Wendy perlahan membuka matanya, ia melihat ke sekelilingnya, nuansa emerald di ruangan itu seketika memanjakan penglihatannya. Ia lalu mengerutkan dahinya. Ia sadar ia bukan berada di kamarnya saat ini. Dimana dia?
Sebuah figura berukuran sedang di dinding kamar itu seakan menjawab pertanyaannya. Ia lalu menyingkap selimut biru muda yang menutupi tubuhnya, dilihatnya ia masih memakai hoddienya dari semalam. Ia kemudian berjalan menuju figura tersebut, diusapnya sosok yang sedang tersenyum cerah di depannya. Sudah beberapa hari ia tidak melihat sosok di depannya ini dan ia sangat merindukannya.
Wendy menautkan kedua alisnya, berusaha berpikir keras. Seingatnya semalaman ia duduk di depan pintu rumah orang ini, menunggu ia pulang. Lalu bagaimana caranya ia bisa disini? Bagaimana caranya ia bisa tertidur di tempat tidur orang yang paling ia rindukan? Ia tidak bisa menjawab itu.
Apa yang terjadi semalam?
Suara dari dapur mengalihkan perhatiannya. Ia kemudian bergegas keluar dari kamar dan mencari sumber suara itu. Begitu sampai di dapur ia melihat seorang gadis bersurai merah sedang menyiapkan pancake apel serta jus dan susu untuk sarapan. Melihat ada orang lain di dapur, gadis itu menghentikan kegiatannya.
"Rupanya kau sudah bangun. Ayo kita makan. Aku sudah membuatkanmu sarapan, Wen."
Wendy hanya menatapnya dengan tatapan bingung. Gadis itu lalu menjentikkan jarinya, membuat Wendy tersadar seketika. Ia dengan cepat duduk di meja makan dan menyantap sarapannya. Wendy menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap gadis bersurai merah itu. Lewat ekor matanya, ia melihat gadis itu melepas apron dan bergabung bersamanya di meja makan. Sarapan pagi itu terasa hening, tidak satupun dari mereka memulai percakapan. Hingga Wendy merasa keheningan itu harus disudahi.
"Joy, bagaimana aku tiba-tiba bisa di kamarmu?" tanya Wendy yang akhirnya berani menatap kekasihnya.
Joy yang sedang mengunyah, menelan makanannya dengan cepat lalu meneguk jus jeruk di depannya. Ia menghela nafas dan terdiam selama beberapa saat. Cukup lama ia terdiam, Wendy yang memperhatikannya pun menjadi khawatir. Ia takut kekasihnya itu masih marah dengannya.
Joy lalu mengalihkan pandangan matanya dari Wendy. "Papa dan Mama sedang pergi ke rumah Nenek di Leeds. Jadi aku berada di rumah Lisa sejak kemarin. Ketika Lisa mengantarkanku pulang, aku menemukanmu tertidur di depan pintu rumahku. Lalu kami membawamu ke kamarku."
Wendy yang mendengar itu mengangguk paham. Pantas saja dia menemukan rumah Joy tidak ada orang. Ia berpikir keluarga Joy sedang keluar rumah dan ternyata benar. Ia tidak lupa membuat catatan di otaknya untuk berterima kasih ke Lisa karena telah membantunya dan menjaga Joy.
"Ah... begitu" kata Wendy kikuk. Suasana meja makan kembali hening. Keheningan ini menyiksanya, namun ia bingung ingin memulai dari mana. Ia lalu melirik ke arah Joy, sepertinya kekasihnya itu juga tidak ingin berinisiatif memulai pembicaraan. Wendy menarik nafasnya dalam, ia harus berani memulai percakapan itu. Jika tidak, masalah ini tidak akan pernah selesai.
"Joyi." Joy menatapnya bingung. "Ku mohon jangan menghindariku lagi. Aku tidak sanggup bila lama-lama jauh darimu"
"Aku minta maaf soal kejadian kemarin dengan Mark. Sungguh aku tidak berkencan dengannya Joyi. Aku hanya... Kami hanya tidak sengaja bertemu di sebuah toko dan dia memintaku untuk menemaninya memilih kado untuk mamanya. Kau tahu kan aku sudah menganggap mama Mark sebagai ibuku sendiri, karena aku tidak bisa menolaknya. Kami akhirnya singgah ke sebuah butik, Mark menyuruhku untuk mencoba dress yang ingin ia beli karena ukuran mamanya dan aku sama. Lalu aku memodelkan dress itu untuknya. Aku tidak tahu kenapa Mark mengelus pipiku saat itu, tapi aku bersumpah kami tidak ada hubungan apa-apa. Aku tidak―"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kang 20
ספרות חובביםSeulgi Kang, seorang striker kebanggaan Galaxy Academy percaya bahwa ia tidak punya waktu untuk cinta. Mimpinya sebagai pemain sepak bola dan tanggung jawabnya untuk menjaga adik dan neneknya membuatnya tidak tertarik untuk berkencan. Namun ketika I...