16

648 102 12
                                    

hari-hari berlalu, banyak hari manis yang dilewati oleh amel dan erika bersamaan, erika selalu sukses membuat amarah amel kembali melunak dengan sikap manisnya dan walaupun terkadang amel juga kembali sebal dengan sikap jahil erika tapi amel selalu kembali sadar itulah erika yang selalu membuatnya merasa sebal namun kembali luluh dengan sikapnya yang begitu manis.

pagi itu seperti pagi-pagi pada umumnya erika dan amel masih menduduki bangku di sudut kanan belakang kelas, erika dan amel sedang belajar pelajaran sosiologi dan pelajaran ini sukses membuat erika mengantuk padahal jam menujukan pukul 9 pagi. dihempaskannya pulpen yang erika gunakan untuk merangkum materi erika merebahkan kepalanya menarik nafas panjang dan memejamkan mata. amel hanya melirik erika sekilas dan kembali melanjutkan pekerjaannya dengan gelengan kepala dan senyuman.

lama erika dalam posisi itu hingga tiba-tiba saja matanya terbuka, menatap amel yang sedang menulis dari atas meja. erika tersenyum dan terus sibuk memperhatikan amel yang sedang mencatat itu.

"cantik" gumam erika pelan sambil terus memperhatikan amel

tangan erika terulur, mengusap lesung pipi yang bolong itu

"gemes" ucapnya pelan

"er, udah" ucap amel mukanya mulai memerah karna merasa erika membuatnya malu

"gak ah aku lebih tertarik liat kamu daripada harus merangkum materi tentang suku suku budaya di indonesia dengan keberagaman sifat. rasanya kisah mereka kalah menarik dengan kamu yang ada di hadapan aku" ucap erika pelan

amel hanya terkekeh pelan dan tersenyum namun tiba-tiba saja

"copot!!" kaget erika saat pahanya tiba-tiba di cubit amel

seisi kelas melirik erika, erika kaku di buatnya sambil sedikit meringis mengusap pahanya yang di cubit amel, kelas tadi begitu hening jadi tidak salah semua mata melihat erika saat dia berseru seperti itu

erika masih diam kaku dan meringgis sedangkan amel malah tertawa pelan sambil terus sibuk mencatat

"erika? ada apa?" tanya guru sosiologi di depan kelas

"ehh, nga buu... tadi, tadi, erika mimpi. maaf bu erika ketiduran. bu, boleh erika permisi ke tolet untuk membasuh muka?" ucap erika

"yasudah, silahkan" ucap guru sisiologi itu

"terimasih bu" ucap erika pelan dan beranjak dari duduknya

erika melirik amel pelan sambil mendengus pelan dan menjulurkan lidah sebal

"nyebelin!" gumamanya pelan dan pergi

amel hanya terkekeh pelan dan melanjutkan kembali rangkumannya

ditoilet

erika membasuh kasar mukanya di atas washtapel, melirik kaca besar di hadapnnya wajahnya masih sebal karna ulah amel tadi, tanggannya kembali mengusap paha yang amel cubit.

"sakit..."gumam erika manja sambil menatap mengusap pahanya

"kalo habis cuci muka itu, di lap dulu mukanya" ucap seorang gadis berdiri di samping erika menyerahkan beberapa lembar tisue

"makasih," erika melirik sejenak gadis itu, tersenyum dan menerima tisue di tanggan gadis itu

"pagi-pagi udah sebel gitu mukanya, kenapa?" tanya gadis itu

"eh, gapapa koo ciel hehe" ucap erika dengan kekehan

"lagi pelajaran sosiologi ya?" tanya gadis itu yang ternayta ciel

"iya, lagi pelajaran soiologi. kamu sendiri ngapain disini bukannya ada kelas juga?" tanya erika

"aku lagi cari anggin, ngantuk pelajaran sejarah, aku ga suka" ucap ciel

"ooh" jawab erika

"ke kantin yu, sebentar lagi bel" ucap ciel menarik tanggan erika

"eh, tapiii"

sebelum erika menyelesaikan ucapnnya bel istirahat pertama sudah berbunyi.

"tuhkan bel. yuk cepetan entar keburu penuh kantinnya" ucap ciel

"eh tapi, amle." ucap erika terpotong karna tangganya sudah di tarik ciel

erika hanya bisa menurut semoga saja amel sudah berada di kantin sehingga erika tidak perlu untuk kembali ke kelas.

sedangkan di kelas amel berdiri saat bel istirahat berbunyi guru sosiologi itu sudah beranjak dari duduknya dan menyuruh rangkumanan itu di kerjakan di rumah. amel membereskan buku buku di atas mejanya dan di atas meja erika menaruh di bawah rak meja, mata amel masih mencari erika yang masih belum kembali, marahkah erika karna bercandaanya tadi?tapi itu hanya cubitan pelan kenapa harus marah seperti ini. amel berjalan keluar kelas berniat mencari amel di toilet, dibukanya pintu toliet saat amel berjalan di dalam sana bilik-bilik toliet kosong. mata amel kembali sibuk mencari keberadaan erika. amel kembali kekelas mengecek erika apakah dia sudah kembali dan menunggunya di kelas, namun nihil erika tidak ada di kelas. amel terdiam sejenak pikirannya masih tentang erika. amel takut erika benar-benar marah karna ulah cubitannya tadi. amel mulai tersadar apakah erika sudah pergi ke kantin, amel segera kembali berjalan, menyusuri lorong-lororng sambil melihat ke kanan dan kekiri mencari sosok erika di lororng-lorong itu, saat kaki amel menginjak lantai kantin, amel menemukan erika duduk sendiri di pojokan kantin amel mendekat dengan senyuman rasanya senang saat melihat erika lagi. namun senyumnya sirna saat amel sadar erika duduk dengan siapa di sudut sana. tadi saat memasuki kantin amel tak sadar karna sosok itu terhalang anak-anak lain namaun kini amel sadar siapa orang yang duduk di hadapan erika. amel tercekat dan mendekat ke arah erika

"mel," sapa erika saat amel sudah berdiri disamping erika

"aku udah..."

"aku cariin kamu kemana-mana, ternyata disini. udah duduk anteng sambil makan bubur" ucap amel wajahnya judes tanpa senyuman

"mel, itu punya ciel, aku belum beli apa-apa aku masih nungguin kamu"

"hmmm" ucap amel jutek

"aku ga laper, makan aja tuh bubur sama ciel. aku mau ke kelas" ucap amel judes dan pergi dari hadapan erika

"mel," erika beranjak dari duduknya berniat menyusul amel namun tanggannya di tahan oleh ciel

"buburnya belum abis, temenin aku ya. aku malu kalo sendirian" ucap ciel dengan muka memelas

erika menarik nafas pelan dan menganguk, erika kembali duduk. erika duduk di kantin di depan ciel namun pikirannya penuh dengan amel. amel pasti marah besar dengan kejadian ini.

"mel," sapa erika saat erika duduk di bangkunya.

di tanggan erika sudah ada sekotak susu coklat dan roti isi coklat

"maaf" ucap erika lagi, menyerahkan sekotak susu coklat dan roti itu ke atas meja amel

tapi mata amel masih fokus pada buku dan tangganya sibuk dengan pulpen dan kertas amel melanjutkan lagi tugas sosiologinya

erika menarik nafas kasar saat dirinya kembali tidak di gubris oleh amel, erika tidak bisa berbuat apa-apa dia kembali menaruh kepalanya di atas meja dan memejamkan mata.

bel pulang sekolah berbunyi, amel masih mendiamkan erika sejak istirahat pertama hingga bel pulang sekolah amel menarik tasnya kasar lalu mengendongnya. erika masih betah duduk sambil merapihkan tas menunggu anak-anak lain keluar kelas terlebih dahulu. masih tampa bicara namun wajah yang jutek amel berdiri di samping erika. erika paham amel marah besar segera berdiri memberikan jalan untuk amel lewat

"mel." cegah erika menarik tangan amel

"biar aku anter ya ke kedai?" tanya erika pelan

"gausah!" jawab amel tegas

"mel, maaf" ucap erika

namun bukan jawaban yang erika dapat malah hempasan tangan kasar dari amel.

"mel, denger dulu" ucap erika mengejar amel dan menahan tangan amel lagi

"ini sekolah. tolong lepas!" ucap amel galak

"okey, okey. maaf" ucap erika melepaskan tanggan nya dan membiarkan amel pergi

......

Amerikano (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang