13

743 116 64
                                    

amel berjalan pelan menyusuri jalanan trotoar kota bandung, dalam benaknya amel masih terus kepikiran erika, apakah yang amel lakukan tadi benar benar jahat? apakah amel sudah keluar batas? amel bingung hingga ia masih terus berjalan sambil menundukan kepala.

sebenarya erika tidak pulang semarah apapun erika erika masih tetap memiliki tanggung jawab yang harus dia jalani, erika mengikuti amel dari belakang menemani amel pulang ke kostannya dengan jalan kaki, mobil erika erika tinggalkan di parkiran dekat kedai, parkiran itu aman jadi erika tidak perlu risau, mau sebulan pun mobilnya di simpan disana sepertinya tidak akan terjadi hal aneh kepada mobilnya.

erika memeperhatikan amel dari kejauhan sambil terus memikirkan apa yang sebenarnya membuat amel sebegitu marahnya kepada erika.

di sisi sana amel tiba tiba berhenti melihat di kakinya ada sebuah botol kaleng bekas, amel terdiam dan berteriak

"kenapa sih harus ada ciel di anara kita err?" tanya amel namun dengan sedikit teriakan sambil menendang botol kaleng itu dengan keras seolah mencurhkan emosinya 

teriakan itu terdengar oleh erika yang berdiri tidak begitu jauh dari amel. erika tertegun dan teridam

"ciel?" tanya erika pelan

erika memilih untuk behenti di emperan toko duduk yang berfikir siapa ciel? dan kenapa harus sampe membuat amel seperti saat ini

erika terus berfikir dan bergumam

"oh... graciella anak kelas sebelah itu?" monolognya sendiri

"tapi kenapa amel segitunya sama dia?" tanya erika kembali berfikir

erika diam cukup lama berfikir apa yang terjadi dengan dirinya dan ciel hingga membuat amel semarah itu.

"aaahhhh mentok... " ucap erika mengacak acak rambutnya

"ada apa sih dengan ciel?" tanya erika

"daripada pusing kaya gini mending samperin amel." ucap erika

namun tiba-tiba saja kaki erika terhenti erika teringat dengan wajah galak jutek dan judes amel, rasanya erika tiba-tiba saja takut akan hal itu. erika berfikir sejanak lebih baik besok saja dia bertemu di kedai untuk mengobrol dengan erika dari pada malam ini erika harus menjadi tempat pelampiasan emosi amel.

erika berbalik badan berjalan berbeda arah dengan amel dan memilih untuk kembali ke rumah dengan membawa mobilnya.

.....

waktu menujukan pukul 10 malam amel sudah berada di kamar kostnya, amel tiduran di atas tempat tidur sambil menatap layar smartphone miliknya berharap erika akan menghubungi dia duluan. amel merasa begitu merindukan erika saat tersadar apa yang dia lakukan tadi di kedai salah dan seharusnya dia tidak seberlebihan itu, butuh waktu yang lama untuk membuat amel sadar bahwa yang di lakukannya itu salah.

seharusnya amel tidak melakukan hal itu dan membuat erika marah. seharusnya tidak terjadi hal seperti ini, amel menyesal dan sekarang amel malah merasa begitu merindukan sosok erika yang selalu berada di sisinya.

"pah, mamah rindu, kamu kemana?" monolog amel sendiri menatap ruang chat antara dirinya dengan erika.

dengan iseng amel menulis sebuah kalimat dalam room chat itu yang berbunyi

"pah, kamu dimana? mamah rindu"

bunyi isi chat itu, amel terkekeh pelan, mata amel menutup dan tiba tiba saja amel merasa tangannya licin dan

"buk" smartphone miliknya jatuh tepat mengenai batang hidung milik amel

"aduuh sakit..." gumam amel sendiri memegang batang hidung yang kejatuhan smartphone miliknya

Amerikano (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang