Alea merapatkan jaket kulitnya dan menelusupkan tangannya pada lengan jaket kulit milik Raka. Suasana di lantai 11 itu cukup sepi, hanya sesekali karyawan yang melewatinya, mungkin karena mereka tahu sedang ada meeting. Lagi pula kantor agensi Raka ini hanya dua lantai dan sepenglihatan Alea di lantai ini hanya ada ruang rapat dan ruangan khusus pemimpin agensi ini. Jadi kalau bukan sekertaris, OB lah yang lebih sering kesana kemari di lantai ini. Mungkin di lantai ini ada ruangan lain, entah di koridor sebelah mana yang Alea tidak tahu. Alea merasa mengantuk. Sayup-sayup ia mulai menutup matanya, namun mendadak matanya kembali melebar saat merasa ada sesuatu yang bergetar. Alea langsung merogoh ponselnya dari dalam tas, namun ternyata ponselnya tidak bergetar. Alea pun merogoh jaket Raka dan menemukan sebuah ponsel yang masih terus bergetar menampilkan nama Bi Inem pada layarnya. Alea menimbang-nimbang, apakah ia harus mengangkatnya atau tidak. Ponsel itu masih bergetar seakan meminta jawaban atas panggilan dari si penelepon. Akhirnya, Alea pun mengangkatnya. Khawatir ada sesuatu yang penting yang harus langsung Alea sampaikan pada Raka. Belum sempat Alea mengucap salam, kuping Alea langsung disambut dengan suara Vanno yang bicara begitu keras.
"Assalamu'alaikum! Woy, bang, kemana aja sih lo?! Lama amat angkatnya! Emangnya lo lagi di mana sekarang? Lo lagi gak ada di tempat laknat itu lagi kan?! Jawab bang! Hallo!"
Alea menghembuskan napasnya lalu berdeham.
"Wa'alaikumsalam. Maaf, ini Alea. Rakanya lagi meeting. HPnya ketinggalan di saku jaketnya, jaketnya ada di saya"
Vanno terdiam sejenak sebelum tawanya pecah. Alea mengernyitkan dahinya. "Ini siapa ya? Ada apa nelepon Raka? Apa ada yang harus saya sampaikan?"
"Ah, iya. Ini Vanno kak, adiknya bang Raka yang ganteng itu loh, masih ingat kan?"
Alea memutar bola matanya. "He'em"
"Alhamdulillah kak Alea mengakui gue ganteng!" Seru Vanno girang.
Dahi Alea berkerut, kepalanya sedikit menunduk menimbulkan double chin.
"Ya udah, kalau meetingnya udah kelar, tolong tanyain ke dia, kamera yang merk Sony disimpan dimana? Gue cari di tempat biasa gak ada soalnya"
"Oh, oke"
"Eh, btw maaf ya, gue gak tahu kalau lo yang angkat teleponnya, abis diangkatnya lama, gue kira abang gue yang bego itu balik lagi nongkrong gak jelas di klub jadi gue langsung nyerocos gitu aja tadi"
"Gak apa-apa, gue maklumin kok"
"Lo lagi ngapain kak di sana?"
"Gak ngapa-ngapain"
"Gak lagi sama abang?"
"Gue kan udah bilang, Raka lagi rapat"
Vanno pun kembali tertawa.
"Galak bener kakak ipar. Maksud gue, lo emangnya ditinggal sendirian atau ikut dia rapat di dalam?"
"Ditinggallah! Gue mana ada urusan sama kasusnya dia itu"
Lagi-lagi Vanno tertawa. Alea sampai heran, Raka hobi menyengir, adiknya malah hobi tertawa. Mereka kakak beradik yang sungguh mudah berbahagia atau bagaimana, Alea sudah tidak tahu lagi.
"Maafin ya, abang gue emang bego! Ngajak kencan bukannya ke tempat romantis, malah ditinggal buat nyelesaiin masalah tuntutan di kantor agensinya dia"
Seketika Alea menautkan kedua alisnya.
"Kencan? Huh, jangan ngaco!"
"Emang lo mikir dia pacaran sama Angel, kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend For Secret
Romance"Bikin malu aja!" Gumam Alea yang ternyata sampai terdengar di telinga cowok itu. Siapa pun di dunia ini pasti akan bahagia jika bertemu dengan artis terkenal. Minta selfie, minta berjabat tangan, minta tanda tangan. Yah, minimal stalking atau seke...