27. Mengenai Jalan yang Tepat

270 21 0
                                    

Hari-hari berlangsung padat, energi Fio yang biasanya masih menyisakan beberapa kalori untuk melamun atau menonton Netflix, bisa tiba-tiba habis begitu saja. Seperti halnya waktu yang bergulir dengan kecepatan gila-gilaan, mengalir begitu saja di bawah kakinya tanpa terasa.

Paginya ia berangkat sekolah berbekal tidur tak lelap selama dua jam sebelumnya, mengikuti pelajaran lalu membawa pulang setumpuk tugas-tugas yang mustahil untuk dikerjakan tanpa kendala. Lalu, begitu bel bubaran sekolah menyentak ke sudut-sudut gedung, ia pun tak bisa langsung beranjak pulang.

Dulu, menyinggahi ruang latihan selepas kelas adalah hal yang membahagiakan. Seperti menjumpai teman lama saat sedang ingin nostalgia. Kini, bahkan untuk memanggul tali sarung gitarnya saja, Fio merasa sudah lelah duluan. Jadwal festival yang dimajukan seketika mengubah latihan yang biasanya lebih sering berupa refreshing, menjadi ajang adu lari dengan waktu, yang segala sesuatunya pun berlangsung di bawah perhatian penuh Bu Susanti.

"Lambat sekali anda ya, macam keong!" Suara Mayang terdengar melengking di antara riuh rendah para siswa yang tergesa-gesa mengosongi kelasnya masing-masing. Kini bersesakan pada petak koridor yang tak seberapa luas. Bersama Fio, dan segelintir anak ekskul lainnya, Mayang bergabung menjadi golongan yang melawan arus.

"Ye, mentang-mentang Reksa masih bolos aja sekarang ngintilin gue." Fio tergoda untuk mengacungkan jari tengah, tetapi tahu diri bahwa pada jam-jam seperti ini bukan cuma para siswa saja yang tumpah ruah di koridor, melainkan juga guru-guru yang hendak kembali ke kantor.

Mayang lebih dulu merangkul lengannya, lalu tiba-tiba mengambil beban gitar dan memindahkannya ke bahunya, mengingatkan Fio akan kebiasaan Ruben. Semenjak acara makan bersama itu, mereka belum bertemu lagi sebab jadwal manggung di Tematis kini dipangkas besar-besaran. Hanya menyisakan satu hari dalam seminggu yang baru akan jatuh besok lusa. "Biar lo nggak ngomel-ngomel."

"Reksa bikin lukisan segede apaan sih, May? Masa iya sampai ngebolos tiga hari."

Fio, dan latihan gila-gilaan setiap harinya, menjadikannya semacam gedebok pisang begitu sampai di rumah. Cuma sempat mandi dan menukar pakaian sebelum kemudian jatuh terlungkup di dipan kamarnya. Tidak tidur, tetapi seluruh tubuhnya akan benar-benar rontok jika dipaksa beraktivitas lagi. Hingga kini, lukisan Reksa yang sedang dalam progres panggarapan itu belum sempat ia lihat.

"Ya, kan lo tahu, anak itu kalo udah urusannya sama lukisan, bisa kayak nggak inget yang lain-lain."

Sama seperti Damar jika sedang menulis lagu. Seharian, cowok itu bisa mengurung dirinya di kamar, mendentingkan nada, lalu memenakan lirik pada kertas. Tidak akan keluar sebelum merasa yakin lagunya layak diperdengarkan orang lain, pada kondisi tertentu sampai rela melewatkan kuliah.

Fio melepas sepatu, lalu menjajarkannya dengan tiga pasang lainnya yang telah berjajar di rak paling bawah. Satu lagi yang berbentuk selop terbaring di rak paling atas; milik Bu Susanti. Baru Fio sadar bahwa dirinya lagi-lagi datang paling akhir. Mungkin ungkapan jalan siput tadi memang benar.

"Nggak papa gue ikut masuk?" Mayang ragu-ragu meletakkan sepatunya di rak kedua dari atas, dan kedua dari bawah. Biasanya, jika latihan berlangsung, Mayang hanya akan menunggunya di luar. Menyibukkan diri dengan ponsel atau buku-buku pinjaman dari perpustakaan. Namun, latihan kali ini akan berlangsung lebih lama dari biasanya, dua hari kemarin baru selesai saat malam telah turun.

"Enggak papa, asal jangan direkam dan jangan resek dan jangan berisik."

Ketika menginjakkan kaki di karpet yang melapisi lantai, semua orang sedang sibuk mengatur instrument. Selagi Mayang mengeluarkan gitarnya, Fio mengatur ketinggian stand-mice yang nanti akan ia gunakan, pada saat itu Malik tiba-tiba meninggalkan basnya begitu saja di lantai. Laki-laki itu menghampiri Fio, menjulurkan tangan untuk membantu pekerjaan yang sebenarnya sangat ringan.

About Hope |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang