"pulang gih!" ucap amel galak
hari itu entah kenapa rasanya amel begitu sebal terhadap erika entah karna apa namun itulah yang amel rasakan.
erika yang sedang duduk anteng di bangku kedai favoritnya itu hanya melihat bingung kepada amel yang berdiri dengan berpangku tangan di dada. amel menggunakan seragam kedainya dengan rambut di kucir kuda dan di tambah slayer menutupi kepalanya.
"kenapa?" tanya erika bingung dengan sikap mel
"pulang aja udah malem" ucap amel masih terus mengusir erika
"iya, aku nanya alasannya apa ngusir aku? aku masih mau nungguin kamu anterin kamu ke kostan" ucap erika erika
"tau ah, pikir sendiri. gausah anterin aku pulang." ucap amel berlalu pergi meninggalkan erika.
sebenarnya sifat amel ini bukan tanpa sebab. sudah hampir seminggu anak kelas sebelah mendekati erika, dan selama seminggu itu juga amel merasakan dirinya tersaingi.
anak kelas sebelah itu bernama ciel, seminggu yang lalu amel dan erika sedang duduk di kantin menikmati semangkuk bubur ayam, tiba-tiba saja ciel duduk di samping erika, menyapa erika dan mengajak erika berkenalan disana amel hanya diam menimpali erika yang sedang di dekati ciel, setelah hari itu ciel selalu mendekati erika membuat amel janggah dan pada akhirnya meledaklah di hari ini emosi amel tak bisa di bendung lagi dan amel merasa begitu sebal dengan erika.
sedangkan erika yang merasa tidak terjadi apa-apa hanya biasa saja menikmati hari-harinya seperti biasa menemani amel ke kedai, sejak tadi di sekolah erika memang menyadari perubahan dari sosok amel, amel lebih jutek dan diam. saat di mobil pergi ke kedai pun amel tak berucap apa-apa. erika berasumsi bahwa mungkin emosi amel sedang tidak stabil karna sedang berada di masa datang bulan.
"pulang!" ucap amel lagi kembali ke bangku erika
erika kembali menatap bingung
untung suasana kedai cofe sedang sepi hanya ada erika, amel dan tasya di area dapur.
"kamu kenapa sih mah?" tanya erika kebingungan
amel melirik erika malas dan jutek
"pulang aku minta kamu pulang. jangan gangu aku di kedai ini ngerti, aku lagi kerja" ucap amel
erika yang bingung hanya bisa menatap raut wajah amel yang berubah
"kamu kenapa sih jadi aneh gini?" tanya erika berdiri
"okey kalo kamu mau aku pulang. makasih! aku pulang" ucap erika emosi karna di perlakukan seperti itu oleh amel tanpa sebab
erika mengambil tas gendongnya di kursi samping dirinya duduk, mengambil kunci mobil di atas meja dan melihat ke arah amel
"aku kecewa mel sama kamu. marah-marah tanpa sebab. makasih" ucap erika dengan nada dingin dan pergi dari kedai
amel masih terdiam, rasanya emosi masih bergemuruh di hati amel membuat amel enggan untuk melihat kepergian erika.
disisi lain erika berjalan masih dengan tatapan kecewa pada amel, dirinya ikut tersulut emosi hari ini sudah dua kali amel mengusir erika tanpa alasan yang jelas, membuat erika merasa sedikit kecewa dengan sikap amel.
erika masuk ke dalam mobil membanting kasar pintu mobil dan menengelamkan wajah di stir mobil
"kamu kenapa sih mel?" monolognya sendiri
"aneh ga kaya amel yang biasanya" ucap erika
erika masih terdiam di bangku kemudi sambil memikirkan apakah ada yang salah dengan tindakannya selama ini? perasaan erika hubungan dia dan amel masih baik-baik saja apa lagi setelah masalah indy satu bulan yang lalu erika merasa mereka semakin dekat namun mengapa amel berubah hari ini.
disisi lain amel yang sedang bad mood hanya menatap kosong mesin kasir di hadapannya amel duduk bersandar pada meja barista di area pentry itu memikirkan apa dia salah melakukan hal ini pada erika? namun amel merasa erika memang perlu di berikan pelajaran anggar dia paham bahwa amel juga bisa merasakan cemburu.
cemburu? amel terkekeh pelan saat ia memikirkan hal itu, apa dia benar-benar cemburu pada ciel? mengapa harus cemburu? itu hak erika kan berteman dengan siapapun? apa hak amel melarang erika dekat dengan siapapun? tapi amel menggeleng dan berucap. itu hak amel untuk cemburu, erika adalah satu-satunya orang yang sedang begitu dekat dengan diri amel akhir akhir ini, tak ada salahnya kan jika amel merasa cemburu?
"mikirin apa ngelamun terus?" tanya tasya yang sedang memindahkan segitiga-segitiga kue dari dalam loyang
amel mulai tersadar dari lamunannya menatap tasya yang sedang sibuk di etalase
"kamu jangan galak-galak mel sama erika, erika udah baik gitu sama kamu" ucap tasya
"dia salah apa sampe kamu usir dia dua kali kaya tadi?" tanya tasya lagi
amel hanya menatap bingung tasya dari mana tasya tau mereka bertengkar tadi padalah tasya ada di dapur sejak siang tadi membuat kue kue berbagai rasa.
"darii mana kamu tau sya, aku ngusir dia?" tanya amel
"suaramu kencang mel, untung sepi kedainya kalo nga semua pelanggan bakal kabur kali liat barista mereka bisa segalak itu" ucap tasya
"mel," ucap tasya pelan menaruh mapan di atas meja barista dan duduk di samping amel.
"hmmmm" tanya amel
"kamu udah dewasa, bukan waktunya lagi kaya gini, kalo ada yang kamu ga suka dari erika bilang. erika bukan peramal yang bisa tau isi hati kamu seperti apa. kamu emang siap kalo erika pergi dari kamu? mau kalo erika malah benci dan kecewa sama kamu?" tanya tasya
amel hanya diam sambil menunduk, amel teringat bahwa erika tadi sempat berkata dirinya kecewa terhadap amel.
"emang aku salah ya sya kalo aku cemburu?" tanya amel pelan sambil memainkan kaki di lantai matanya masih tertuju pada kaki
"cemburu? cemburu karna apa?" tanya tasya
"kalian ga jadian kan?" tanya tasya
amel mengeleng
"mana mungkin aku jadian sama erika" ucap amel
kekehan pelan terdengar dari tasya
"kalo suka ya ngomong mel, ga baik punya rasa di pendam-pendam" ucap tasya
amel kembali menggeleng
"lebih baik seperti ini, kalo sahabatan aja kita bisa bertengkar seperti ini, aku takut kalo lebih malah makin runyam. aku gamau kehilangan erika." ucap amel
"kamu gamau kehilangan erika tapi sikap kamu kaya gini?" tanya tasya
"childhids..." ucap tasya lagi
"kamu malah bakal kehilanggan erika cepat atau lambat mel kalo sikap kamu kaya gini" ucap tasya
"kamu cemburu sama apa emang?" tanya tasya
"ada anak kelas sebelah yang pengen deket sama erika dan aku ngerasa dia suka sama erika. aku cemburu" ucap amel
"heemm mel, aku kira kamu udah dewasa ternyata masih kaya anak kecil kalo di hal kaya gini" ucap tasya
"kamu bukannya ngasih saran malah mojokin aku terus" ucap amel sebal menendang kaki tasya pelan
"habis gemes. kamu udah suka dari lama sama erika tapi diem aja, giliran ada yang ngedeketin dia ga terima. dasar anak kecil. sikapmu percis seperti anak kecil lima tahun yang takut kehilanggan mainan kesayangannya" ucap tasya
"sya...." ucap amel merengek
"mending sekarang ganti baju pulang. pulang tidur males aku liat kamu kalo lagi bete gini judes kek orang yang belum gajian tiga bulan" ucap tasya
"tapi..."
"udah cepet ganti baju. biar kedai aku yang beresin sendiri" ucap tasya
mau tak mau amel harus menuruti ingin tasya. jika tidak menurut mungkin akan ada perang ke 3 di kedai ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerikano (end)
Fanfictiontentang cinta, kopi, dan persahabatan bagiku kamu bagaikan beberapa ml air yang di tumpahkan ke segalas expreso kamu menyeimbangkanku dari hidupku yang begitu pahit. -amel kita bagikan amerikano yang sempurna saat satu dengan yang lainnya menyatu...