Away

1K 196 29
                                    

Hello, ini Joy Park. Jika kau menerima pesan ini berarti aku sedang tidak bisa dihubungi. Silakan tinggalkan pesan. Jika kau orang yang bernama Wendy Son, sebaiknya berhenti menelponku karena aku tidak akan mengangkatnya.

BEEP

Wendy membanting ponselnya ke kasur. Sudah berjam-jam ia coba menghubungi Joy, namun gadis bersurai merah itu tidak pernah mengangkat telponnya. Ia mengacak-ngacak rambutnya kesal.

Sejak kejadian dua hari lalu, Joy benar-benar mengacuhkannya. Ia tidak pernah mengangkat telpon dan membalas pesannya. Setiap Wendy menghampiri kelasnya, Joy tidak pernah ada dikelasnya. Ia juga tidak menemukannya di kantin. Ketika ia bertanya pada teman-teman cheersnya, mereka bilang Joy sudah dua hari tidak ikut latihan. Mereka bahkan menanyakan kondisi Joy ke Wendy.

Wendy benar-benar dibuat pusing karenanya. Seakan-akan kekasihnya itu menghilang dari kehidupannya. Ia menyesal, kalau saja ia tidak mengiyakan ajakan Mark saat itu, mungkin sekarang kejadiannya tidak seperti ini. Mungkin Joy tidak akan menghilang darinya seperti sekarang. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ia harus meluruskan semuanya dengan Joy. Namun dengan kekasihnya yang Missing In Action seperti ini, Wendy tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya sekarang.

Ia tidak bisa berdiam diri disini. Wendy pun mengambil jaket yang berada di lemarinya dan mengambil kunci mobilnya. Ia harus menemui Joy saat ini, ya ia tidak bisa tinggal diam. Joy harus tahu kejadian sebenarnya.

***

Irene memegang penanya erat, matanya menatap lekat, kata demi kata ditorehkannya dalam jurnal bersampul kulit yang mulai mengelupas. Sudah satu jam lebih ia melakukan itu, namun ia belum juga berhenti. Tiba-tiba sesuatu membuatnya berhenti. Ia mengerutkan keningnya, bibirnya mengatup rapat. Tangannya yang menggenggam pena bergetar, seketika membuat tulisannya menjadi berantakan. Ia lalu mencoret-coret jurnalnya dan dibuangnya jurnal itu ke sembarang tempat. Ia sangat lelah.

Irene mengusap wajahnya pelan. Disisirnya rambut hitam panjangnya ke belakang dengan jarinya. Ia lalu menarik nafas dalam, membiarkan udara mengisi rongga paru-parunya kemudian menghembuskannya pelan. Sebuah bunyi notifikasi di ponselnya mengalihkan perhatiannya. Ia pun meraih iPhone silvernya dengan malas.

Aku tunggu malam ini. See you later bitches.

Melihat itu Irene tersenyum tipis. Ia kemudian memilih outfit untuk dikenakannya malam ini. Black crop top dengan setelan off the shoulder blouse, lengan panjang berbahan chiffon. Tak lupa dia padukan dengan high waist short ripped jeans dan angkle boots hitam yang menjadi pilihannya. Rambut hitamnya yang sudah indah dibiarkannya tergerai menutupi bahunya yang terekspos. Ia lalu merias diri dengan make up simple dan lipstik merah. Ia melihat penampilannya di cermin dan tersenyum tipis.

Hmm, tidak buruk, Bae

Setelah puas dengan penampilannya, ia lalu mengambil tas dan kunci mobilnya dan membanting pintu kamarnya.

"Mau kemana kau malam-malam begini?" suara berat laki-laki menghentikan langkahnya.

Irene menoleh ke sumber suara. Begitu ia melihat orang itu, ia memutar bola matanya cepat. Pria itu tidak pernah berubah. Rambut cokelat pendeknya ditata rapih. Mata sipitnya menatap tajam seakan mengintimidasi. Serta wajah yang tegas dan dingin membuatnya auranya sedikit menakutkan.

"Setahuku, itu bukan urusanmu." kata Irene dingin.

"Jelas itu urusanku. Kau masih tinggal di rumahku." Sahut laki-laki itu dengan nada kesal.

Kang 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang