11

689 91 23
                                    

amelpun tersenyum dan beranjak dari duduknya tangan kirinya di gengam erika dan tangan kanannya memegang tas gendong miliknya.

diparkiran hanya ada sedikit orang namun semua sudah seperti biasanya tidak ada tatapan sinis dari anak anak lain namun amel masih terus bersembunyi di balik tubuh erika, masih merasa takut. mereka mulai memasuki jalanan koridor yang mulai terdapat banyak anak-anak lain, namun ketakutan amel mulai sirna saat sikap anak-anak lain sudah kembali seperti biasanya, lambat laun yang awalnya genggaman tangan amel begitu kencang pada erika mulai mengendur, tarikan nafas lembut dari sisi amel terdengar oleh erika erika tersenyum mendapati sahabatnya itu mulai bisa kembali merasa nyaman di sekolahnya.

"tuh aku bilang apa, gapapa kan?" tanya erika saat amel sudah duduk di bangkunya, sama seperti kemarin kemarin mereka duduk di pojokan sisi kanan kelas

"iya, gapapa. makasih ya er" ucap amel belum melepaskan tanggan erika padahal posisinya sekarang erika masih berdiri sedangkan amel sudah duduk

"kalo gitu, lepas dong tanggannya kan udah di kelas juga" ucap erika tersenyum

"ehh" amel tersadar segera melepas tangan erika.

mengengam tangan erika adalah sesuatu yang nyaman bagi amel maka tidak salah jika amel lupa melepaskannya.

erika hanya terkekeh pelan melihat raut wajah amel yang mulai memerah. dan mulai duduk di bangkunya.

bel mulai berbunyi dan pelajaran pertamapun di mulai

.....

bel jam istirahat pertama sudah berbunyi beberapa menit yang lalu erika dan amel kini sudah berada di kantin, pagi ini amel merasa lapar karna efek obat kemarin, cuaca mulai kembali panas membuat erika memesan sesuatu yang dingin.

amel sibuk dengan semangkuk bubur di hadapannya sedangkan erika hanya sibuk memeperhatikan amel yang sedang memakan semangkuk bubur.

beberapa anak berjalan di belakang amel sambil berbicara

"tadi liat ga di lapangan indy lagi di hukum, indy jahat ya " ucap salah satu dari mereka

mereka tidak sadar ada amel disana erika yang peka segera melirik amel yang menghentikan sendokan bubur di mangkuknya. amel masih mendengar perbincangan anak-anak itu

"tapi kasian juga sih, lagi panas terik gini dia di hukum" ucap anak yang lain

"kasian sih kasian, tapi lebih kasian amel. dia korbannya bahakan kemarin dia pingsan gitu di kelasnya" ucap anak lainnya

"BRUK" amel menghempas sendok ke dalam mangkuk membuat erika maupun tiga anak di belakang amel itu terkagett

amel berjalan ke kedai minuman di ambil oleh dia sebotol minuman dari dalam lemari pendingin.

bagaimanapun juga indy adalah teman amel, amel tak kuasa jika indy harus sakit.

amel menyerahkan selembar uang dan pergi, erika hanya mengikut amel dari belakang dan cukup memperhatikan amel dari belakang. erika tau apa yang akan amel lakukan sekarang.

bak seperti malaikat, amel mendatangi indy yang sedang berdiri di depan tiang bendera, cuaca hari itu memang terik membuat siapa saja malas untuk berpanas-panasan namun tidak untuk amel dia lebih memeperdulikan keadaan indy bagaimanapun juga indy pernah ada dalam hidupnya pernah menemani hidupnya walau dengan cara yang salah. namun bagi amel semua tidak ada salahnya memperbaiki keadaan selama indy mau berbuah amel masih mau menjadi teman indy karan amel tau amel hidup bukan untuk mencari musuh.

indy masih sibuk menunduk menatap kedua sepatu nya di bawah sana, amel mendekat dan membukaan botol minuman indy, indy yang tersadar ada orang di sampingnya segera melirik

"amel," ucap indy kaget

"kamu ngapain di sini?" tanya  indy

"minum, udara panas. aku gamau kamu dehidrasi" ucap amel lembut

"kamu ga marah?" tanya indy mengambil sebotol air di tangan amel

indy juga merasa bahwa dia haus dan tanpa pikir panjang indy menerima air yang amel berikan

"aku marah, aku kecewa dan aku merasa masih membenci kamu. tapi karna aku sadar bahwa kamu juga temen aku. aku sudah memaafkan kamu" ucap amel

"tapi aku udah jahat sama kamu" ucap indy

"aku udah maafin kamu, dan aku juga udah ga masalah sama hal kemarin, yang terpenting semua anak-anak ga mandang aku kaya kemarin lagi aku udah seneng dan satu lagi ada hikmah karna masalah ini. hikmahnya adalah, aku jadi tau seberapa sayangnya sahabat aku yang di sana sama aku, aku tau sekarang dia bukan hanya seorang teman tapi sudah menjadi sahabat terbaikku sekarang. mulai sekarang aku udah melupakan masalah kemarin dan udah memafkan kamu indy, bahkan aku mau bilang makasih sama kamu, karna masalah ini membuat aku sadar di dunia ini masih ada segelintir orang yang sayang sama aku, salah satunya dia" ucap amel melirik erika yang berdiri di lorong sekolah sambil melihat ke arah dirinya dan indy

"aku juga kemarin di sadarkan oleh dia, aku harap dia memang orang baik dan bisa terus jagain kamu mel, maaf sekali lagi ya mel. aku mau berubah sekarang dan karna masalah ini kemarin guru BK menghubungi kedua orang tuaku, orang tuaku kecewa, tapi mereka lebih kecewa dengan diri mereka sendiri. karna mereka merasa gagal dan ingin menyembuhkan penyakit  aku ini, aku akan terapi dengan beberapa ahli fisikolog dan semoga aku bisa sembuh ya mel, doakan aku. kamu juga tau kan sebenarnya aku juga cape dengan kepribadiaan gandaku ini" ucap indy

"aku doakan yang terbaik buat kamu indy, karna aku masih menjadi teman kamu, jangan sungkan jika kamu butuh teman saat terapi aku siap menemanimu" ucap amel

"maksih mel, kamu memang teman aku yang baik banget, sekali lagi maaf karna hal kemarin dan hal yang sudah sudah. dan makasih masih mau jadi temen aku padahal aku udah jahat banget sama kamu" ucap indy

"seseorang pernah berakata kepaku indy, bahwa sesungguhnya masalalu ada bukan untuk menjadi tolak ukur kedepannya, masa lalu ada untuk menjadi pelajaran di kemudian hari. aku harap setelah kejadian kemarin kamu bisa berubah ya ndy, dan aku harap kejadian kemarin juga bisa memberikan pelajaran baik untuk diriku maupun diri kamu." ucap amel

"iya, sekali lagi makasih ya mel" ucap indy

"sama-sama indy" ucap amel tersenyum

erika di kolidor sana melirik jam tangannya 15 menit lagi bel masuk berbunyi namun terik matahari begitu menyengat, erika tidak bisa melihat sahabat dan teman sahabatnya terus menerus berdiri di tengah lapang yang panas itu dan erika segera berjalan ke arah mereka.

erika berdiri di depan indy membuat amel dan indy kebingungan.

"ada apa er?" tanya amel

erika masih diam

"kamu masih marah sama aku er? mau pukul aku? aku gapapa ko pukul aja aku tau aku salah" ucap indy kembali menunduk menatap sepatunya di bawah sana

tangan erika terangkat mebuat amel bergumam pelan

"erika... jangan..." ucap amel

namun tanpa mengubris gumaman amel tangan erika terus terangkat membuat indy meringis takut dengan apa yang akan terjadi, namun tangan erika mengarah pada tali namtag di sana erika mengangkat tali name tag dari leher indy dan melepaskannya.

amel terdiam, indy terdiam juga. erika hanya terkekeh pelan

"kalian kenapa bengong?" tanya erika polos membuat amel tercengang

"aku mana bisa mukul temen sahabat aku sendiri, sekarang indy kan udah jadi temen amel, jadi indy juga sekarang jadi temen erika" ucapnya

"ndy, aku udah lepas name tag kamu. dan amel juga udah maafin kamu, gaada gunannya kamu berdiri disini lagi. ayo kita berteduh" ucap erika menarik tangan amel dan indy ke sudut lapangan yang teduh di bawah pohon rindang  membuat indy tercengang

"terimakasih" hanya kata itu yang keluar dari mulut indy

"sama-sama ndy, kamu temen aku sekarang" ucap erika

amel masih terdiam namun ikut tersenyum menatap erika, benar kata indy erika adalah sahabat terbaik untuk dirinya.

.....

Amerikano (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang