21

641 96 83
                                    

"Shani Indira Ebisawa lahir jepang, 5 oktober"

amel memandang nisan yang berada di atas pusaran makam itu, nama bunda erika tidak begitu asing di benak amel rasanya dia pernah mendengar marga itu begitu sering di ucapkan kedua orang tuanya saat dulu.

"ebisawa"gumam amel pelan

erika yang duduk di samping amel mendengar gumam amel dan segera bertanya

"iya itu marga aku, kenapa?" tanya erika

"shani Indira ebisawa, nama yang anti meanstream tapi ko aku familiar banget ya?" tanya amel

"Erika Ebisawa, nama aku pasti kamu familiar karna marga aku ada di nama aku" ucap erika

"enggg, mungkin bisa jadi." ucap amel namun masih ada rasa yang menganjal

"oh iya aku lupa belum ngenalin kamu sama bunda aku" ucap Erika

amel menarik tangan erika

"kamu mau ngaku sama bunda kamu? aku takut di marahin bunda kamu" ucap amel pelan

"bunda ngerti ko, bunda kan besar di jepang. bunda asli jepang, disana udah meanstream yang kaya gini" ucap erika

"kalo bunda marah terus datengin aku di mimpi aku gimana?" tanya amel

"gaakan amel, bunda orangnya baik koo" ucap Erika

"bener ya, aku takut. aku udah nakal ngajakin anak semata wayang bunda untuk pacaran" ucap amel

erika terkekeh pelan

"percaya sama aku, bunda gaakan marah" ucap erika tersenyum

"lagian aku kan yang nembak kamu, bukan kamu yang nembak aku. jadi ya kamu ga salah" ucap erika

"tapi sama aja " ucap amel manyun

"hehe, bunda. maaf ya amel emang gini" ucap erika kembali berbicara dengan pusaran sang bunda, amel hanya tersenyum kikuk seolah di hadapannya benar-benar ada sosok bunda erika

"bunda kenalin, ini amel. kesayangan erika, orang yang sekarang selalu mengisi hidup erika dengan tawa dan kehangatan. dia mirip bunda kalo udah marah suka cubit cubit, posesifnya juga sama. bunda erika suka liat sosok bunda di dalam diri amel, apa jangan jangan bunda masuk ke tubuh amel ya bun?" tanya erika

"hus! ngomongnya!" ucap amel

erika terkekeh pelan menatap amel

"tuhkan bun, liat sendiri. diamah galak" ucap erika

"bun..  erika mau kenalin amel sama ayah, ayah bakal nerima keadaan erika ga ya bun. erika takut" ucap erika

"amel bilang udah saatnya aku sama ayah berdamai bun, menurut bunda gimana bun? dia loh bun yang menyadarkan aku tentang keadaan ayah" ucap erika

"bun, erika kangen sama bunda" ucap erika setetes air mata jatuh dari mata erika

amel hanya terdiam dan mengusap telapak tangan erika.

"bunda baik-baik ya disana, maaf kalo erika mengecewakan bunda, erika sayang bunda." ucap erika

"bun... bantu erika biar bisa kembali damai dengan ayah ya bun, erika juga rindu ayah. erika rindu masa-masa kita bersama bun" ucap erika kini air matanya tidak bisa terbendung

"maaf ya bun, erika masih selalu cengeng, erika masih anak kecilnya bunda. erika belum dewasa" ucap erika mengusap air matanya

"erika sayang bunda" ucap erika

amel hanya bisa mengusap bahu erika, amel paham apa yang erika rasakan karna amelpun sering merasakannya. mencurhakan keluh kesahnya di pusaran kedua orang tuanya sambil berlinang air mata.

Amerikano (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang