Part 37

27 0 0
                                    

Aku melihat Raymond berdiri tak jauh dari tempat duduk ku, entah sejak kapan dia disana yang aku tau dia pasti telah mendengar percakapan ku barusan.

Raymond hanya tersenyum dan menunduk.

"How stupid i am, for loving someone that i can't have."

Aku kemudian berdiri dan mematikan video call dari Bella dan Reva.

"Gausah kekanak-kanakan Ray." ucapku

Ray kemudian menghampiriku, terlihat jelas bola mata nya yang berwarna coklat menatapku.

"Kenakan-kanakan lo bilang? Lo gak akan paham rasanya Hann."

Aku spontan mendorong tubuh Ray yang terlalu dekat denganku.

"Terus salah gue? Ini perasaan gue Ray! Lo ga berhak atur-atur gue suka sama siapa!"

Tanpa sadar, aku dan Ray telah menjadi pusat perhatian di kantin, namun aku tidak peduli. Aku benar-benar kesal dengan manusia di hadapan ku ini.

"Sekarang gue tanya sama Lo. Emang gue  pernah maksa lo buat suka balik ke gue? Engga kan. Selama ini siapa yang selalu ada disamping lo? Gue, Hann. Gue orangnya."

Aku tak berani lagi menjawab perkataan lelaki itu, kepalaku terasa berat. Aku memutuskan untuk mengambil laptopku dan berlari ke kelas.

"Hanna.."

***

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Aku sudah resmi lulus. Dan memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

Tentang Raymond? Aku tidak berbicara dengan nya setelah kejadian itu. Dan dia pun tidak menghubungi ku sama sekali.

Sedih memang, namun aku harus mulai membiasakan diri tanpanya.

Aku mengambil semua barang yang akan ku bawa pulang. Aku sudah tidak sabar pulang ke Jakarta. Semua orang pasti sudah menungguku.

Sesampainya di Bandara.

"Thankyou uncle. Aku gak akan bisa jadi seperti sekarang kalau bukan karena bantuan uncle."

"It's ok, darling. Kamu sudah saya anggap anak sendiri. Kamu kapan-kapan harus main kesini ya."

"Baik, aku pasti main kesini kok."

Lalu aku melihat Raymond.

"Ray, gue pergi ya. Makasih udah bantuin gue selama ini."

Ray hanya diam, ia masih sibuk dengan pikirannya.

Aku merasa Ray marah padaku, namun aku tak bisa berbuat banyak.

***

Sesampainya di bandara, aku langsung melihat ponselku. Aku merutuki diriku melihat ponsel ku yang mati karena lowbatt

DIANA VALERIE!!!!!

Langkahku terhenti, dan perhatian ku langsung tertuju pada orang-orang yang selama ini aku rindukan. Benar saja, mereka adalah sahabatku tak lupa juga ada kedua orangtua ku.

Aku menghampiri mereka dan langsung disambut dengan pelukan hangat dari kedua orangtua ku.

"Selamat datang, Sayang. Kami merindukan puteri kecil kami." ucap Papa

"Aku sudah besarrr, Pa."  ucapku memelas

"Tidak, kamu hanya Putri kecil Papa yang tumbuh besar." balas Papa yang tampaknya tak ingin kalah

"Aaa Papaa." balasku makin merengek

"Hahaha sudah, sudah. Baru bertemu sudah langsung berdebat." ucap Mama

Aku kemudian menghampiri kedua sahabatku.

"I miss you so much, guys."

"We miss you too, Hanna."

Ingin sekali rasanya aku bercerita panjang lebar dengan mereka, sehingga aku memutuskan untuk pulang dengan mereka saja. Karena kedua orangtua ku pergi secara terpisah dengan mereka.

"Ma, Pa. Hanna boleh pulang bareng Bella dan Reva?"

"Tanya Mamamu." ucap Papa yang sibuk memasukkan barang-barangku ke bagasi.

Papa selalu setuju apabila Mama mengizinkan.

"Ma, boleh yaa?" pintaku manja

"Baiklah,tapi kalian hati-hati ya."

"Siappp Bos." ucap kami serempak

Setelah itu, kami masuk ke mobil dan bersiap untuk pulang.

"Lo bisa nyetir kan Bell?" tanyaku takut karena belum pernah melihat Bella menyetir

"Udahhh Hann, tenang aja. Dia jago nyetir kok, lo duduk manis aja dibelakang." timpal Reva

"Iya Hann, gue juga gamau mati kali sebelum nikah. Hahahaha."

Mendengar perkataan Bella, aku langsung menanyakan tentang rencana pernikahannya.

Bella bercerita sepanjang perjalanan. Cukup membuatku dan Reva bosan mendengar nya.

Reva melihatku, sambil berbisik.

"Lo sih, pake nanya segala, gabisa berenti kan dia." ucapnya pelan

"Gue denger woy" timpal Bella

"Hahahaha. Daffa gimana? jadi datang?"

Entah apa yang merasuki pikiranku, tiba tiba saja terbesit di benak ku ingin mengetahui kabar laki laki itu.

"Kayanya ada yang kangen neh." ucap Reva

"Siapa yang kangen? Engga kok. Yaa.. Kalau ga datang gapapa juga." lanjutku

"Yakin nih gapapa?" tukas Bella

"Udahh fokus aja nyetir, calon pengantin."

"Whaaattttt?"

Mendengar itu, kami tertawa sepuasnya. Hari itu serasa milik kami.

Tidak ada kesedihan, tidak ada sepi.
Hanya kebahagiaan.

Aku melihat keluar jendela.

"Aku merindukan mu Daffa, aku pulang".

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang