Tidak terasa 3 tahun sudah berlalu
Saat sampai di kantin, aku sibuk membuat tugas skripsi yang akan diajukan. Aku memutuskan untuk mempercepat wisuda ku setengah tahun lebih cepat.
"Hanna, abis wisuda nanti. Rencana lo mau ngapain?" tanya Ray yang melihat Hanna yang serius berkecimpung dengan laptop didepannya
Tanpa melihat wajah lawan bicara, Hanna menjawab pertanyaan Ray, "Gue mau balik ke Jakarta aja Ray. Gue udah diundang kerja disalah satu perusahaan disana."
Ray cukup kaget dengan perkataan yang dilontarkan Hanna karena ia sebelumnya tak pernah bercerita tentang hal ini, Ray kemudian berhenti menyantap makanan yang ada didepan nya dan menfokuskan pandangannya ke gadis yang ada didepannya itu.
"Jakarta? Lo serius mau balik kesana? Kenapa tiba-tiba?"
Hanna kemudian memberhentikan kegiatan nya dan menatap Ray bingung.
"Emang kenapa? di Jakarta itu tempat gue Ray, rumah gue disana. Gue gamau lagi jauh jauh dari-"
"Daffa?" tanya Ray memotong pembicaraan nya
Hanna cukup kaget mendengar perkataan Ray barusan.
"Jawab Hann." ucap Ray memelas
Kali ini Hanna melihat sisi lain dari seorang Raymond. Kali ini, tepat di hadapannya, Hanna melihat sisi Raymond yang benar-benar seperti orang yang sudah kehilangan harapan.
Raymond menunduk tak kuasa menahan tangis yang dicampur amarah yang entah kepada siapa amarah itu ditujukan.
Ray tak mampu menahan lagi rasa yang selama ini ia tutup rapat-rapat.
Disaat itu juga Hanna bingung dengan tingkah laku Ray, ia belum pernah melihat tingkah lakunya yang begitu berbeda. Raymond selalu melihatkan sifat cerianya walaupun Hanna tau bahwa ia benar-benar pandai menyembunyikan lukanya.
"Can you just stay with me?"
kata-kata yang dilontarkan Raymond cukup membuat mulut Hanna bungkam.
Ia tau bagaimana perasaan laki-laki itu terhadapnya, ia tau laki-laki itu telah menaruh rasa yang entah sejak kapan tumbuh.
Tapi bagaimana dengan Hanna? Ia tak bisa memaksakan perasaannya untuk Ray.
Karena bagi Hanna perasaannya telah seutuhnya untuk Daffa, hanya untuk Daffa.Ray melihat Hanna yang bingung dengan pikirannya sendiri, ia telah membuat gadis didepannya itu terdiam.
"Gue rasa cukup. Ekspresi lo udah nunjukin ke gue jawaban yang ga sesuai dengan keinginan gue. Maaf Hanna, gue udah buat lo makin bingung. Seharusnya gue sadar, dihati lo cuma ada dia."
"Rayy..."
"Just keep going on.. I'm fine."
Ray kemudian berdiri dan pergi meninggalkan gadis yang bahkan belum sempat ia miliki dan mungkin tak akan pernah.
Hanna hanya terdiam kaku dan melihat Ray yang pergi meninggalkan nya begitu saja.
"Ray. Please, forgive me."
Hanna tidak tau harus berbuat apa, ia sangat ingin mengejar Ray, namun Ray sudah jauh pergi dari pandangannya.
*Bella video call*
"Hannaaa, i miss you so bad my girl."
"I miss you too."
"Wajah mu kenapa Hanna? abis nangis?"
"Ahh engga."
Aku spontan mengusap mataku, aku lupa kalau aku sedang bertengkar dengan Ray.
"Kamu nangis kenapa? cerita dong ke kita." ucap Reva yang sedang bersama Bella
"I just miss both of you."
"Aaa Hanna, kami juga rindu, cepetan balik ke Jakarta."
"Ehhh Bell bilang dong, kan kita mau vc Hanna mau ngomongin yang tadi." ucap Reva
"Oiya."
"Kenapa Bell?"
"Hanna, i'll get married next year."
"Whatt? are you kidding me? not funny Bell."
"Beneran, dia serius Hann." sahut Reva
"Hah ini serius? Kok tiba-tiba?"
Bella kemudian menceritakan semuanya, mulai dari ia bertemu sampai dengan ia akan menikah tahun depan.
"Congratulation baby! Aku turut bahagia."
"Ehh Daffa juga aku undang loh!" ucap Bella
"Terus gimana? Dia datang ga?"
"Ciee masih ngarep ni sama mantan, hahaha."
ledek Bella dan Reva"Apaansi cuma nanya doang."
"Halahh alasan."
"Katanya sih datang."
Mendengar hal itu, garis bibirku langsung naik seketika tanpa diberi aba-aba.
"Ciee senyum-senyum sendiri, hahaha."
"Udahla Hanna, kamu gak usah boong ke kita. Kamu masih ada perasaan kan ke Daffa?"
Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah sahabatku, dari ujung mata aku melihat ada orang yang ternyata dari tadi memperhatikanku.
"Raymond?"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
RomanceKarena yang terlalu jatuh dalam rasa akan sulit untuk sembuh jika ia telah terluka, dan aku telah menaruh luka itu. Maaf. -Daffa Ini tentang rasa, jujur saja. Kau tak akan bisa berbohong, karena ini tentang rasa yang seharusnya tak pernah berubah. ...