Brace for impact. This is Diving for you.
Seulgi memandang ke arah lapangan hijau di depannya. Kosong, tidak ada siapapun di sana. Pemandangan tersebut sangatlah wajar mengingat posisi matahari yang tepat di atas kepalanya menandakan saat ini waktu telah menunjukkan tengah hari. Gadis bermata monolid itu menghela napasnya pelan. Pantas saja tidak ada siapa pun di lapangan. Semua orang sedang menikmati makan siang mereka di kantin sekarang.
Lain dengan dirinya rasanya dia tidak mau makan. Itu benar, dia tidak merasa lapar saat ini. Menurutnya lapar bukanlah hal yang paling penting baginya sekarang. Tidak, ada hal yang lebih penting dari itu. Ketenangan hatinya. Dia harus menentramkan hatinya saat ini.
Flashback
Tidak lama setelah Krystal pulang, Irene menelponnya. Awalnya dia tidak mau mengangkatnya karena itu dia menolak panggilan tersebut. Ternyata mantan kekasihnya itu terus saja menelponnya dan mengiriminya pesan hingga ponselnya penuh dengan notifikasi. Terakhir, Irene mengirimkan sebuah voicemail untuknya.
Dia ragu untuk membuka voicemail itu atau mengabaikannya. Dia takut, kalau dia mendengar suara Irene lagi dia malah semakin tidak bisa melepaskannya. Ada satu sisi di dirinya yang merindukan suara mantan kekasihnya, namun ada sisi yang lain yang terus menentang itu. Akhirnya dia memutuskan untuk membuka voicemail tersebut.
"Seulgi."
Suara Irene terdengar memanggil namanya di seberang sana. Mata Seulgi membulat, dia menahan nafasnya seketika. Suara itu tidak terdengar seperti suara Irene yang biasanya. Suara Irene yang lembut, kini terdengar parau, seperti orang yang kesepian. Seakan seluruh kesedihan yang Irene rasakan bisa dia dengar dari suara tersebut. Setelah jeda beberapa detik, Irene melanjutkan omongannya.
"Aku tahu, kau tidak mau mengangkat telponku ataupun membalas semua pesan-pesanku. Tidak apa-apa, aku mengerti, namun aku harap kau mendengarkan ini."
Sebesar apapun keinginan dirinya untuk menghiraukan suara Irene, tetap saja dia tidak bisa. Ego dihatinya sudah mengalahkan akal sehatnya. Padahal sudah sejak tadi jarinya berada di atas tombol berhenti, namun dia tidak sanggup untuk menekannya. Dia masih ingin mendengarkan suara Irene.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku sampai tidak bisa tidur memikirkanmu. Aku harap kau sudah minum obat dan segera beristirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kang 20
FanfictionSeulgi Kang, seorang striker kebanggaan Galaxy Academy percaya bahwa ia tidak punya waktu untuk cinta. Mimpinya sebagai pemain sepak bola dan tanggung jawabnya untuk menjaga adik dan neneknya membuatnya tidak tertarik untuk berkencan. Namun ketika I...