03 - Hutang dan Rahasia

1K 63 1
                                    

Hening itu mengitari mereka. Seakan ia tahu bahwa dua sejoli itu masih saling menatap. Alea tersadar dan langsung meminum habis milk shake vanilanya. Senyum Raka semakin mengembang melihat gadis di hadapannya mendadak kikuk. Alea berdeham sebelum menatap Raka dengan keheranan.

"Kamu gila ya?"

Raka tertawa. "Kenapa?" Dan tawa Raka semakin keras saat Alea mengatakan "Ya tumben aja ada cowok yang hafal kutipan novel. Semacam kayak kerajinan banget pake segala dihafalin gitu." Ya anggap saja Alea sedang memujinya.

"Bukannya kerajinan. Tapi kalimat yang satu itu tuh semacam kalimat yang paling mencolok di novel itu, karena di situ titik klimaksnya dari perasaan Angga sebelum dia perjelas peryataan rasa sukanya ke Sarah"

"Ck. Padahal biasanya cowok itu kan–"

"Apa, hm? Jangan sok tahu, gak semua cowok kalau baca novel itu selalu lihat garis besarnya aja. Oke, saya bakal kasih kamu satu rahasia saya yang orang lain gak tahu, ya kecuali adik saya sih, si Vanno" Raka menyengir lalu mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telinga Alea.

"Sebenarnya saya itu tipe cowok yang melankolis loh" Kemudian Raka membenarkan kembali posisi duduknya. Alea mengernyit.

"Makanya saya bisa hafal kalimat romantisnya Angga bagian itu. Kehafal loh ya, bukannya sengaja dihafalin. Kayak yang udah saya bilang tadi, gak semua cowok gak taruh banyak perhatian buat ingat kutipan-kutipan novel. Lagian hal-hal semacam itu kan lumayan juga buat dijadiin referensi nembak cewek" Raka tertawa. Alea menatapnya datar. Dasar tidak kreatif, batin Alea.

Alea membuka dompetnya, mengambil uang sesuai perhitungannya saat di toko buku tadi lalu menaruhnya di hadapan Raka.

"Saya gak mau punya hutang, jadi saya lunasin semuanya"

Kedua alis Raka menaik.

"Katanya tadi gak punya uang?"

"Saya gak bilang gitu kan? Tadi saya cuma bilang 'saya cuma bisa beli dua buku aja'"

"Iya, itu. Sama aja kan?"

"Ya beda lah. Udah deh, diambil aja"

"Kamu mempermainkan saya?"

Alea menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu mempermainkan saya, iya?"

"Enggak. Lagian siapa suruh kamu bayar buku-buku saya tadi" Alea menautkan kedua alisnya, tak mau kalah.

"Ya pokoknya saya gak mau terima" Raka menggeser uang itu ke hadapan Alea. Namun Alea menggesernya lagi ke hadapan Raka.

"Tapi saya gak mau punya hutang!"

Raka berdecak kesal.

"Kamu tahu kalau yang kamu lakuin ke saya ini sama aja nginjak harga diri saya?" Raka menatap tajam Alea.

"Dan kamu tahu kalau yang kamu lakuin ke saya itu sama aja nginjak harga diri saya juga?" Alea menatap Raka dengan tak kalah sinis. Sesungguhnya Alea bingung dengan Raka yang mendadak jadi seserius ini.

"Ambil"

"Enggak!"

"Alea. Please, jangan permasalahin ini. Saya gak suka"

"Ya harus suka! Karena bunda saya selalu ngajarin saya buat gak ngutang ke siapa pun biar gak jadi kebiasaan"

Raka tercekat. Seketika ia ingat dengan maminya. Ia tidak pernah diajarkan seperti itu karena maminya sangat sibuk, Raka juga tidak pernah berhutang kepada siapapun karena memang sejak kecil segala kebutuhannya selalu terpenuhi. "Tapi gak perlu, Alea. Saya ikhlas kok, serius"

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang