Bab yang ini pendek. Dan cuma serangkaian scene aja. Tapi nulisnya capek banget. Serius.
Jumat tanpa latihan band akan menjadi waktu luang panjang. Sekolah selalu berakhir beberapa jam lebih cepat dari empat hari sebelumnya, menyusul libur akhir minggu selama dua hari berturut-turut. Mayang dan Reksa sedang ke Stasiun Gambir untuk membeli tiga helai tiket perjalanan, salah satunya untuk Fio juga. Fio sendiri mendapat tumpangan pulang dengan mobil Tania. Namun alih-alih ke rumah sakit seperti yang ia katakan kepada Reksa tadi, Fio justru meminta Tania membelokkan mobil ke arah yang sama sekali berbeda.
Kini, mobil Tania telah menghilang, sisa asap knalpotnya bahkan sudah tak terendus lagi. Sementara yang dilakukan Fio sejak tadi hanya berdiri di depan pintu Tematis dengan tulisan 'closed' yang belum dibalik. Fio sedang mengejutkan diri sendiri dengan datang ke tempat ini. Ia sudah tak punya alasan lagi untuk bertemu Ruben. Ekspedisi makanan kacang hijau mereka sudah resmi ditutup sehari yang lalu di restoran bubur kacang hijau terenak yang pernah Fio temui. Seminggu berlalu dan Ruben berhasil mempertemukan Fio dengan sepiring Gandasturi, sekotak Bakpia, bermangkuk-mangkuk es krim, seloyang bolu, dan satu roll roti gulung.
Fio sudah pernah mencoba makanan itu sebelumnya, tetapi tidak pernah seenak yang ditunjukkan Ruben kepadanya. Ruben seperti punya radar khusus untuk mengetahui letak tempat-tempat yang menjual makanan-makanan itu dengan cita rasa paling baik, meski terpencil, meski jauh, meski pinggiran.
Selama itu Fio mendapatkan waktu-waktu yang berharga, meski tidak lebih dari dua jam setiap harinya. Ia juga mulai hapal beberapa kebiasaan Ruben seperti ia yang sengaja membiarkan es krimnya agak mencair sebelum dimakan dengan dalih gigi ngilu, menyisakan kulit bakpia dan hanya memakan isinya saja, memasukkan langsung sepotong gandasturi utuh ke mulut. Ruben yang selalu menyimpan ponselnya ke saku jaket ketika mereka sedang makan bersama, mendengarkan Fio bercerita tanpa banyak menyela, kedua matanya yang selalu dipenuhi antusiasme sehingga berhasil menguras habis seluruh sejarah hidup Fio. Ditumpahkan dihadapannya seada-adanya.
Ruben sudah mendengar terlalu banyak tentang Fio. Sekarang, Fio di sini, mencari Ruben, untuk menagih jatahnya. Namun tiba-tiba gagasan itu terasa bodoh karena yang mampu Fio lakukan sekarang hanya berdiri diam di depan Tematis yang masih tutup. Terlalu segan untuk menghubungi Ruben dan membuat janji bertemu.
Suara mobil terdengar memasuki palataran. Fio membalik punggung dan dipertemukan dengan Jazz putih milik Yuda. Pemegang saham terbesar Tematis di balik setelan casual keluar dari mobil setelah mematikan mesin. Tangannya memainkan segepok kunci.
"Fio?" Yuda menaikkan kaca mata hitamnya. "Mau ngopi? Kan kalo Jum'at kita buka habis ashar."
Fio memainkan jari-jarinya di belakang tubuh. Gugup. "Saya cari Ruben, Mas."
Alis Yuda yang tebal dan cenderung berantakan berkerut. "Ruben? Di kosnya nggak ada? Udah kamu coba sms, atau chatt, atau telpon gitu? Tapi kayaknya dia nggak bakal kemana-mana deh, soalnya tadi malem izin sama saya nanti mau nggak masuk gara-gara nggak enak badan."
"Emang kosnya Ruben di mana, Mas"
"Deket sini, kok. Nanti kamu dari sini belok kanan terus lurus aja di jalan raya itu, nanti ada gang pertama dari sini belok kiri. Terus nanti bakalan ada tulisan kos laki-laki yang temboknya warna krem. Nah di situ, deh." Yuda menjelaskan sambil membuat gerakan contoh dengan tangannya.
Fio paham dengan satu kali penjelasan. Setelah mengucap terimakasih, ia langsung berjalan merunut instruksi Yuda. Tidak sulit mencari kos yang diciri-cirikan Yuda tadi. Hanya saja laki-laki itu menghilangkan beberapa detail seperti pagar hitam berkarat dengan ruas-ruas lebar, dua bangunan yang membentuk huruf L, akar-akar lumut yang mencengkeram tembok dan merusak warna catnya, serta tegel cokelat muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Hope |√
Teen Fiction[TAMAT] About Hope - Mengenai Harapan Yang Tak Padam Damar dan Reksa itu berbeda. Begitulah yg Fio simpulkan setelah menghabiskan seumur hidupnya untuk bersahabat dengan mereka. Meski kakak beradik, fisik mereka tak sama, kepribadian mereka berlain...