Out Ball

1.7K 295 23
                                    

Flashback

"Gigi!" Seorang pria berambut cokelat dengan mata monolid memanggil seorang anak yang memiliki paras yang mirip dengannya.

Seulgi kecil yang sedang bermain bola kaki di halaman rumahnya pun menoleh, "Ayah!" sahutnya girang.

Dengan cepat Seulgi berlari menghambur ke pelukan pria yang dipanggilnya ayah.

"Gigi merindukan ayah. Kenapa ayah baru pulang sekarang?" tanyanya kesal.

Pria berambut cokelat itu hanya terkekeh pelan melihat gadis kecilnya cemberut,"Hei, sekarang ayah udah pulang gi. Sudah ya marahnya"  bujuknya pelan. 

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya cepat, "Aku masih kesal dengan ayah"

Pria berambut cokelat itu tidak kehilangan akal. Dengan perlahan dia menunjukkan bingkisan cukup besar yang sejak tadi disembunyikan pria itu di belakangnya. 

"Bagaimana jika aku memberimu hadiah? Ini untukmu, oleh-oleh dari ayah"

Seulgi yang melihat itu membulatkan matanya. Seketika rasa marah yang dirasakannya pun menghilang tanpa bekas, "Hadiah? Untukku?"

"Tentu saja ini untukmu. Memangnya untuk siapa lagi?"

"Terima kasih ayah!" Seulgi kecil terseyum hingga matanya berbentuk seperti bulan sabit.

Pria itu hanya tersenyum menatap lekat Seulgi kecil yang terburu-buru membuka bingkisannya. Sesekali ia tertawa kecil melihat anak kecil berambut cokelat itu kesusahan membuka hadiahnya.

"Wah, bola baru!" sahut Seulgi dengan mata berbinar-binar ketika menyadari bahwa hadiah dari ayahnya ada sebuah bola sepak. 

Pria berambut cokelat itu kemudian berjongkok dan mengusap-usap pelan rambut Seulgi, "Kau bilang ditelepon bolamu sudah jelek. Karena itu ayah belikan yang baru"

"Makasih ayah! Gigi sayang Ayah!" kata Seulgi kecil sambil tersenyum lebar sambil hingga matanya melekuk dengan indah. 

"Ayah juga sayang Gigi!"


Flashback End


"Hey Kang!"

"Seulgi Kang!"

Teriakan seseorang sukses membuyarkan lamunan Seulgi. Ia mendongak pelan, seorang gadis berambut cokelat terang dengan poni khas yang menutupi dahinya sedang tersenyum dengan konyol ke arahnya. Jersey latihannya yang berwarna biru dengan nomor 9 sudah basah terkena keringat.

Oh iya, aku sedang latihan, batin Seulgi.

Gadis itu mendengus kesal, "Dari tadi aku memanggilmu tapi kau terlalu sibuk melamun. Coach Oh dari tadi memanggilmu. Sekarang giliranmu untuk latihan menendang, Kang"

Seulgi memutar bola matanya pelan, malas mendengarkan ocehan teman satu timnya itu, "Ya ya ya baiklah, Manoban"

Gadis berambut cokelat itu berdiri dengan malas sambil membersihkan sisa rerumputan yang menempel di celana pendeknya yang bernomor 20. Ia pun berlari kecil menuju titik penalti. Di sebelah kanannya, Coach Oh terlihat sibuk dengan catatan evaluasinya. Di depan gawang, Somi sudah siap diposisinya sebagai kiper. Seulgi memandangi bola di depannya. Entah kenapa mirip seperti bola yang diberikan pria itu. Pria yang ingin ia buang kenangannya dari ingatannya.

Brengsek, kenapa aku selalu mengingat orang itu, batin Seulgi.

"Siap Kang?" Seulgi mengangguk pelan.

Kang 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang