Erika mendekatkan diri kepada amel, masih dengan sedikit luapan emosi erika mencium bibir amel, amel kaget dengan apa yang terjadi namun amel bisa menahan diri untuk tidak mendorong tubuh erika. erika melepaskan ciuman dan menyatukan keningnya dengan amel
"jangan pernah berfikir aku ingin mengakhiri hubungan kita" ucap erika
"aku gaada niat sedikitpun untuk hal itu." ucap erika mengusap pipi amel menghapus jejak air mata disana.
"maaf kalo beberapa hari ini aku udah berubah, udah buat hati kamu sakit tapi jujur aku gatau dengan apa yang terjadi dengan diri aku sendiri amel" ucap erika masih betah menaruh kening di kening amel
"aku cinta kamu, dan itu alasan aku kenapa aku cium kamu tadi. dan ciuman itu bukti bahwa aku tidak akan pernah melepaskan kamu" ucap erika
erika kembali mendekatkan bibirnya kepada bibir amel, membuat amel mau tak mau kembali menutup mata. ciuman erika mulai menuntut mengecup setiap inci bibir amel membuat bibir amel mulai memerah, amel hanya diam menikmati segala perlakuan erika. erika kembali melepaskan ciuman itu duduk berhadapan dengan amel.
"mulai hari ini aku akan berusaha membuang rasa benci aku sama paman kamu mel, aku akan membuang rasa itu demi kamu, jujur semenjak hari dimana kita bertemu ayah vino dan dokter yons di kedai ada rasa unmood dan kesal sama kamu. benar yang kamu katakan tadi mungkin aku masih memiliki dendam tapi mell, aku yakin rasa cintaku sama kamu lebih tinggi daripada rasa dendamku terhadap pamanmu." ucap erika
"bantu aku buat membuang rasa dendam itu mel, aku gamau kembali menyakiti kamu kaya gini lagi" ucap erika mengusap pipi amel
"maaf udah buat air mata kamu menetes lagi" ucap erika
amel hanya bisa terdiam,
"aku minta maaf" ucap erika
"jangan nangis lagi, dada aku sakit waktu kamu nangis" ucap Erika masih mengusap pipi amel
amel hanya terdian masih dengan wajah datarnya
"mell..." ucap erika lembut
tanpa jawaban amel menubruk tubuh erika membuat tubuh erika terhuyung ke belakang dan keduanya jatuh di atas tempat tidur, amel memeluk tubuh erika yang berada di bawah dengan posesip wajahnya sengaja amel sembunyikan di caruk leher erika, amel tidak peduli jika dirinya harus kehilangan nafas.
"pah," bisik amel lembut
"iya mah?" erika berucap sambil memeluk tubuh amel yang berada di atasnya
"jangan bentak mamah kaya tadi, mamah sedih" ucap amel malah semakin erat memeluk tubuh erika
"maafin papah yaa, tapi bantu papah juga biar hapus rasa dendamnya ya. papah takut nyakitin mamah kaya tadi kalo rasa dendamnya masih ada" ucap erika
"aku amelmu pah, aku korban willy juga kan,kamu tau itu kita sama sama korban disini. dan semoga kamu juga pahan pah aku cuma punya kamu sekarang" ucap amel
"aku sayang kamu pah" tambah amel dengan bisikan
erika menutup matanya sejenak, hembusan nafas amel di caruk leher erika membuat sesuatu terasa terbangun, hujan rintik-rintik semakin membuat suasana yang sulit di mengerti erika kian menggebu. erika menggeleng dan menutup mata, erika berfikir dia dan amel memang sudah memasuki masa akhir balik para remaja, tentu saja bukan hal aneh jika keduanya mulai pahan dengan hal yang berbau dewasa, namun ini belum waktunya erika akan terus menahan hal itu hingga pada saat waktunya tiba.
"mel" ucap erika pelan sambil mencoba mendorong tubuh amel
"hmm?" tanya amel masih betah menghirup wanggi harum tubuh erika
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerikano (end)
Fanfictiontentang cinta, kopi, dan persahabatan bagiku kamu bagaikan beberapa ml air yang di tumpahkan ke segalas expreso kamu menyeimbangkanku dari hidupku yang begitu pahit. -amel kita bagikan amerikano yang sempurna saat satu dengan yang lainnya menyatu...