Seulgi berlari menggiring bola ke tengah lapangan. Sementara itu pemain bertahan dari Excelsior Academy terus membayanginya. Harus diakuinya bahwa babak perempat final melawan Excelsior Academy merupakan laga yang berat. Pertahanan pasukan elang dari timur bagaikan tembok China yang berdiri kokoh. Sangat rapat dan sulit ditembus. Berkali-kali Seulgi mencoba untuk memasuki daerah pertahanan mereka, namun penyerang Galaxy tersebut selalu berhasil dihadang oleh pemain bertahan Excelsior. Pertahanan yang kuat dari tim lawan membuat Seulgi menjadi kelelahan dan frustasi.
Gadis berambut cokelat itu menahan bolanya sejenak sambil melihat ke sekelilingnya. Jujur, di pertandingan ini lagi-lagi dia tidak bisa fokus. Banyak hal yang terjadi belakangan ini sangat menguras fisik dan mentalnya. Sejak dia mengalami mental breakdown dua hari yang lalu, emosinya menjadi tidak stabil. Seulgi menjadi dingin dan lebih mudah marah. Tidak jarang sahabatnya Wendy dan Moonbyul menjadi sasaran amarahnya.
Berusaha mencari celah, penyerang Galaxy tersebut mencoba menggiring bolanya seorang diri. Lewat sudut matanya, dia dapat melihat Moonbyul melambaikan tangannya untuk meminta bola. Tapi Seulgi berpikir bahwa dia yakin bisa mengeksekusinya seorang diri.
Tidak, aku bisa melakukannya sendiri, pikirnya.
Karena bersikeras melewati pemain bertahan Excelsior sendirian, Seulgi tidak menyadari keadaan sekelilingnya. Tiba-tiba saja dari arah yang tidak dia duga, seseorang melakukan tackle terhadapnya. Karena terkejut bukan main, penyerang Galaxy itu tidak dapat menghindari serangan tiba-tiba tersebut. Tubuhnya pun terjatuh membentur tanah.
Melihat Seulgi terjatuh, Irene menahan napasnya seketika. Dia sangat khawatir dengan kondisi kekasihnya sekarang. Masih hangat diingatannya, Seulgi tidak memberinya kabar selama tiga hari. Kekasihnya itu juga tidak mengangkat telepon atau membalas pesan yang ditinggalkannya. Ketika dia menjemput Seulgi ke rumahnya untuk pergi ke sekolah, gadis berambut cokelat itu selalu berangkat lebih dulu. Tidak kehilangan akal, gadis bertubuh mungil itu berusaha menanyakan kondisi Seulgi kepada neneknya. Namun Neneknya hanya menatap Irene dengan simpati. Beliau meminta Irene bersabar menghadapi sikap cucunya itu. Wanita yang jauh lebih tua darinya itu juga memintanya untuk memberikan sedikit ruang pada Seulgi karena peristiwa yang terjadi belakangan ini membuatnya sangat terpuruk.
"Argh... sialan!" Teriak Seulgi kesal. Dia mencoba bangun dan melirik ke wasit.
Hanya saja wasit yang berada tidak jauh darinya tidak menganggap itu sebagai sebuah pelanggaran dan tetap melanjutkan pertandingan. Mengetahui bahwa wasit tidak membelanya, Seulgi mengepalkan tangannya dengan kesal. Setelah bola berhasil direbut darinya, dia pun mencoba bangkit dan bergerak mundur ke daerah pertahanannya.
Moonbyul yang melihat kejadian itu hanya memandang sahabatnya dengan tatapan khawatir. Sebelum dia menatap tajam wasit pertandingan yang lebih memihak lawan. Dengan keadaan seperti ini, akan susah bagi mereka untuk bermain dengan maksimal.
Pertandingan masih berlanjut, namun kedua kesebelasan belum ada yang mencetak goal. Sementara itu permainan Excelsior Academy semakin terasa intens dan sangat kasar. Beberapa kali mereka melakukan tackle keras terhadap penyerang Galaxy Academy. Anehnya seperti pelanggaran sebelumnya, pelanggaran itu juga tidak pernah mendapat kartu kuning.
Merasa timnya mendapat perlakuan tidak adil dari wasit, Seulgi menjadi semakin emosi. Permainan gadis berambut cokelat itu semakin berada di luar kendali. Dia sudah tidak dapat berpikir jernih sekarang. Stress yang dideritanya beberapa hari ini membuat pikirannya kacau.
Seulgi kembali menggiring bola sendirian ke depan gawang. Dia ingin menunjukkan bahwa dia tidak bisa dipermainkan oleh Excelsior. Mereka boleh saja diuntungkan dengan wasit yang tidak sportif, tapi itu tidak akan bertahan lama jika mereka kemasukan angka. Penyerang Galaxy itu berencana membuat hal itu segera terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kang 20
FanfictionSeulgi Kang, seorang striker kebanggaan Galaxy Academy percaya bahwa ia tidak punya waktu untuk cinta. Mimpinya sebagai pemain sepak bola dan tanggung jawabnya untuk menjaga adik dan neneknya membuatnya tidak tertarik untuk berkencan. Namun ketika I...