37 - Tersusupi Rasa

364 25 0
                                    

~Selamat membaca~


"ALEA!" Suara Raka mendadak menggelegar di seluruh penjuru kediaman keluarga Dimas. Vanno langsung membenarkan posisinya seraya menghapus kedua air matanya menatap Raka dari atas sana. Alea dan Mira langsung menghentikan pembicaraan mereka, terkejut saat mendengar suara Raka yang begitu keras. Alea menoleh ke arah sumber suara dan langsung berdiri saat mendapati Raka tengah menghampirinya dengan langkah lebar-lebar dan ekspresi wajah yang tidak bisa Alea jelaskan.

Betapa terkejutnya Alea saat Raka tiba-tiba memeluknya dengan erat.

"Gue pikir lo bakal tinggalin gue beneran, tapi ternyata lo malah ada di sini. Astaga...gue khawatir, Lea" Ucap Raka seraya memeluk Alea lebih erat.

Alea terbatuk. "Gue gak bisa napas, bego!" Alea memukul-mukul punggung Raka. Namun Raka malah mengangkat tubuh Alea dan berputar-putar.

Deg.

Alea merasa ada sesuatu yang aneh dengan jantungnya. Bahkan Alea bisa merasakan detak jantung Raka yang sama cepat dengan dirinya. Alea memejamkan mata, mengusir pikiran-pikiran aneh di kepalanya. Alea terbatuk saat Raka kembali mengeratkan pelukannya.

"Raka, jangan begitu, nak, kasihan Alea gak bisa napas itu" Ucap Mira.

Raka pun melepaskan pelukannya lalu meraih wajah Alea dan mengecup keningnya. Alea terbelalak. Sontak ia langsung mendorong tubuh Raka.

"Ah! Lo tuh apa-apaan sih?!" Seru Alea seraya menghapus jejak kecupan bibir Raka dengan tangannya. Dalam hati ia merutuki perilaku Raka yang sudah membuat hatinya berdesir.

Raka pun menyengir. "Itu hukuman buat lo"

"Emangnya gue salah apa? Seenaknya aja lo perlakuin gue kayak gitu. Kurang ajar!"

"Tuh, lo gak ngecek HP kan?"

Alea pun mengerutkan alisnya. "Emang ada apaan?"

"Makanya punya HP tuh dicek" Ucap Raka seraya menarik hidung pesek Alea dengan gemas. Alea menyentaknya. Ia merogoh tas dan mengecek ponselnya. Ada hampir 50 panggilan tidak terjawab dari Eva, bundanya, dan tentu dari Raka yang daftar riwayat panggilannya lebih mendominasi walaupun bundanya tak kalah banyak meneleponnya. Alea pun langsung menelepon bundanya. Raka terkekeh memperhatikan tingkah laku Alea.

Vanno yang memperhatikannya dari lantai dua pun menahan tawa. "Asli muka bucin banget dah bang Raka"

Alea selesai mengabari bundanya dan Eva. Ia baru sadar juga kalau saat ini sudah pukul setengah tujuh kurang.

"Hmm...tante, Alea boleh pinjam mukena gak? Alea belum sholat"

"Tentu boleh dong, sayang. Ya udah tante ambilin dulu ya. Maaf ya, tante lagi halangan jadi bablas ngobrol dan lupa ingetin kamu sholat"

"Gak apa-apa kok, tan"

Mira pun melangkah ke kamarnya menyiapkan mukena untuk Alea.

"Ya udah, ayo, sholat bareng gue" Raka menarik tangan Alea dan menyeretnya.

"Gak usah tarik-tarik tangan gue! Lepas!"

Raka mengangkat kedua tangannya bak seseorang yang tertangkap oleh polisi seraya menyengir. Raka mempersilahkan Alea berjalan lebih dulu di depannya.

"Ciiyeee, ada yang baikan nih kayaknya" Vanno dari ujung tangga. Alea memicingkan matanya seraya melewati Vanno begitu saja. Sedangkan Raka sudah melayangkan senyum lebar pada adik kesayangannya itu.

"Bang, laporannya entaran aja ya" Bisik Vanno.

"Oke, thanks, bro" Ucap Raka pelan seraya menepuk pundak Vanno.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang