Part 21

130 5 0
                                    

Tokk..tokk..tokkk..
"Hannna, bangunnn!!! Udah jam berapa nihh!"

"Iyaaa ma,entarr lagi." jawabku malas

"Ehh anak gadis kok malas bangun pagi, cepat buka pintunya."

"Duhh Maa. Hanna ngantuk." kemudian aku berjalan menuju pintu kamar untuk membuka nya

"Ehhh kamu  dari tadi mama gedor-gedor malah gak bangun. Sana pergi mandi dulu, mama tunggu dibawah ya." perintah Mama

"Ada apa sih Ma? Tumben Mama suruh Hanna mandi jam segini." tanyaku

"Udahhh buruan, jangan banyak tanya. Mama tunggu dibawah yaa anak gadis Mama." ucap Mama sambil mencubit kedua pipiku

"Iyaiyaaaa Maaa." tanganku berusaha melepas cubitan Mama

Mama kenapa sih aneh banget hari ini. Yaudah deh, mandi aja.

30 menit kemudian...

"Maaa,Hanna udah mandii nihhh. Mama kok tumben sih nyu—"

"Nahh itu loh Rin, anakku." ucap Mama kepada seorang wanita paruh baya seumuran Mama kupikir

Bentar kaya nya gak asing deh..

"Duhh anakmu cantik sekali ya, dulu waktu terakhir ketemu masih digendong gendong." tawa wanita itu

Aku masih bingung siapa sebenarnya wanita itu, dan sepertinya dia akrab sekali dengan Mama.

"Hanna, sini dulu dong. Kok malah bengong sihhh, ayo duduk disini, kita sarapan bareng." pinta Mama

"Ohhh.. Iyaa Ma." ucapku

"Kenalin nih Hanna, Tante Rini. Dia sahabat Mama dulu waktu SMA. Udah lama gak ketemu. Taunya malah tetanggan sekarang yaa Rin." ucap Mama dengan tawanya

Entah kenapa, firasatku mulai tidak enak. Aku menyalami tante Rini dan mulai duduk dimeja makan

"Ngomong-ngomong anak kamu jadi kesini gak Rin? Aku gak sabar nih lihat anak kamu, pasti cakep keturunan Ibunya, hahaha."

"Hahaha bisa aja kamu. Paling ntar lagi juga kesini, sudah aku paksa sih tadi. Anaknya emang agak susah kalau diajak pergi-pergi gini."  jawab tante Rini

"Ngomong-ngomong Hanna sekarang sekolah dimana?" tanyanya

"Di SMA Garuda tante, hehe." jawabku

"SMA Garuda? Lohh, sama dong sama anak Tante?"

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam" ucap kami serempak

Sontak aku cukup kaget dengan kehadiran seseorang yang sudah tak asing lagi menurutku.

"Lohh? Daffa?" ucapku kaget

Benarr saja, aku baru ingat. Tante Rini adalah ibunya Daffa. Yang kemarin aku lihat di jendela saat Daffa membantu ibunya. Mengapa aku bisa lupa?

"Loh? Kalian udah saling kenal?" tanya tante Rini yang ikutan kaget

Daffa menghampiri meja makan dan mulai duduk didekat Ibunya.

Pikiran ku campur aduk. Kenapa bisa? Dunia benar-benar sekecil ini.

"Daffa? Ohh cowok yang ka—" tanganku spontan menutup mulut Mama.

"Ohh Mama mau minum? Ini inii minum dulu air putihnya Ma." hampir saja ketahuan, untung saja aku cepat tanggap menghalangi Mama. Kalau tidak aku bisa malu dibuatnya.

"Duhh Hanna, kamu ngapain sih? Hampir aja Mama keselek." ucap Mama

"Iyaa Ma maaf." aku langsung mengode Mama.
Dan Mama langsung mengerti maksudku

"Hahaha, kamu dan anakmu benar-benar lucu ya. Pengen deh jadinya punya anak perempuan." ucap Tante Rini tiba-tiba

"Duhh Rin, anggap aja anakku ini anakmu." ucap Mama menggoda.

"Wahh bagus dong, akhirnya aku punya anak perempuan, cantik lagi." ucap Tante Rini sambil mencubit pipiku

"Haha iyaa Tante."

"Ohhh, sekarang ayo dimakan dulu makanannya sebelum dingin" ucap Mama menawarkan

Aku cukup bosan mendengar ocehan kedua orang tua ini. Mereka benar-benar berceita panjang kali lebar setelah sekian lama dipisahkan. Kulihat Daffa juga begitu, terlihat saja dari sikap nya yang gelisah sejak tadi.

"Maa, sini piringnya biar Hanna cuci kebelakang. Gak enak diliat." ucapku berdiri tiba-tiba sengaja menyela pembicaraan mereka

"Daffa juga. Mau bantuin Hanna." ucap Daffa yang juga ikut berdiri mengangkat piringnya.

"Daffa? Tumben? Bantuin Mami dirumah aja jarang kamu." ucap Tante Rini

Mami? Hahaha anak Mami ternyata pikirku yang membuatku tak hentinya tersenyum dan kemudian melihat wajah Daffa yang mulai menatap ku tajam.

"Yuk kebelakang." ucapku tiba-tiba tanpa menghiraukan Daffa

"Emang ya kalau orang yang udah lama banget gak ketemu, terus sekalinya ketemu malah heboh gitu ga inget waktu." ucapku memperbaiki suasana

Daffa yang tidak menghiraukanku hanya sibuk dengan piringnya.

Lahh, bener-bener si Daffa,berasa ngomong sama tembok. Kulihat Daffa yang bingung apa yang harus dilakukannya dengan piring nya.

"Gakk gituu juga kali Daff, sini piringnya biar aku aja."

Saat aku ingin mengambil piringnya dari tangan Daffa tapi Ia malah menangkap tanganku dan kami saling bertatapan satu sama lain

Benar-benar indah.
Ucapku dalam hati saat melihat wajahnya, alisnya yang tebal tapi tersusun rapi, matanya yang bulat, bibirnya yang tipis dan lesung dipipi kanannya membuat wajahnya benar-benar terukir sempurna. Pikirku.

Tiba-tiba ia melepas tanganku, dan kami mulai sibuk dengan piring masing-masing. Benar-benar awkward. Ini memalukan.

"Daff."
"Hanna."

"Kamu duluan." ucapnya

"Nggak, kamu duluan." balasku

"Maaf." ucapnya pelan

"Maaf untuk?" tanyaku bingung

"Iyaa untuk semua yang pernah aku perbuat padamu."

Aku tak mengerti apa maksudnya, apa yang dia perbuat?

"Aku juga minta maaf Daff, atas perbuatanku kemaren, aku sudah membentakmu." ucapku pelan lalu menunduk takut dia akan marah

Tiba-tiba..

Bassssss...
Daffa memberi busa sabun ke wajahku yang sedari tadi dia pegang.

Benarr-benar. "Dafffffaaaaa!!!!" teriakku

HAHAHAHAHAAHAHA

Kulihat ekspresi Daffa yang tertawa lepas saat melihat wajahku.
Ekspresi ini. Aku belum pernah melihatnya. Pikirku

"Adaaa apaa Hanna? Kok teriak-teriak?" ucap Mama tiba-tiba disusul oleh Tante Rini

Burrhhh HAHAHAHA tawa Mama mengikuti.

"Lahhh Mama kok ikutan ketawaaa." aku segera menyuci wajahku dan meninggalkan dapur lalu pergi menaiki jenjang menuju kamarku.

"Daffa, kamu sih ada-ada aja. Ngapain sih kaya begitu ke Hanna, seperti anak kecil aja." ucap ibunya Daffa

"Hannnaaa! Ayo turun lagii, Daffa sama Tante Rini mau pulang nihh!!" teriak Mama

"Gak usah, biar aja dia. Aku pulang aja masih banyak kerjaan dirumah."

"Ohh oke kalau gitu. Nanti aku coba ngomong lagi ke Hanna." ucap Mama

"Oke, makasih banyak loh, udah ngajak sarapan pagi."

"Makasih banyak Tante." ucap Daffa lalu menyalami Mama

"Iyaaa, sering-sering main kesini ya Daffa." ucap Mama

"Iyaa tantee."

Sementara itu, aku hanya melihat mereka berpamitan dari jendela kamarku.
Aku tersenyum, mengingat tawa Daffa tadi. Untuk pertama kalinya, rasanya benar-benar menyejukkan hati.

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang