6. Mengenai Nama 'Penjaga'

507 48 4
                                    

"Tan." Seperti menyentuh boneka porselen ringkih yang mudah hancur di bawah tekanan, Fio mengulurkan tangannya hati-hati ke arah lengan Tante Dira. Wanita setengah baya itu sedang terlelap di sofa kamar rawat Damar.

Tubuh Tante Dira menggeliat lalu kedua matanya yang cekung terbuka. Warna irisnya adalah cokelat terang, hasil darah Kanada yang sudah bercampur aduk dengan darah Jawa. Yang semakin encer lagi ketika diturunkan kepada dua anak laki-lakinya. Kebetulan, cuma Reksa seorang yang kebagian cipratan gen Kanada dari mamanya. Iris mata terang, hidung mancung yang tegas, sepasang alis lebat, kulit putih yang mudah memerah di bawah terik matahari, kesemuanya diturunkan untuk Reksa dan tidak ada pada diri Damar. Si sulung itu lebih banyak mewarisi gen jawa asli dari Om Wahyu. Juga perangai lebih kalem dan nalar kedewasaan yang tak terkejar.

"Fio?" Tante Dira memandang lewat belakang bahu Fio yang merunduk. Mencari-cari anak bungsunya yang biasanya selalu datang sepaket bersama Fio. "Reksa nggak ikut?"

"Reksa nganter temen pulang dulu, Tan, tapi nanti nyusul kok." Teman yang dimaksud Fio adalah Mayang. "Maaf ya, Tan, bukan maksud Fio ganggu tidur Tante. Mumpung Fio lagi bisa jagain Mas Damar, Tante bisa mandi, makan, sama salat dulu."

Tante Dira mengibaskan tangan. Perlahan-lahan mendudukkan tubuhnya. Fio tersadar bahwa tubuh Tante Dira semakin kurus. "Nggak apa-apa. Yaudah Tante tinggal dulu ya, Fio. Kalau ada apa-apa telpon Tante."

Fio melepaskan kepergian Tante Dira dengan senyum bahwa ia bisa diandalkan. Lalu seperti biasa, Fio duduk di kursi plastik di samping tempat tidur Damar. Ia tidak langsung mengajak Damar mengobrol atau memainkan gitar, tetapi mengeluarkan dua buah buku dari tasnya. Buku sketsa dari Reksa dan sebuah bundel jurnal. Fio membuka yang kedua dan membalik halaman yang masih kosong. Ia menuliskan kejadian yang dialaminya seharian ini. Fio sadar bahwa manusia berbakat perihal melupakan. Oleh karena itu Fio menuliskan jurnal harian ini untuk Damar. Agar ketika laki-laki itu bangun nantinya, ia tetap bisa mendapatkan cerita yang utuh. Agar Damar tahu bahwa Fio tidak pernah melupakannya.

Setelah usai, Fio ganti membuka buku sketsa dari Reksa. "Mas, Reksa tiba-tiba ngasih aku ini, lho."

Tidak ada sahutan, seperti biasa. "Aku nggak tau juga dalam rangka apa, tiba-tiba dikasih aja gitu. Tapi isinya bagus-bagus, Mas. Tangan dia itu emang ajaib sih. Aku kelihatan lebih cantik di gambarannya dia daripada di kenyataan."

Fio meletakkan buku itu di tepi ranjang Damar dalam keadaan membuka sementara ia mengeluarkan gitarnya. "Terus aku janji mau bikin lagu berdasarkan buku ini. Kamu bantuin aku ya?"

Reksa hanya menggambar pada halaman ganjil, sementara halaman genapnya dibiarkan kosong. Pada tiga halaman ganjil pertama terdapat Fio yang menangis di tepi kolam renang, menggigit bibir gugup sebelum naik pentas, dan memejam khawatir di depan wahana histeria di Dufan. Semunya mewakili ketakutan yang ada dalam diri Fio.

"Aku ingin nulis lagu tentang ketakutan, Mas. Semoga berhasil deh," ucap Fio untuk diri sendiri.

Fio mulai bersenandung, mencoreti halaman genap pertama. Sengaja menggunakan pensil agar bagian ganjil yang bergambar tidak ditembusi tinta. Setelah satu kalimat tertulis dan rangkaian nada di kepalanya tersusun, Fio memposisikan jari-jarinya di atas senar. Mencari-cari kunci yang tepat.

Sesekali ia mengesah saat menemui kebuntuan. Memanggil nama Damar dan menanyakan pertanyaan yang tidak pernah terjawab. Setengah jam kemudian, Fio menyerah sambil menelungkupkan kepalanya di tepi tempat tidur Damar. Belum banyak nada yang berhasil ia jalin. Buku dan gitarnya sudah kembali ke tempatnya semula.

"Andai, kamu bisa bantuin aku," ucap Fio putus asa.

Tangan Fio membungkus salah satu tangan Damar yang terasa dingin dan jauh lebih kurus dari sebelum ia jatuh koma. Jika dulu tangan Damar serupa sarung tangan lebar yang menjaga Fio tetap aman. Kini tangan itu serupa ranting kering yang ditinggal meranggas dedaunannya.

About Hope |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang