Clearing

1.1K 178 20
                                    

Seulgi memijat pelipisnya perlahan, matanya terasa perih karena sudah membaca buku dua jam lamanya. Bukan berarti karena ia sering membolos ia tidak pernah membaca buku. Tidak, ia juga gemar membaca buku di sela-sela waktu senggangnya.Memang, ia bukanlah pecinta buku fanatik seperti Wendy, yang menyukai buku-buku bacaan berat. Ia lebih menyukai bacaan ringan seperti novel travelling yang menurutnya lebih sederhana dan dapat mengusir rasa bosan.

Pandangannya teralihkan pada sosok malaikat dalam balutan selimut di sampingnya. Ia bisa melihat Irene yang tertidur pulas, namun tetap memegangi tangannya, seakan takut jika Seulgi meninggalkannya. Gadis bersurai cokelat itu hanya bisa tersenyum kecut ketika mengingat kejadian tadi malam. Setelah mereka pulang dari lapangan sepakbola kemarin, Irene terus menangis tanpa henti, dan badannya mendadak demam. Menyadari itu, Seulgi menjadi sangat panik, sampai-sampai dirinya tidak bisa tidur semalaman karena menjaga kekasihnya. Beruntung demamnya sudah turun ketika pagi hari ini, namun tubuh Irene masih lemas. Seulgi memaksanya untuk tetap di rumahnya dan tidak pergi ke sekolah walaupun kekasihnya itu memaksa.

Ia melihat jam weker yang berada di meja, sudah pukul 12 siang. Sudah satu jam lamanya kekasihnya tertidur. Seulgi memandang kekasihnya dengan penuh kasih sayang. Kini, kekasihnya itu mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Selimut yang dikenakannya pun terlepas, menampilkan jersey lama milik Seulgi. Jersey yang sedikit kebesaran itu sangat cocok ditubuh kekasihnya yang mungil. Sejenak ia tersenyum tipis, ia akan meminta kekasihnya itu mengenakan jerseynya nanti ketika dirinya bertanding.

Tiba-tiba ponsel yang berada di tempat tidurnya bergetar. Dengan cepat, ia meraih ponsel tersebut dan membuka layarnya.

Wendy
\ Sepertinya aku tahu petunjuk tentang Zero. Aku akan menjemputmu sekarang. Jangan sampai Irene tahu!

Seulgi
Oke \

Seulgi mengerutkan dahinya ketika membaca pesan dari sahabatnya ini. Kesibukannya mengurus Irene membuatnya melupakan tentang masalah Zero. Informasi dari sahabatnya ini sangat penting untuknya. Satu hal yang paling Seulgi percaya adalah ketajaman analisis Wendy. Bila sahabatnya itu bilang, kalau ia menyadari sesuatu, maka itu pasti hal yang penting.

Perlahan, Seulgi melepaskan pegangan Irene pada tangannya. Ia lalu meraih guling di sampingnya dan membiarkan Irene yang mengira itu Seulgi memeluknya erat.

Dengan cepat ia mengambil mantel, topi dan tas kecilnya. Ia langsung mencari neneknya yang ternyata sedang menonton TV di ruang tengah. Beruntung, neneknya pulang cepat hari ini. Karena itu dia bisa meninggalkan Irene dan neneknya tanpa khawatir.

"Nek, tolong jaga Irene dan Yerim sebentar ya. Aku ingin keluar sebentar dulu bersama Wendy."

"Oke, hati-hati, Seulgi.

Tidak lama setelah itu, sebuah mobil Audi Q7 berwarna hitam berhenti di depan rumahnya. Ia lalu menaiki mobil tersebut dan duduk di kursi penumpang. Mobil itu kemudian melaju cepat, entah kemana tujuannya.

***

Wendy mencengkram kemudinya erat. Di sampingnya Seulgi tidak berhenti menanyakannya kemana arah tujuan mereka dan apa yang ia tahu tentang Zero setelah ia menceritakan apa yang terjadi dengan Irene kemarin. Gadis bersurai pirang itu hanya bisa menghela nafas pelan, sahabatnya ini memang tidak sabaran.

"Hey Wen, jadi sebenarnya kita mau kemana?" tanya Seulgi dengan kesal.

Wendy tidak menjawabnya. Ia malah menghentikan mobil mereka karena saat ini lampu merah sudah menyala.

Kang 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang