9

705 117 13
                                    

amel dan erika baru saja masuk ke dalam kamar erika, amel sudah mampu berjalan sendiri pening di kepalanya sudah berangsur-angsur mengurang namun demammnya masih ada.

"kamu istirahat dulu ya ada yang harus aku kerjakan di dapur"

"aku juga ada yang harus aku kerjakan di kamar mandi" ucap amel

"kamu kuat sendiri?" tanya erika

amel tersenyum

"emang kalo aku ga kuat kamu mau nemenin?" tanya amell

"ehh, nga deh kayanya," ucap erika berbalik badan

amel terkekeh pelan melihat erika yang menjadi kikuk

"emmm eh, iya..." ucap erika berbalik badan menatap amel

"mel, kalo kamu butuh sesuatu, ada di laci lemari baju di ruangan sana ambil aja ya, bisa kan buka ruangannya?" tanya erika saat itu ia berada di bibir pintu

amel mengangguk dan berjalan ke sisi home teater dan memijit tombol pertama yang ada di deretan-deretan tombol itu, amel melihat erika dan tersenyum. erika pun hanya menjawab dengan senyuman.

"yaudah aku ke dapur dulu ya" ucap erika dan menghilang dari hadapan amel.

amel kembali berjalan walau nyeri dan sedikit pusing masih dirasakan oleh amel namun amel harus melaksanakan kewajibannya membersihkan apa yang harus dia bersihkan.

di sisi lain erika turun dari arah tangga menyapa bibi yang sedang sibuk di arah dapur

"bi," sapa erika

"eh nona" ucap bibi kaget

"gausah kaget gitu bi..." ucap erika berdiri di samping bibi yang sedang menanak nasi di mejikom

"bibi kaget nona, nona ada di dapur ada perlu apa?" tanya bibi

"aku cuman mau buatin teh hijau buat amel, dia lagi disminore bi." ucap erika mengambil gelas teh dan piring kecil

"biar bibi yang buatin nona" tawar bibi

"tidak usah bi, biar erika yang buatin. selama ini yang melayani erika selalu amel sesekali erika juga ingin membuatkan sesuatu untuk dia" ucap erika mengambil sekotak serbuk teh hijau dari dalam lemari pasokan

"nona erika dan nona amel begitu dekat, bibi bersyukur nona bertemu nona amel" ucap bibi

"amel orang baik bi, apa salahnya erika baik juga sama dia " ucap erika mengambil beberapa sendok serbuk teh itu dan memasukannya ke dalam gelas

"erika harap sih persahabatan erika sama amel bisa lekang, bibi tau hidup erika sekarang berwarna setelah adanya amel" ucap erika

"nona sekarang lebih banyak tersenyum bibi lihat dan bibi rasa sekarang nona tidak kesepian lagi" ucap bibi

"iya itu semua karna adanya amel bi" ucap erika membawa gelas teh hijau itu ke arah dispenser dan memijit bulatan merah disana

"bibi doakan semoga nona erika akan selalu seperti ini" ucap bibi masih memperhatikan erika

"amin bi, kalo begitu erika naik lagi ke kamar ya bi" ucap erika

"tunggu nona," ucap bibi membuka kulkas dan mengeluarkan sesuatu

"kenapa bi?" tanya erika

"kalo biasanya saat nona erika atau nona besar sedang nyeri haid bibi suka kasih ini kan? sekarang bibi kasih ini juga untuk nona amel" ucap bibi memberikan sekotak drak coco

"oh iya erika lupa" ucap erika menerima sekotak coklat dari tangan bibi

"terimaksih bi" ucap erika berlalu dari hadapan bibi dan kembali naik ke kamarnya

erika membuka pintu kamarnya disana sudah ada amel yang tertidur di tempat tidur menghadap kesisi lain pintu masuk.

"mel" sapa erika berjalan ke arah amel

amel membuka matanya dan berkata

"maaf ya tiba-tiba aku maen tidur aja di tempat tidur kamu" ucap amel

"nga papa ko mel aku udah selalu bilang kan anggap aja rumah sendiri, bisa duduk ga?" tanya erika menaruh gelas di sisi nakas lampu tidur

"bisa ko," ucap amel duduk bersandar kepala ranjang

erika duduk di sisi tempat tidur, memegang kening amel dan tersenyum.

"demamnya udah turun, berkat obat yang di kasih anggota PMR yang piket di UKS tadi kayanya" ucap erika

amel hanya terdiam, walaupun demamnya sudah turun tapi wajah pucat amel masih terlihat jelas. erika mengambil gelas teh hijau dari atas nakas lampu tidur

"diminum, bukan amerikano tapi teh hijau, " ucap erika

amel hanya tersenyum dan menerima gelas yang erika berikan

"makasih," ucap amel tersenyum pada erika dan meminum teh hijau itu,

"sama-sama selama ini kan yang selalu buatin aku minuman kamu, sesekali aku mau bikinin sesuatu juga buat kamu, walau cuman teh hijau." ucap erika tersenyum menatap amel yang sedang meminum teh hijau

"teh hijaunya enak, makasih ya pah" ucap amel bukan hanya perutnya saja yang menghangat karna segelas teh hijau yang di buatkan oleh erika, namun hatinya juga ikut menghangat merasakan perhatian kecil namun sangat berarti itu.

buat amel perhatian kecil erika itu sangat berarti amel tau erika nona kecil di rumah ini, apapun yang erika mau bisa di buatkan oleh sang bibinya bahkan untuk nona kecil seperti erika masuk ke dapur saja sepertinya tidak pernah, tapi untuk amel erika mau bersusah payah masuk ke dapur dan membuatkan segelas teh hijau itu adalah bukti bahwa erika benar-benar memberikan perhatian yang bergitu berarti

erika tersenyum menimpali ucapan amel.

"masih ada lagi." ucap erika mengambil sekotak drak coco di saku kemejanya

"dari bibi, habiskan ya. di kulkas bibi selalu menyediakan ini dan saat aku disminore bibi selalu memberikan ini, kata bibi sekarang amel nonanya bibi juga jadi bibi ngasih ini buat kamu mah, di abisin yaa" ucap erika menaruh sekotak coklat itu di paha amel karna di tangan amel masih ada gelas teh hijau

erika tersenyum dan mendekat ke arah amel, amel yang bingung erika akan melalukan apa hanya terdiam dengan kedua tangan memegang gelas yang masih berada di depan bibirnya.

"cup." erika mengecup kening amel lembut dan cukup lama

"cepet sembuh mah, papah kangen mamah" ucap erika tersenyum dan mengatakan itu di depan wajah amel. seketika wajah amel memerah menerima perlakuan begitu manis dari erika

erika beranjak dari duduknya berjalan ke arah mini home teater dan memijit tombol ruang pakaian dan erika masuk ke dalam sana erika menghilang, membiarkan amel yang masih betah dengan wajah memerah karna ciuman dan kata kata indah dari mulut munggil erika.

amel tau erika bukan lah orang yang mudah melakukan hal di luar nalar walaupun erika suka memeluk amel saat tertidur tapi hampir tidak pernah erika mencium amel, ciuman kening tadi adalah ciuman pertama yang erika berikan kepadanya, membuat hatinya kembali menghangat dan berbunga-bunga. amel tidak mengerti dengan apa yang sedang dia rasakan tapi amel begitu menikmatinya dan seolah ingin lagi dan lagi merasakannya. perhatian kecil erika, sikap manis erika dan perlakuan yang begitu di luar nalar milik erika sukses membuat amel merasa hidupnya menemukan jalan yang baru.

dan perlakuan erika tadi membuat amel lupa dengan hal apa yang terjadi di sekolah pagi tadi.

sebenarnya tanpa amel sadari erika telah memberikan pelajaran yang memalukan kepada indy yang mungkin bisa menguntungkan bagi posisi amel. besok sekolah akan kembali normal untuk amel namun akan terasa seperti neraka bagi indy.

.....

Amerikano (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang