32 - Emosi

350 26 0
                                    

Alea mengeratkan genggamannya pada sisi jaket Raka saat Raka menaikkan kecepatan laju motornya.

"Raka, pelan-pelan" Ucap Alea, takut.

"Pegangan yang bener, Lea!"

"Ini udah"

"Dipeluk!"

"Enggak!"

"Alea!!" Sergah Raka. Alea segera melingkari perut Raka dengan kedua tangannya, menuruti Raka demi keselamatannya. Dan benar saja Raka semakin meningkatkan kecepatan laju motornya, menyalip-nyalip kendaraan yang ada di hadapannya. Alea bersumpah akan memarahinya habis-habisan setelah sampai di mall nanti.

Raka mematikan mesin motor dan melepas helmnya. Ia menegakkan punggung lalu melirik tangan Alea yang masih erat melingkari perutnya.

"Lea?"

"Alea? Turun, udah sampai" Ucapnya seraya mengusap lembut tangan Alea. Alea langsung melepas pelukannya, turun dari motor dan langsung memukuli Raka. Raka menangkap kedua tangan Alea, menatapnya sejenak. Seketika Raka terperangah melihat Alea menangis di balik helmnya. Raka langsung melepas helm Alea.

"Lo kenapa?"

Alea tidak menjawab. Bulir-bulir keringat dingin membasahi dahinya.

"Alea–" Raka hendak menghapus air mata di pipi Alea, namun tangannya langsung ditebas oleh gadis itu.

"Udah berapa kali gue bilang, kalau lo mau celaka gak usah ajak-ajak gue! Lo sadar gak apa yang udah lo lakuin tadi itu bisa mengancam keselamatan gue dan lo sendiri?! Apa sih yang ada di otak lo, hah? Mau dibilang keren sama gue? Atau lo emang sengaja mau ngejahilin gue?!" Alea pun kembali memukuli Raka, habis sudah kesabarannya pada cowok yang masih duduk di jok motor sportnya itu. Raka mengepalkan kedua telapak tangannya, ia hanya bisa diam membiarkan Alea puas memukulinya berkali-kali.

"Kenapa diam? Jawab!"

Raka masih bergeming. Alea menghapus air matanya.

"Gue heran sama lo, tadi Angel kan ada, tapi kenapa gak dia aja yang lo ajak ke sini?"

Raka langsung menoleh pada Alea. Mendadak kesal dengan arah pembicaraannya.

"Gue janji jalannya sama lo, bukan sama dia!"

"Ya kan lo bisa janjian sama dia dari kemarin, apalagi lo tahu bakal ketemu sama dia hari ini, jadi bisa kan sekalian aja perginya dan gak bikin gue ngerasain ketakutan selama di jalan kayak tadi?!"

"Bisa gak sih lo gak usah bahas dia?!"

"Ya gak bisa! Gue juga gak enak hati sama Angel, Raka. Dia cewek lo masa elo nempelnya sama gue terus?!"

"Dia bukan cewek gue!!" Sergah Raka. Alea terperangah.

"Udahlah gak usah bahas dia lagi!" Lanjutnya. Hancur sudah mood Raka. Alea menatap Raka datar. Raka turun dari motornya dan langsung menarik tangan Alea, namun Alea menarik tangannya.

"Apa lagi?!" Tanya Raka yang sudah terlanjur kesal.

"Gue bisa jalan sendiri" Kemudian Alea berjalan meninggalkan Raka yang masih menatapnya. Raka pun mengusap wajahnya frustasi.

Saat ini Alea dan Raka sedang makan di salah satu restoran Jepang. Tidak ada yang memulai pembicaraan sejak terakhir kali mereka bicara di parkiran mall itu. Bahkan tadi saat Raka membeli ponsel untuk menggantikan ponsel Vanno yang rusak pun Alea masih tetap bungkam dan Raka tidak mengusiknya sama sekali.

Raka yang sudah tidak tahan dengan aura permusuhan mereka pun akhirnya berdeham.

"Alea"

Tidak ada jawaban dari Alea.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang