09 - Menginap

513 37 0
                                    


Alea menghampiri Yati yang sedang menonton TV.

"Bunda! Kok tadi bunda langsung ijinin si Raka masuk gitu aja sih?!" Ucap Alea, kesal.

"Abis bunda kasian lihat dia tiba-tiba datang sambil bawa koper, mukanya juga kayak kelihatan capek banget gitu. Bunda gak tega kalau harus usir dia, Al"

"Jadi bunda gak belain Alea? Dia kan udah sembarangan nyosor, bun"

"Ya kamu lihat sikon dong, sayang. Lagian kamu jangan galak-galak gitu ah sama cowok, nanti cowok-cowok yang mau dekat sama kamu pada kabur loh"

Alea memutar kedua bola matanya. "Siapa juga yang mau dideketin cowok-cowok? Malesin banget"

"Hush! Gak boleh ngomong gitu. Nanti kalau cowok-cowok beneran gak ada yang suka sama kamu gimana?"

Alea mendengus. Alea memang merasa belum terlalu membutuhkan cowok alias pacar di sisinya karena ia selalu menganggap dirinya masih kecil dan harus pintar menjaga diri sendiri. Ya walaupun Alea selalu berimajinasi memiliki pacar seperti tokoh-tokoh yang ada di novel atau drama korea, tetapi tetap saja Alea selalu menjauh jika ada cowok yang ingin dekat dengannya. Bagi Alea, cukup berimajinasi dengan para tokoh fiksi saja dari pada merasakan sakit hati yang nyata seperti teman-temannya.

"Oh, iya. Kok kamu ke bawah? Raka kamu tinggalin di atas?"

"Dia minta minum, jadi aku mau ke dapur buat ambilin dia minuman"

"Ya ampun, bunda sampai lupa gak ambilin Raka minum. Tadi si Beni berisik minta dicariin pensil warna. Ya udah, sana kamu ambilin dia minum. Kasihan loh dia jauh-jauh datang ke sini"

Alea pun melangkah menuju dapur, melirik meja makan yang terdapat beberapa oleh-oleh. Alea tidak ambil pusing, walaupun ia bisa menebak siapa pemberinya dengan mudah. Ia menghampiri kulkas dan mengambil dua botol pocari dingin.

Gemericik dari suara manik-manik tirai terdengar singkat saat tubuh Alea menembusnya. Alea berdiri di samping Raka setelah meletakkan botol minuman yang ia bawa di atas meja belajar. Cowok itu tampak tenang dengan posisi seperti sebelum Alea pergi ke dapur, meletakan kepala di atas tangannya yang terlipat, hanya saja kini disertai juga dengan dengkuran halus.

Alea menghela napasnya. Bingung harus bagaimana dengan cowok ini. Kalau dibangunin kasihan tapi kalau gak dibangunin masa dia nginep di kamar gue?

Setelah mempertimbangkan ini dan itu, Alea pun menyelimuti tubuh Raka dengan selimut yang ia ambil dari ranjangnya. Ia mematikan DVDnya sebelum kembali ke ruang tengah guna menjelaskan keadaan Raka saat ini agar mamanya itu tidak salah paham padanya dan Raka.

Raka mengernyitkan dahinya. Membuka mata seraya menegakkan punggungnya dan memperhatikan sekitarnya. Remang-remang, hanya lampu luar kamar yang menerangi ruangan ini selain lampu tidur yang menyala di atas nakas. Ia mengerjapkan matanya. Ada yang janggal, batinnya. Seketika matanya membulat, terkejut saat menyadari dirinya masih berada di dalam kamar Alea. Ia melirik jam di tangannya, ternyata sudah pukul 2 pagi. Raka mengusap wajahnya.

Raka merutuki kesalahannya yang lagi-lagi bisa membuat Alea marah. Ia bangkit hendak menghampiri Alea yang tengah tidur menghadapnya, namun langkahnya terhalang oleh selimut yang terinjak olehnya. Raka menatap Alea dan selimut itu bergantian. Ia menggelengkan kepalanya. Menepis halu dari segala kemungkinan Alea tidak akan marah padanya, seolah ia tahu gadis itu akan mengamuk lagi padanya setelah bangun nanti. Raka pun menyelimuti Alea dengan selimut itu. Ia berjongkok di hadapan Alea yang tampak tenang. Memandang lama wajah Alea.

"Lo itu unik, Alea" Ucapnya pelan. Ia tersenyum, ada rasa senang di hatinya karena ini pertama kalinya ia bisa melihat Alea tertidur pulas, apalagi dengan sedekat ini. Wajah damainya ketika tidur seakan menyelimuti wajah ketusnya saat terjaga. Manis sekali.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang