07 - Si Kambing

610 47 1
                                    

"Heh"

Raka tersadar dari lamunannya. Ia memperhatikan Alea yang tampak sederhana dengan hanya memakai kaos bertuliskan 'I love Bandung' dan celana pendek selutut. Wajah Alea yang tanpa polesan apapun tentu yang paling berhasil menarik perhatiannya.

"Lo kenapa sih?" Tanya Alea, memandang aneh Raka yang hanya diam seperti patung di depan kamarnya. Raka mengerjapkan matanya, berusaha kembali dari dunia yang baru saja dibuat oleh batinnya sendiri.Raka pun menyengir lebar selebar-lebarnya.

"Gak apa-apa"

"Terus ngapain lo ketuk-ketuk pintu kamar gue tadi?"

"Mau main"

"Main?"

"Iya, main. Alea, main yuk!" Ajak Raka dengan nada persis seperti anak TK yang mengajak temannya bermain. Raka terkekeh. Sedangkan Alea sudah melongo saja melihatnya.

Alea menaruh telapak tangannya di dahi Raka. Raka tertegun. Tangan Alea terasa hangat. Membuat sisa dingin dan kekakuan tubuhnya luruh seketika.

"Suhu tubuh lo gak normal. Mending lo balik aja, kayaknya lo sakit" Setelah mengucapkannya Alea hendak menutup pintu kamarnya kembali.

"No! Ale- aauh!!"

Alea langsung membuka lebar pintu kamarnya dan mendelik, ternyata kaki Raka terjepit pintu.

"Ngapain lo pake ganjel pintu segala sih?"

"Gue refleks. Elo sih! Mahal nih kaki gue" Raka meringis menatap kakinya yang terasa cenat-cenut. Alea memutar kedua bola matanya.

"Lebay banget. Gak usah salahin orang deh, udah tahu gue mau tutup pintu tapi malah lo ganjel"

"Kalau lo gak tutup pintunya ya gue gak bakal sampai refleks kayak begitu lah. Udah tahu ada orang di depan pintu, malah lo tutup"

"Ya siapa suruh lo berdiri di depan kamar gue segala"

"Ya gue udah jauh-jauh datang ke sini, masa iya lo cuekin. Seenggaknya lo hargain gue sebagai tamu"

Alea mendengus. "Sebenarnya tujuan lo dateng ke sini tuh apaan sih?"

Raka mengernyitkan dahinya. Bicara dengan Alea terasa seperti bicara dengan polisi, terlalu banyak tanya seperti sedang mengintrogasi. Bingung harus bagaimana menghadapi Alea yang kelewat jutek. Pasalnya selama ini Raka lebih sering berhadapan dengan gadis yang anggun, manis, cerewet, atau bahkan manja. Bukan gadis jutek yang suka menatap sinis, dan tukang omel seperti gadis di hadapannya ini.

"Harus banget ya lo tanyain itu terus-terusan? Emang salah kalau gue pengen main ke rumah teman gue sendiri?"

Alea bungkam, kemudian berdecak.

"Ya udah, cepetan masuk" Gadis itu menggeser tubuhnya guna membuka jalan untuk Raka masuk ke dalam kamarnya.

Raka tersenyum menang. "Ciyyeee. Barusan aja ngusir, sekarang malah ngebet"

Alea langsung melirik tajam. "Mulut lo minta dijahit banget"

Raka tertawa. Alea membiarkan pintunya terbuka lebar dengan sengaja. Bagaimana pun juga, Raka itu lelaki normal jadi tidak ada salahnya patut untuk diwaspadai.

Raka masuk ke dalam kamar bercat coklat muda itu dan langsung disambut oleh lagu kpop yang begitu asing baginya, yang jelas lagu yang sedang diputarnya itu tidak jauh berbeda dengan musik metal kesukaannya. Berisik, jedag-jedug musiknya, kalau kata Yati. Raka memperhatikan setiap sudut kamar Alea yang tidak terlalu luas tetapi cukup nyaman untuk melakukan berbagai macam aktifitas seharian di dalam kamar. Alea pasti tipe orang yang seperti itu, terlihat dari sikapnya yang jutek dan tampak tertutup. Selain itu, Raka juga menemukan beberapa snack dan toples berisi keripik. Kamar ini memang tidak bisa dibilang rapih tetapi tidak bisa juga dibilang tidak rapih karena semua barang-barangnya memang tertata rapih, tetapi dengan ditemukannya debu di lemari furnitur mini dan terlihat samar jaring laba-laba di sudut ruangan membuat Raka menyimpulkan Alea malas membersihkan kamarnya sendiri, berbanding terbalik dengan Raka yang begitu menyukai kerapihan dan kebersihan.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang