14

651 105 34
                                    

mata amel terbuka saat bibir manis erika sudah tidak menempel di bibirnya, erika tersenyum membuat amel ikut tersenyum juga.

"manis" guman erika tersenyum sambil mengusap bibir amel yang memerah

amel hanya mampu terdiam di dalam rengkuhan pelukan erika, tangan erika masih betah berdiam di pinggang amel

"er," gumam amel pelan

"ya amel?" tanya erika

"tadi itu apa?" tanya amel

"bukti." ucap erika

"bukti bahwa aku cuma punya kamu dan gaakan kemana mana karna erika akan selalu bersama amel" tambah erika

"tapi..."

"aku cinta kamu mel" potong erika

amel mematung terdiam, amel mundur dari hadapan erika. dadanya masih bergumur karna ulah bibir erika yang mencuri ciumannya dan kini dadanya kembali berdegup lebih kencang dari gemuruh awal. amel tau amel memiliki rasa yang erika rasakan namun apakah ini bisa terjadi? amel tau hal ini bisa saja terjadi baik tasya baik teman teman sekolahnya pun banyak yang saling berpacaran walaupun mereka sama. tapi amel takut amel takut, erika akan pergi suatu saat nanti saat mereka memilih jalan masing-masing.

"mel," ucap erika pelan

di sisi erika, erika paham dengan apa yang terjadi melihat reaksi amel yang begitu kaget erika yakin dirinya akan di tolak dan rasanya akan di campakan oleh amel

"maaf" ucap erika menunduk

amel menatap erika yang menundukkan kepala dengan rasa bersalah mulai tersadar bahwa dia begitu munafik, amel juga sebenarnya memiliki rasa yang sama namun amel masih takut. tapi hatinya sakit saat melihat erika menuduk dengan rasa bersalah

amel mendekat dan memegang tangan erika

"er..." ucapnya pelan

"aku gapapa" ucap amel

erika mengangkat wajahnya, amel tersenyum saat mata hazelnuts erika menatap kedua bola matanya.

"tapi tadi kamu marah" ucap erika

"aku gapapa ko, aku bisa buang rasa itu kalo kamu ga suka" tambah Erika

"yang penting kamu jangan pergi dari aku" tambah erika lagi

amel menggeleng menatap mata hazelnut erika. amel menarik tangan Erika menuntunnya duduk di sisi tempat tidur

"aku cuma takut" ucap amel menghadap ke arah erika dan erika juga menghadap ke arah amel mereka masih saling memandang satu dengan yang lain

"aku takut, takut malah kehilangan kamu. aku takut saat kita sudah terbiasa bersama, rasa bosan datang membuat kita bertengkar dan pada akhirnya semua berakhir begitu aja er. aku hanya takut itu terjadi" ucap amel menjelaskan keresahannya

"kita masih labil, aku gatau. rasa yang ada di sini akan bertahan seberapa lama er" ucap amel menaruh telapak tangannya di dada erika

"aku takut membuat kamu kecewa, marah dan malah membuat rasa yang ada di sini menghilang begitu saja" tambah amel lagi tanggannya masih betah berada di dada erika

erika menggeleng, ditariknya tangan amel dari arah dada nya dan mengengan tangan itu menaruhnya di atas paha.

"yang aku takutkan sekarang malah rasa yang ada di kamu mel, jangan tanya rasaku sebesar apa? tanpa kamu sadari rasa itu kian tumbuh besar disini. dan takpernah berkurang sedikitpun, kamu membuat aku semakin terjatuh dengan rasa cinta" ucap erika menunjuk dadanya sendiri

"kamu ngomong hal ini bukan karna gapunya rasa sama akukan mel?" tanya Erika

amel menggelengkan kepala

"jangan bohong, lebih baik jujur mel, aku tak apa jika rasanya memang tak terbalas" ucap erika menunduk dan melepaskan gengaman tangannya pada tangan amel

"aku ga bohong er, bahkan rasa itu sudah ada saat pertama kali kamu datang ke kedai menatap bingung deretan menu diatass dinding kedai, kamu mencuri perhatianku mulai saat itu" ucap amel menarik tangan erika dan mengengamnya amel mencoba meyakinkan erika

"kamu ga bohongkan?" tanya erika menatap mata amel

amel menggeleng

"kalo aku bohong soal rasa itu ngapain aku risih soal kedekatan kamu dengan ciel?" amel mencoba meyakinkan erika

"aku emang ga pernah berlaku manis ke kamu er, bahakan aku bisa di bilang cuek sama kamu tapi sebenarnya aku memperhatikan kamu aku tau semua kebiasaan kamu aku tau semua tentang kamu. er, jangan kira rasamu itu bertepuk sebelah tanggan akupun sama dan rasa itu kian kemari kian bertambah juga." tambah amel

erika terdiam.

"kalo kamu masih meragukan tentang rasa yang aku rasa terserah kamu er, aku memang ga bisa semanis kamu dalam bertindak. tapi aku bisa membuktikannya lewat ini" ucap amel

amel menarik tangan erika membuat erika mendekat ke arah amel, amel mendekat dengan tangan berpindah ke belakang kepala erika, erika yang paham dengan apa yang akan amel lakukan hanya bisa terdiam dan menutup mata.

lembut bibir amel kembali menempel di bibir erika, amel yang mengebu gebu mulai berani mengecup setiap inci bibir erika setelah cukup lama amel mengecup bibir erika amel mengigit bibir bawah erika, erika menyadari itu dan merasa telah melalui batas erika memalingkan wajahnya membuat mau tak mau ciuman mereka terhenti. bibir amel memerah begitu juga bibir Erika yang lebih merah karna gigitan amel, keduanya terdiam sejenak, hening di dalam kamar

"sakit mel" ucap erika pelan mengusap bibir bawahnya

"maaf" ucap amel pelan matanya menutup sambil merutuki kebodohannya

erika terkekeh pelan saat menyadari ada rasa penyesalan dari amel, erika menarik wajah amel membuat amel kembali mantap erika

"aku gapapa ko, jangan ngerasa bersalah gitu" ucap erika tersenyum

"maaf" ucap amel tanpa perintah mulai memeluk erika

erika terkekeh pelan

"aku paham sekarang kenapa kamu suka peluk peluk mendadak kaya gitu" ucap erika

"sebenernya kamu nutupin muka kamu yang lagi merah kaya kepiting rebus kan?" tanya erika menarik wajah amel agar menatap wajah erika yang berada di atas wajah amel

amel memanyunkan bibirnya saat mata erika menatap lembut dirinya, wajahnya memang merah semerah kepiting rebus

"tuh kaan..." ucap erika gemas...

"gemeskan jadinya" ucap erika mengucek ucek pipi amel

"puas ya nguyek nguyek pipi aku?" tanya amel masih betah di posisi itu

"hehe" jawab erika hanya dengan tawaan pelan...

"iih nyebelin" ucap amel melepaskan pelukan dan memunggungi erika sambil melipat tangan di atas perut seolah marah kepada Erika

erika kembali terkekeh pelan, erika maju sedikit, mengikis jarak diantara dirinya dan tubuh amel dirasa sudah benar benar dekat erika menarik tubuh amel untuk kembali di peluk, hembusan nafas pelan namun dalam amel terasa oleh erika saat tanggan erika melingkar di atas tangan amel. kepala erika sengaja erika taruh di bahu kanan amel.

"maah..." ucap erika lembut

"jangan marah" ucapnya lagi

amel hanya menggeleng pertanda dirinya tidak marah

"gimana aku bisa marah kalo kamu terus terusan sweet kaya gini" ucap amel

erika tersenyum

"mah, makasih udah cinta sama papah, papah sayang mamah " ucap Erika tepat di telingga amel dan merapatkan kembali pelukannya

amel memejamkan mata saat hembusan nafas erika terasa begitu dekat dengan telingganya, amel memutar sedikit wajahnya dan

"cup..." kecupan lembut mendarat di pipi erika membuat Erika memejamkan matanya

"mamah lebih sayang sama papah," ucap amel

....

Amerikano (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang