Red Card (1)

1.1K 174 41
                                    

Brace for impact. This is The Red Card for you.

Jam masih menunjukkan pukul 10.00 am, tapi Joy sudah disibukkan dengan ponselnya. Ia kembali mengecek persiapan dari klub malam yang ia sewa. Malam ini ia akan merayakan ulang tahunnya yang sebelumnya sempat tertunda karena kasus perkelahian Seulgi di Galaxy Academy. Ia melirik sosok gadis bersurai pirang yang tertidur pulas di sampingnya. Sungguh pemandangan yang asing begitu melihat seorang Wendy Son tertidur di kelas. Sepertinya kekasihnya itu kelelahan karena membantunya kesana kemari untuk menyiapkan pestanya.

"Wen, bangunlah, Tuan Kim nanti akan memarahimu." Bisik Joy.

"Hmmmm"

"Wendy!" Bisik Joy lebih keras.

Gadis bersurai itu membuka kedua mata cepat. Dia lalu berkedip-kedip selama beberapa saat dan mulai tersadar.

"Uh, dimana kita Joy?" Tanyanya sambil membenarkan posisi duduknya.

"Sudah puas tidurnya, Nona Son?" Suara berat seseorang memecah keheningan kelas.

Shit.

"Tuan Kim?" pekik Wendy kaget. Ia menahan ludahnya cepat. Kini ia dalam masalah besar. Tertidur di kelas Tuan Kim adalah berita buruk. Guru matematika muda itu sangat ketat dalam aturan. Sebut saja larangan untuk tidak tertidur di kelasnya adalah aturan yang selalu di singgungnya.

"Sekarang, lebih baik kamu tidur di luar saja, oke? Silahkan tutup pintu dari luar." tegas Tuan Kim.

"Tapi Tuan Kim―" Protes Wendy.

"Keluar."

Joy yang melihat Wendy dikeluarkan hanya bisa menghela nafas pelan. Wendy benar-benar kacau sekarang.

***

"Ini." sahut seseorang sambil memberikan segelas kopi dihadapan Wendy.

Wendy mendongakkan kepalanya, matanya membulat ketika melihat sosok yang tidak ia sangka bisa muncul dihadapannya. "Joy?"

Joy hanya tersenyum melihat Wendy. Ia lalu duduk disampingnya dan membuka bungkus roti yang dibelinya. "Di minum dulu kopinya. Aku tahu kau lelah."

"Terima kasih." Wendy lalu meneguk kopinya. Tiba-tiba saja ia menyadari sesuatu. "Tunggu, kenapa kau malah ada di sini? Bukannya ini masih kelas Tuan Kim?"

"Aku membolos hehe."

"Hah? Bagaimana bisa?" Tanya Wendy bingung.

Joy menaikkan salah satu alisnya. "Ya tentu bisa. Lagi pula memangnya aku bisa belajar dengan tenang kalau tahu kau diusir keluar?"

"Jangan mengkhawatirkan aku." Ujar Wendy dengan senyuman. "Ini memang pertama kalinya bagiku. Tapi ya sekali-kali aku harus merasakan apa yang Seulgi sering alami."

Joy tiba-tiba terdiam. Tangannya meremas roti yang di pegangnya erat. Ia menelan ludahnya cepat. "Bicara tentang Seulgi, bagaimana kabarnya?"

Wendy menghela nafas pelan. Pandangannya teralihkan oleh sekumpulan anak yang bermain bola di lapangan. Jika dipikir-pikir olehnya, hari-hari tanpa Seulgi terasa sangat membosankan. Jika sahabatnya itu ada, dia pasti akan kabur dari kelas Tuan Kim entah itu ke ruang Student Council, ruang musik, ataupun bermain bola di lapangan seperti murid-murid di depannya. Dia benar-benar merindukan sahabatnya itu.

"Dia sedang mengurusi banyak hal sekarang."

"Biar ku tebak, Irene Bae?"

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" Tanya Wendy bingung.

"Semenjak Seulgi diskors, aku tidak pernah melihatnya lagi."

Wendy mengangguk pelan. "Ya, banyak hal yang terjadi pada mereka sejak Seulgi diskors. Tapi tenang saja, sebentar lagi mereka akan kembali."

Kang 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang