkedip mengodeku

Aku hanya diam, senang rasanya aku bisa sekelompok dengannya. Mungkin dengan ini aku bisa lebih dekat dengan Daffa.

Sepulang sekolah aku langsung memghampiri Daffa, modus lah soal nanya tugas kelompok hehe.

"Daffa, tugas kelompok tadi gimana? kapan kita diskusikan?" tanyaku

Belum sempat Daffa menjawab tiba tiba saja.

"Haiii Diannaa." sapa Ratih sambil merangkulku

"Iya Ratih." jawabku kurang nyaman

"Kamu lagi ngapain sama Daffa?" tanya nya penasaran

Kulihat tingkah Daffa kurang nyaman saat Ratih datang.

"Nanti aku hubungi lagi." ucap Daffa lalu pergi

"Hubungi? maksudnya apa?" tanya Ratih penasaran

"Mm enggak ada apa-apa, kami hanya membicarakan tugas kelompok." jawabku

"Ooo jadi kalian sekelompok ya? enak ya kalau sekelas. Tapi ingat ya Dianna, kamu harus hati-hati dengan Daffa." ucapnya

"Hati-hati? apa maksudmu?"

"Kamu gatau kan gimana Daffa sebenarnya, aku mengenal Daffa sudah lama." jawabnya

Rasa penasaran ku akhirnya meluap setelah sekian lama ku tahan.

"Kalau boleh tau kamu dulu ada hubungan apa dengan Daffa?"

"Kamu pengen tau? Jadi gini, aku sudah kenal Daffa dari SMP. Aku dulu punya pacar namanya Dimas. Daffa dan Dimas dulu berteman. Aku juga kenal dengannya melalui Dimas.
Tapi ternyata Daffa menyukaiku, dan bahkan aku dan Dimas jadi putus karna dia. Aku sudah memberi kesempatan untuk Daffa. Tapi malah dia membuangku. Seolah olah dia tidak peduli, aku juga heran kenapa dia sangat dingin terhadapku, padahal dulu dia berusaha untuk mendekatiku." ucap Ratih pelan dan dengan raut wajah sedih

"Oh, maaf Ratih. Aku tidak tau akhirnya begini."

"Gapapa, Dianna. Tapi ada satu permintaanku, kamu jangan pernah mendekati Daffa kalau kamu gak mau berakhir sepertiku. Dia bahkan pernah dirumorkan sering php-in cewek yang dekat dengannya."

"Iyaa Ratih." jawabku dengan berusaha menenangkannya.

Mungkin yang dibilang Ratih ada benarnya juga, aku gak mau sakit hati.
Lebih baik aku lupakan perasaanku sendiri.
Aku terlalu kecil untuk mendapatkan Daffa yang sempurna.

                                •••••

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang