Part 22

116 4 0
                                    

"Boleh mama masuk?" ucap Mama setelah mengetok pintu

Aku yang sibuk dengan laptopku hanya mengiyakan.

"Kamu kok gak turun sih tadi waktu mereka pulang?"

Aku jadi ingat kejadian tadi siang, "Hanna tadi lagi ganti baju Ma, basah soalnya disemprot Daffa."

"Daffa, anak itu baik juga ya. Pinter kamu milih cowok." colek Mama

"Ihhh Mama apasih, cuma temenn Maa. Plis dehh mama jangan mikir yang aneh-aneh."

"Hahaha. Yaudah Mama kekamar dulu, jangan tidur kelamaan ya. Inget, abis main laptop simpan-"

"Iyaaa Ma iyaa, bawel deh." ucapku sambil mendorong tubuh Mama keluar kamar

"Eeiitsss, tunggu dulu. Ada yang kelupaan." Mama menunjuk pipi nya.

Itu emang kegiatan rutin yang biasa ku lakukan dengan Mama sebelum tidur

"Goodnight ma."

"Goodnight sayang." ucap Mama lalu beranjak meninggalkanku.

Aku menghempas kan badan ke tempat tidur. Senyum itu. Aku bahagia sekali melihat kejadian itu, tepat didepan mataku. Daffa tertawa lepas. Untuk pertama kalinya.

***

"Ma, Pa. Hanna berangkat dulu. Assalamualaikum." ucapku sambil menyalami tangan Mama, Papa.

Aku melihat Daffa yang kebetulan akan pergi.

"Hanna, bareng aja yuk." ajak Daffa

"Eh? Tapii.." pikirku panjang sambil melihat Papa yang berdiri di pintu kemudian masuk

"Udahh gapapa, daripada naik angkot, capek. Yukkk." ajak Daffa lagi

"Ehhh yaudah deh."

"Hanna pergi dulu Tante, Om." sambil menyalami mereka kemudian pergi menaiki motor Daffa

"Maa, ma. Lihatt! Anak kita pergi sama siapaa tuh? Dia digonceng cowok, Ma!" ucap Papa

"Aduhh Pa. Tenang ajalah. Lagian itu si Daffa anaknya si Rini ituloh temen SMA-ku dulu." jelas Mama

"Gak bisa Ma. Papa gak izinin Hanna buat pacaran dulu. Papa gak mau masa depan anak kita hancur cuma gara-gara cowok."

"Lohh Papa. Hanna sudah dewasa Pa. Sebentar lagi sudah mau kuliah juga. Masa dia gak boleh menikmati masa muda nya? Papa gak boleh egois gituu lah." ucap Mama yang sibuk memasak

"Maa, ini bukan masalah egois nya itu loh. Ini Hanna. Anak kita satu-satu nya. Kamu mau nanti Dia patah hati gara-gara cowok itu, terus-"

"Ssttt... Udahh udah Pa. Mama yakin Hanna bisa jaga diri. Lagian Daffa juga anaknya gak macam-macam kok."

"Yasudah, pokoknya kalau sampai prestasi nya turun. Papa gak segan-segan awasi Hanna."

***

Hari ini aku bahagia sekali. Seorang Daffa. Sekarang berada didepanku.

"Kenapa Hann? Senyum-senyum sendiri." ejek Daffa

"Haa? Ohh enggak Daffa."

"Lohh? Merah gitu pipinya." ucap Daffa lagi

"Eng-enggak kok Daffa. Apaansi kamu." ucapku lalu menutup kaca helm.

"Hahahaha."

"Hanna, nanti sepulang sekolah mau pergi makan dulu?" tanya Daffa tiba-tiba

"Haa? Pergi makan? Maksud mu pergi makan aku dan kamu?" tanyaku bingung dan kaget

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang