"Kau yakin, Seul?" Suara orang tersebut terdengar ragu dan penuh kekhawatiran.
Seulgi mengangguk pelan. Meski dia tahu orang yang bicara dengannya tidak bisa melihatnya. "Aku yakin. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja"
Orang tersebut menghela nafasnya pelan. "Baiklah, aku akan melakukan apa yang harus ku lakukan."
"Terima kasih."
"Tapi kalau terjadi sesuatu padamu. Segera beritahu aku!"
"Aku mengerti."
Gadis bermata monolid itu memasukkan telponnya ke dalam saku dan keluar dari mobil. Dingin yang dirasakannya saat ini cukup menusuk tulangnya. Udara malam Newcastle bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Beruntung baginya karena mengenakan hoodie tebal. Dengan sekali tarik, tudung jaketnya menutupi kepalanya hingga yang bisa terlihat darinya hanyalah wajah dingin dan pucat. Langkah demi langkah dia ambil untuk masuk ke rumah besar di depannya. Sebuah bangunan yang akan mengantarkannya ke masa lalu.
***
Krystal tidak bisa tenang. Sejak dia mendengar kabar bahwa Seulgi tiba-tiba pergi, dirinya menjadi sangat khawatir. Pasalnya, dia tidak tahu Seulgi kemana dan sedang melakukan apa. Dia juga berusaha menelpon sahabat-sahabat Seulgi, namun mereka tidak tahu Seulgi dimana keberadaan gadis bermata monolid itu. Tanpa sadar cengkramannya pada gelas kopi yang dipegangnya semakin kuat.
"Hei, tenanglah." Suara seseorang membuat dia mendongak keatas. Di depannya Jisoo duduk di kursi tunggu sambil melipat kedua tangannya di dada. Wajah gadis berambut hitam berponi itu terliha lelah. Sama dengan dirinya yang juga mulai merasa lelah. Kombinasi khawatir dan lelah membuatnya menjadi semakin buruk.
Mereka sudah menunggu di depan ruang UGD selama satu jam, namun belum ada kabar terbaru dari Irene. Saat ini hanya mereka berdua yang sedang menunggu karena Ibu Jisoo izin untuk mengurus administrasi Irene.
Krystal hanya menatap gadis berambut hitam itu dalam diam. Ini pertama kalinya mereka mengobrol tanpa ada kehadiran Seulgi di sampingnya. Sebelumnya dia tidak pernah memulai pembicaraan dengan gadis ini karena dia adalah orang yang cukup pemalu. Dia memandangi Jisoo yang memandangnya dengan santai dan berusaha menerka-nerka sifatnya. Sepertinya dia harus lebih berhati-hati dalam bertutur kata kali ini. Jisoo adalah sepupu Irene dan dia secara personal punya kenangan buruk dengan Irene.
"Aku tenang." Jawabnya beusaha setenang mungkin.
Jisoo tertawa kecil. "Dengan wajah panik seperti itu, sulit bagiku untuk percaya."
Pandangan Krystal melunak. Sepertinya Jisoo bukan orang yang patut dia waspadai. Dia bisa bernafas lega sekarang.
"Oke, aku khawatir dengan Seulgi. Apa lagi saat ku telpon selalu dalam keadaan sibuk." Keluh Krystal.
Gadis berambut hitam itu mendengus pelan. "Aku benar-benar tidak mengerti apa yang mau dia lakukan. Ku harap bukan sesuatu yang buruk." Gadis berambut itu mengalihkan perhatiannya ke ruang UGD. "Yang membuatku sangat kesal sekarang adalah, kenapa belum ada kabar tentang Irene?" Keluh Jisoo dengan kesal.
Krystal mengikuti pandangan Jisoo ke pintu ruang UGD. "Aku tidak menyangka lukanya sangat serius."
"Dengan kondisi badan penuh luka seperti itu sebenarnya mustahil dia bisa berjalan-jalan. Tapi dia masih bisa punya kekuatan untuk pergi ke apartemenku. Dia benar-benar gila." Keluh Jisoo kesal.
"Mereka berdua memang cukup gila."
Jisoo menaikkan alisnya. "Siapa?"
"Seulgi dan Irene. Mungkin karena itu mereka cocok." Ujar Krystal pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kang 20
FanfictionSeulgi Kang, seorang striker kebanggaan Galaxy Academy percaya bahwa ia tidak punya waktu untuk cinta. Mimpinya sebagai pemain sepak bola dan tanggung jawabnya untuk menjaga adik dan neneknya membuatnya tidak tertarik untuk berkencan. Namun ketika I...