Part 39

43 0 0
                                    

Happy Wedding for our lovely bestfriend Bella Graceva

Aku dan Reva memeluk erat pengantin cantik itu. Gaun putih yang mewah cocok dipakai olehnya. Kulihat Bella benar-benar senang saat itu. Aku turut bahagia di hari pernikahan sahabatku.

Aku memilih untuk keluar dari kerumunan orang dan mencari ketenangan. Entah kenapa aku kembali teringat akan kejadian pahit tadi malam.

Benar kata Raymond, aku seharusnya tidak terlalu memaksakan perasaanku untuk Daffa. Tapi kurasa ini sudah takdirku. Aku tidak menyesal atas itu.

Dari sana aku bisa belajar mengikhlaskan, kebahagiaan sejati tidak harus dengan memiliki. Aku dapat memposisikan diriku sebagai Raymond.

Aku menatap langit malam, di balkon rumah Bella. Cahaya bulan dan bintang yang begitu indah. Memang disaat kondisi seperti ini aku jadi rindu Jerman.

"Huuhh, i'm sorry for being rude, Ray." aku menundukkan kepala dan berbalik

"Missing me?" ucap seorang laki-laki yang berdiri didepanku

"Rayy?? Gimana bisa?" aku tak percaya

"Kapan lo ke Indo? Kok gak ngasih kabar?"

Ray kemudian menghampiri Hanna, dan sekarang posisinya sejajar dengan Hanna.

"Ceritanya panjang, Hann. Gue gabisa tenang sehabis lo pergi pulang ninggalin gue saat itu. Gue selalu merasa bersalah sama lo."

Aku menyimak perkataan Ray, memberi ruang untuknya berbicara.

"Gue sekarang sadar, cinta itu gabisa dipaksain. Mau gimana pun usaha gue, kalau selama hati lo bukan buat gue ya selama nya ga akan buat gue, Hann."

"Ray? Are you okay?"

"Sure."

Raymond kemudian menggenggam kedua pundakku, dan menuntunku untuk menghadap kearahnya.

"Cari kebahagiaan lo, Hann. Jangan sampai dia pergi lagi."

Mendengar perkataan Ray, membuatku patah semangat.

"Engga, Ray. Udah terlanjur pergi."

Raymond tidak merespond apapun.

"Ada seseorang yang mau ketemu lo."

"Siapa?"

Ray menoleh dan akupun mengikuti tujuan pandangannya.

"Selesaikan. Jangan lari. Goodluck." ucap Ray mengusap kepala ku dan berlalu meninggalkanku.

Kulihat dari balik pintu, orang itu mendekat dan semakin dekat.

Daffa Anantha

Aku hanya diam tak berkata.

"Mau apa lagi dia kesini?" batinku

"Hanna."

"Waktuku tak banyak. Katakan saja apa yang ingin kamu katakan." jawabku dingin

Daffa kemudian menjelaskan semuanya secara detail, bahwa gadis yang ku lihat semalam itu adalah gadis yang dijodohkan dengannya.

Daffa tak pernah menginginkan perjodohan itu. Tapi karena kedua orangtua nya yang menginginkan agar Daffa segera menikah.

"Aku tak pernah melihat perempuan lain lagi setelah bertemu denganmu Hanna."

"Bagiku, kamu satu-satunya. Maafkan aku baru menyatakannya sekarang. Aku tau ini sudah sangat terlambat. Tapi aku tak ingin pikiranmu terhadapku menjadi salah paham. Aku benci itu Hanna. Maaf selama ini sudah membiarkanmu dalam kesulitan."

Aku hanya diam. Tak tau apa yang harus dijawab. Disisi lain aku merasa senang Daffa akhirnya jujur, tapi disisi lainnya lagi, aku takut Daffa akan pergi kemudian meninggalkanku lagi.

Daffa kemudian menggenggam erat kedua tanganku, dan berlutut.

"Daffa kamu gak harus ngelakuin ini." ucapku kaget dengan tingkah laku Daffa

"Diana Valerie, will you marry me?"

Semua orang yang entah darimana muncul, seperti sudah direncanakan. Ada mama, papa, orang tua Daffa, Catlyn, Raymond, Uncle.
Semua memperhatikan kami dengan wajah senangnya masing-masing.

Aku menangis terharu, dan ikut berlutut memeluk Daffa dengan erat.

"YESS!!! I WILL"

Daffa membalas pelukku dan mencium keningku. Semua orang bertepuk tangan dan menangis terharu.

Dugaanku salah tentang akhir yang buruk antara kisahku dengan Daffa. Tak ada yang benar-benar menginginkan perpisahan diantara dua orang yang sudah saling mencintai.

Cinta itu butuh perjuangan, dan perjuangan memiliki macam perjalanan yang menyenangkan dan juga menyakitkan pastinya. Hanya pasangan kuat yang mampu melewati itu, dan atas restu sang Pencipta tentunya.

Kisahku sampai disini. Terimakasih Daffa Anantha. Aku mencintaimu,selalu. -Dianna Valerie


-TAMAT-

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang