adukan sendok dan gelas samar samar terdengar dari ruangan dekat kamar mandi yang tertutup pintu, membuat erika berangsur angsur kembali tersadar, Erika tersenyum saat menyadari hal apa yang terjadi tadi antara dirinya dengan amel. amel berjalan pelan keluar dari ruangan itu, ternyata ruangan itu adalah ruangan dapur kecil di sisi kamar. amel keluar dengan dua gelas amerikano di tangannya
"untuk kamu, amerikano dengan biji kopi yang sama dari kedai kopi tempat aku part time" ucap amel saat dirinya berada di depan erika
"terimakasih," ucap erika mengambil gelas yang amel bawa
"sama-sama" jawab amel ikut duduk di samping Erika dan meneguk Americano miliknya
"ngomong-ngomong, kenapa indy selalu maksa kamu?" tanya erika
"aku kan udah pernah cerita kemarin-kemarin" jawab amel menaruh segelas americano di atas nakas lampu tidur
"kamu ceritanya cuman sedikit, cuma bilang dia suka memaksa tanpa kasih tau aku apa alasannya" tutur erika
"kamu yakin mau tau?" tanya amel mengambil gelas di tangan erika dan menaruh di nakas sisi gelas miliknya
Erika hanya menganguk dan menatap penuh rasa ingin tau
"tapi, janji dulu jangan berubah dan malah ngejauh dari aku" ucap amel
"emang kenapa?" tanya erika
"janji dulu, kamu sahabat aku kan?" tanya amel
"iya aku sahabat kamu. iya aku janji. emang kenapa sih?" tanya erika benar-benar penasaran
"indy selalu mekasa aku untuk menuruti semua keiinginannya. di bukan hanya tempramen tapi juga pisikopat, dia selalu memaksa dan kalo aku ga mau nurut dia selalu berniat membongkar rahasia kita" jawab amel
"rahasia? rahasia apa?" tanya Erika
"kamu udah janji ya erika ga akan ninggalin aku. aku bakal cerita semuanya. tapi kamu jangan tinggalin aku" ucap amel
"papah erika gaakan ninggalin kamu mah..." ucap erika
kekehan lembut terdengar dari amel, begitu juga dengan erika
"kamu sekarang masih sudi memanggil aku mamah dari papah erika er, tapi entah nanti setelah aku bercerita kamu masih sudikah menjadikan aku mamah dari papah erika nya kamu?" tanya amel
"emang kenapa sih?" tanya erika semakin penasaran
"rahasia apa?" tanya erika lagi
"dulu, indy pernah memaksa aku untuk berciuman dengan dirinya. jujur saja sejak dulu aku ga ada rasa sama indy aku hanya menggap indy sebagai sahabat. tapi indy lah yang terlalu terobsesi dengan aku dan akhirnya karna aku takut di kasarin indy, aku menurut dan bodohnya aku ga sadar saat ciuman itu indy mengambil foto kita. dan foto itu adalah alasan kenapa indy selalu mampu memaksa aku er, dia selalu berkata jika aku tidak menurut foto itu akan tersebar di mading sekolah. dan aku ga mau itu terjadi er, aku malu." ucap amel
erika hanya bisa diam mencerna setiap ucapan amel, ternyata indy benar benar pisikopat. memaksa dengan cara yang keji.
"aku udah cerita semua er sama kamu, terserah kamu sekarang mau jiji atau benci sama aku tapi aku mohon jangan tinggalkan aku. semenjak aku duduk di bangku SMA tidak ada yang mau mendekati aku karna semua takut dengan indy, indy selalu punya cara untuk orang orang menjauh dariku, orang-orang selalu dibuat jiji kepadaku oleh indy. dia melakukan itu agar aku selalu bersama dengan dia." ucap amel
"hidupku memang tidak sesempurna orang lain er, bahkan benar benar pahit, sejak usiaku 12 tahun aku sudah yatim piatu, kekayaan kedua orang tuaku di rengut paksa oleh pamanku, dan sejak imur 12 tahun aku sudah bekerja part time hingga sekarang dan di tambah lagi aku terjerumus dengan indy membuatku semakin merasa hidup ini begitu tidak adil, tapi setelah mengenalmu, aku kembali merasa hidup. aku memiliki teman baru, aku memiliki sahabat baru. walaupun aku memiliki tasya dan bu shania di luar sekolah tapi di sekolah aku tidak memiliki siapapun er, aku hanya dimiliki indy dengan segala ke kasaran dan kepsikoannya. dan setelah mengenal kamu di sekolah rasanya hidupku semakin berwarna di sekolah, aku tau rasanya punya teman sebangku, aku tau rasanya punya teman mengobrol dan aku tau rasanya di perhatikan selain dari indy. kamu janggan anggap aku tidak tau saat kamu memperhatikan aku er, aku tau. aku tau itu..." ucap amel
"sekarang terserah kamu mau seperti apa er, aku tak memaksa jika memang kamu mau meninggalakan aku sendirian lagi tak apa, aku memang sudah terbiasa hidup dalan kesendirian." ucap amel...
erika masih terdiam, dalam benaknya ternyata masih ada orang yang lebih tersiksa dalam hidup selain dirinya. erika juga merasakaan apa yang amel rasakan, kesepian. dan erika sadar sesedih apa saat merasa kesepian.
Erika mendekat ke arah amel dan memeluknya erat.
"aku tidak akan meninggalian kamu amel, apapun masa lalumu bagiku tak penting. masa lalu ada untuk di jadikan pelajaran bukan sebagai tolak ukur kedepannya. amel, aku ga jiji sama kamu dan aku tidak akan meninggalakanmu hanya karna hal sepele seperti itu karna aku tau rasanya kesepian seperti apa. amel... aku tidak akan meninggalakan kamu" ucap Erika
amel tersenyum saat mendengar ucapan Erika, air mata dengan lancangnya menetes dengan sendiri, amel membalas pelukan erika dengan begitu erat seolah tak ingin kehilangannya kembali...
"terimakasih er..."
"sama-sama mah..." ucap erika
amel kembali terkekeh mendengar erika kembali menyebut dirinya mamah...
"kenapa harus mamah papah?" tanya amel melepas pelukan erika
"agar supaya sosweet, mamah ga suka ya di pangil mamah sama papah erika? " ucap erika terkekeh pelan
"hehe suka ko pah, mamah amel suka di panggil mamah sama papah Erika ... " ucap amel menimpali hal mengemaskan itu
maupun erika atau amel keduanya hanya terkekeh pelan sambil menatap satu dengan yang lain. mungkin ini yang namanya saling melengkapi. amel ada untuk menemani kesendirian erika dan erika ada untuk menemani kesendirian amel.
....
kicau burung sayup sayup terdengar, dan siluet silau matahari yang menembus tirai membuat dua orang yang sedang berpelukan itu mau tak mau harus segera terbangun.
"pagi mel" ucap erika saat tubuh yang dipeluk dari belakang oleh dirinya itu membuka mata
"pagi err..." jawab amel masih betah berada di rengkuhan pelukan erika
"udah pagi kamu ga kerja?" tanya Erika
tadi malam, erika memutuskan untuk tidur di kostan amel karna amel bersikukuh untuk minta di temani, amel takut indy akan datang tengah malam untuk kembali memaksanya dan dengan suka hati Erika menuruti inginnya amel, bukan karna erika yang berfikir macam macam tapi karna erika juga yang merasa kesepian jika berada di rumah. lebih baik erika disini menemani amel agar dirinya tidak kesepian juga.
"hari ini minggu pertama di bulan ini, dan itu berarti hari liburnya aku er," ucap amel masih mencoba menutup mata dan masih betah menjadikan tangan erika sebagai bantalan
"jangan tidur lagi mel, lebih baik kita jalan-jalan" ucap erika memainkan kulit pipi amel
"mmm bentar lagi yaa, aku masih betah kaya gini" ucap amel menarik tangan erika yang memainkan pipinya dan menaruh menaruh tangan di atas perut amel.
"mamah manja" keluh Erika terkekeh pelan
"nga papa, toh manjanya sama papah ini..." jawab amel terkekeh pelan.
erikapun hanya menjawab dengan kekehan dan membiarkan amel senyaman nyamannya berada di pelukan dirinya.
"hari ini mampir ke rumah aku dulu ya, aku mau ganti baju . seharian ini kita jalan jalan. kemanapun asal berdua sama kamu" ucap erika pelan
amel hanya mengaguk patuh dan kembali memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerikano (end)
Fanfictiontentang cinta, kopi, dan persahabatan bagiku kamu bagaikan beberapa ml air yang di tumpahkan ke segalas expreso kamu menyeimbangkanku dari hidupku yang begitu pahit. -amel kita bagikan amerikano yang sempurna saat satu dengan yang lainnya menyatu...