Blunder

1K 181 73
                                    

Rated M for violence, alcohol and drug abuse. I'm warning you.

Suara televisi di pagi hari mengusik tidur singkat Joy kala itu. Dia mengusap-usap matanya, memfokuskan pandangannya ke sekeliling. Alisnya terangkat ketika mengetahui bahwa ini bukanlah kamarnya. Sekelebat ingatan tentang kejadian semalam membuatnya tersenyum. Dengan malas dia meraih selimut yang menutupi tubuhnya, melilitkan benda itu di badannya lalu segera memasuki kamar mandi.

Aliran air shower yang membasahi badannya membuat tubuhnya bergidik dingin. Dirinya mengutuk kesal lantaran salah mengatur keran air. Setelah membetulkannya, aliran air hangat membuatnya sejenak mendesah pelan. Air hangat di pagi hari membuat tubuhnya rileks.

Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan kekasihnya. Presiden Student Council itu tiba-tiba mengajaknya untuk kencan di apartemennya semalam. Kencan versi Wendy ternyata makan malam romantis lengkap dengan main course, dessert dan wine. Tentu saja yang meminum wine adalah Wendy. Joy tidak akan pernah menyentuh minuman beralkohol lagi. Entah bagaimana, makan malam yang tadinya biasa itu berubah menjadi sensual. Dengan sedikit sentuhan dan ciuman, kencan mereka berakhir di tempat tidur.

Apa itu memang direncanakannya?

Dia tidak tahu, namun dia menyukai itu. Pikirnya sambil tersenyum.

Bukan berarti mereka melakukan semuanya tanpa batas. Tidak, mereka tidak melakukan sejauh itu. Baik Wendy maupun Joy sendiri belum mau melangkah terlalu jauh. Mereka hanya meningkatkan level intimasi mereka ke satu jenjang di atasnya.

Yang paling penting dari semua ini adalah dia merasa lebih bahagia. Karena tidak ada drama lagi di hidupnya. Entah itu kecemburuannya pada Mark atau kebenciannya kepada Irene. 

Irene.

Mengingat namanya saja sudah membuatnya kesal. Tentu dia tahu apa yang terjadi pada gadis berambut hitam itu sekarang. Kekasihnya itu sudah memberitahu apa yang terjadi tempo hari dengan Krystal. Well, apa yang ditanam itu yang kita tuai bukan? Itu lah yang dia percayai selama ini. Begitulah cara kehidupan bekerja.

Alunan musik ballad terdengar olehnya tak kala dia keluar dari kamar mandi. Setelah mencuri kaus putih dan celana pendek Wendy yang ada di lemari, dia bergegas mencari sumber suara. Lewat ekor matanya, dia melihat kekasihnya sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Pagi, sayang." Sapa Wendy manis.

"Hei, pagi juga." Senyumannya kembali merekah ketika melihat wajah sang kekasih yang bersinar.

"Hmmm... mood for pancake?" Senyumnya jahil.

Wendy mengangkat bahunya. "Ya, aku sudah muak dengan roti dan selai." President Council itu memberikan pancake dan segelas jus jeruk untuk Joy yang dibalas terima kasih.

"Bagaimana kabarmu pagi ini?" Wendy bertanya sambil memakan pancakenya.  

"Amazing!" Sahut Joy dengan wajah berseri-seri.

"Apakah tadi malam senyaman itu?" Kerlipan mata Wendy tidak luput dari penglihatannya.

Dia tersentak kaget. "Apa maksudmu?" Dalam hatinya dia mengutuk Wendy karena hampir membuatnya tersedak pancake di pagi hari. Menggelikan.

"Kau tahu apa maksudku, sayang." Wendy memutar bola matanya. "Kalau kau tidak mengakuinya ya sudah, tapi itu malam terbaik bagiku." Wendy tersenyum genit.

"Terbaik karena tangan nakalmu bisa bergerak sesukanya?" Tanyanya jengah.

"Gezz, aku berusaha membangun mood romantis pagi ini." Cibir Wendy. Kedua tangannya di lipat di dadanya. Seolah menampakkan bahwa mood gadis itu berubah menjadi buruk.

Kang 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang