39 - Narsis

331 26 2
                                    

~Selamat membaca~


Pagi ini Alea sudah berdiri di depan rumahnya menunggu si tukang cengir itu datang. Gerak-geriknya gelisah, ia khawatir kalau sampai peneror itu kembali menghubunginya semalam dan ia tidak ingin Raka mengetahuinya. Ia hanya tidak ingin menambah beban lelaki itu. Alea menggigiti kuku jempolnya.

"Ck! Gimana kalau Raka tahu?" Alea menghela napasnya dengan kasar. Tidak lama kemudian mobil sport Raka terlihat di ujung jalan.

Raka memberhentikan mobilnya tepat di depan Alea, baru saja Raka akan turun namun dengan sigap Alea langsung merangsek masuk ke dalam mobilnya.

"Loh, kok langsung masuk?"

"Mana?" Todong Alea.

"Apanya?"

"HP gue"

"Oh...yailah, santai aja napa sih. Gue kan harus masuk rumah lo dulu, tok tok tok assalamu'alaikum, terus cium tangan ortu lo, numpang sarapan dulu, abis itu pamitan sama ortu lo dulu, minta ijin anter anak gadisnya ke kampus, cium tangan lagi, assalamu'alaikum, tancap gas, baru deh–"

"Asli kelamaan! Gak usah, gue udah siapin bekal buat lo. Udahlah cepet, mana HP gue!"

"Ya ampun, gak sabaran banget sih nyonya" Raka pun mengambil sebuah kotak di dalam dashboard.

"Nih" Raka menyodorkan kotak itu ke Alea. Alea mengerutkan dahinya lalu menatap Raka seolah meminta penjelasan.

"Buat lo, sorry banget HP lo semalam kecemplung di kolam"

Alea terbelalak. "KECEMPLUNG?"

"Iya, kecemplung. Jadi gue gantiin yang baru, maaf ya" Kemudian Raka menyengir seolah tak bersalah.

Alea membanting punggungnya ke sandaran kursi seraya menutup matanya rapat-rapat. Kemarahannya mendadak tersulut hingga ia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi pria yang masih tersenyum dengan cengiran bodohnya itu.

"Astaghfirullah" Ucap Alea berkali-kali.

"Segitunya" Raka menyalakan mobilnya. Alea menatap Raka sinis.

"Terus sekarang mana HP gue? Balikin sini!"

"Kan udah gue bilang, kecemplung, udah almarhum, terus gue buang. HP lo udah gak ada"

Alea mendelik dan langsung menjambak rambut Raka seraya mengucapkan sumpah serapah.

"Sakit, Lea!"

Alea pun melepas jambakannya pada Raka. "Enteng banget sih lo ngomong kayak gitu! Itu HP gue berharga banget tahu gak! Banyak foto-foto, kontak teman-teman gue, sampai cerita dan puisi-puisi gue yang belum di-backup juga ada di situ semua! Gue tahu lo orang kaya, tapi gak bisa seenaknya juga lo giniin gue! Itu HP gue beli pake uang jajan gue sendiri, Raka! Aish, sial!"

"Jangan gitu, jangan ngumpat terus. Lo cewek, gak baik ngumpat begitu"

"Ya elonya ngeselin!"

"Ya udah, iya, maaf. Kan udah gue gantiin"

Alea menghembuskan napas kasar. Wajahnya sudah memerah karena kesal. Ingin sekali menangis rasanya membayangkan karya tulisnya lenyap begitu saja. Menyandarkan sisi tubuhnya ke pintu mobil. Ia pasrah, bingung harus bagaimana lagi menghadapi tingkah Raka. Ia benar-benar pusing. Sungguh ini masih pagi dan Raka sudah berhasil membuat Alea emosi setengah mati.

Raka meraih salah satu bahu Alea. "Maafin gue, Lea. Udahan ya marahnya? Yang ini lebih bagus kok HPnya, rose gold juga kan warnanya? Dicek dulu coba, jangan ngomel terus" Ucap Raka seraya mengelus rambut Alea sebelum akhirnya melajukan mobilnya. Alea menatap Raka, kesal. Bukan masalah seberapa mahal ponsel yang digantikan tetapi yang Alea sayangkan adalah data-data yang ada di ponsel miliknya. Dalam hati Alea mengutuk kecerobohan Raka. Ia pun mulai mengecek ponsel yang masih tersimpan rapih di dalam kotaknya itu. Secara fisik warnanya memang sama dengan ponsel lama miliknya, hanya beda ukuran dan merknya saja. Alea akui, ini memang ponsel mahal yang bahkan Alea tidak mampu membelinya meski harus menabung selama satu tahun. Berlebihan memang, tetapi Alea memang lebih mementingkan membeli novel atau hal apapun yang lebih penting dengan uang sakunya yang tak seberapa dibanding mengumpulkan uang demi membeli ponsel bermerek mangga gigit seperti itu. ia tidak sekonsumtif itu, khususnya gawai. Ia masih nyaman menggunakan ponsel yang sudah dibeli hampir empat tahun yang lalu, walaupun sering kesulitan karena memori ponselnya penuh ketika ada aplikasi yang harus di-upgrade.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang