"Sudah saatnya aku harus moveon dari Daffa" ucapku sambil melihat ke cermin dan bersiap siap berangkat ke sekolah
"Hanna!"
"Iyaa Maa, bentar lagi Hanna siap kok."
seperti biasa Mama selalu meneriaki ku pagi pagi untuk sarapan sebelum berangkat sekolah."Kamu nanti ujian nya harus teliti ya Sayang, jangan terburu buru mengerjakan soal, kamu harus fokus." ucap Papa
Memang benar, aku sekarang sedang mengerjakan ujian nasional. Tak terasa sebentar lagi aku akan masuk perguruan tinggi.
Aku harus bisa masuk ke universitas yang aku inginkan."Hanna? kamu dengar kata Papa kan?" ucapan Papa membuatku bangun dari lamunanku
"Kamu mikirin apasih? Ini Papa lagi ngomong sama kamu loh.""ehh iyaa Pa, anu Pa. Hanna kepikiran deh pengen kuliah diluar negeri."
Kalimat yang aku ucapkan barusan membuat kedua orangtua ku cukup kaget.
"Hmm Mama setuju aja sih, yaa malah bagus dong, ya gak Pa?" tanya Mama
Kulihat raut wajah Papa antara sedih dan bingung. Sepertinya ia tak rela melepasku
"Pa, ini hanya keinginan Hanna kok." aku berjalan kearah Papa dan memeluknya
"Hanna juga gak bakal kuliah disana kalau Papa gak mengizinkan.""Bukannya Papa gak mengizinkan Hanna, Papa hanya khawatir."
"Iyaa Papa, Hanna ngerti kok. Ini hanya pikiran Hanna aja kok Pa."
"Yuk sarapan dulu." sahut Mama
***
Aku sampai di sekolah dengan tepat waktu, waktu ujian akan dimulai dalam 30 menit lagi.
Kubaca buku yang tadi sengaja ku asingkan.Saat ingin membalik lembaran buku, tiba tiba ditahan oleh tangan seseorang, aku langsung menoleh dan ternyata Bella
"Reva mana Bell?" tanyaku
"Gatau juga Hanna, belum datang deh kayanya. Rajin amatsi pagi pagi udah belajar."
"Hahaha. Daripada ngelamun gajelas mending baca buku kan." ucapku sambil mencibir ke arah Bella
"Tenang lah Hanna, gak bakal ada kok yang ambil posisi kamu, ntar juga kamu kok yang nilai nya paling tinggi, percaya deh." ucap Bella menyindirku
"Aku nggak cemaskan itu kok Bell."
"Teruss?" tanya Bella mulai serius
Apa sudah saatnya ya aku memberi tahu mereka. Aku ingin serius belajar karena ingin mendapat beasiswa kuliah diluar negeri.
"Oiii Hanna, malah ngelamun sih."
Tiba tiba saja Daffa melewatiku. Tak lama,aku bertatap mata dengannya, kulihat lagi ada Ratih disampingnya yang menyusulnya. Aku langsung memalingkan wajahku dan menunduk.
"Kamu gapapa kan Hanna?" tanya Bella tiba tiba
Kutarik nafas perlahan
"Iyaa aku gapapa Bella." jawabku senyum"Ehh ada apa ini?" tanya Reva tiba tiba seperti orang abis pacu lari
"Hahaha Reva, kamu abis dari mana sih? Tarik nafas dulu!" ucap Bella
Kulihat Reva langsung melakukan perintah Bella, ia langsung tarik nafas seperti ingin melakukan senam pagi. Aku benar benar tak tahan melihat ekspresi Reva saat itu
"Hahahaha."
"Kamu kenapa Hanna? kok malah ketawa?"
tanya Bella bingung"Hahaha liat deh, ekspresi si Reva lucu." tawaku sambil menunjuk Reva
"Gitu dong, Hanna. Aku seneng liat kamu bisa ketawa gini, ini baru seorang Dianna yang aku kenal." ucap Reva
Tiba-tiba bel tanda masuk ujian berbunyi.
"Oalahh, udah masuk lagi. Aku belum selesai baca buku nihh." ucapku
"Yeee, ntar juga nilai kamu bagus kok." ucap Reva
"Yuk masuk" ajak Bella
***
Setelah selesai melaksanakan ujian, aku berencana ingin langsung pulang.
"Ujian kan udah selesai tuh, kita karaokean dulu yuk?" ajak Bella
"Yuk,yukk. Suntuk nih dirumah." ucap Reva
"Guys, kayanya aku langsung pulang ajadeh."
"Kenapa? kok gitu sihh?" tanya Bella agak kecewa
"Aku pengen istirahat. Kalian berdua aja ya."
"Hmm yaudah deh, Hanna. Nanti aku kabarin di group ya." ucap Bella
Tak lama kami berpisah, entah kenapa aku benar benar bertekad ingin kuliah diluar negeri. Saat ini aku hanya berkeinginan untuk membahagiakan Mama,Papa.
Kebayang aja nanti aku Lulus kuliah disana, bisa dapet kerja bagus, beli rumah, beli mobil. Terus punya suami orang bule deh. Wkwkwk. Pikiranku membuatku tersenyum sendiri.
Deg
.
.Daffa.
Nama ini tiba tiba saja muncul dipikiranku."Huhhh" aku membuang nafas berat.
Tiba tiba saja dadaku sesak.
"Kamu kenapa harus datang ke kehidupan aku sih Daffa. Ini benar benar menyulitkan."
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
RomanceKarena yang terlalu jatuh dalam rasa akan sulit untuk sembuh jika ia telah terluka, dan aku telah menaruh luka itu. Maaf. -Daffa Ini tentang rasa, jujur saja. Kau tak akan bisa berbohong, karena ini tentang rasa yang seharusnya tak pernah berubah. ...